Konsep Semiotik Roland Barthes

35 Sementara itu, Charles Sanders Peirce, dikenal dengan teori segitiga makna-nya triangle meaning. Berdasarkan teori tersebut, semiotik berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda sign, acuan tanda objek, pengguna tanda interpertant. Menurut Peirce, “salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut ”. 34

2. Konsep Semiotik Roland Barthes

Lahir di Cherbourg Perancis pada tahun 1915, dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis.Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang giat mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.Ia sangat popular seiring dengan semakin seringnya analisis semitika dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Barthes memberikan perhatian pada persoalan-persoalan dalam teks sastra, fotografi, iklan, film dan sebagainya.Pemikirannya adalah serpihan gagasan yang multidimensi dan mengundang berbagai interpretasi.Karya-karya pokok Barthes, antara lain: Le degree zero de I‟ecriture atau “Nol Derajat di Bidang Menulis” 1953, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Writing Degree Zero, 1977. 35 Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca the reader.Konotasi, walaupun merupakan sifat asli 34 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 35 Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna, h. 34-35. 36 tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. “Barthes menjelaskan apa yang di sebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama ”. 36 Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Barthes menggunakan istilah “orders of signification”. First order of signification adalah denotasi.Sedangkan konotasi adalah second order of signification.Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda.Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda yang kemudian dianggap sebagai penanda. Pemaknaan baru inilah yang kemudian menjadi konotasi ”. 37 Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja: 36 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 21-22. 37 Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 56-57. 37 1. Signfier penanda 2. Signfied petanda 3. Denotative Sign tanda Denotatif 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER PENANDA KONOTATIF 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED PETANDA KONOTATIF CONNOTATIVE SIGN TANDA KONOTATIF Gambar 1. Peta tanda Roland Barthes Sumber : Paul Cobley Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics.NY: Totem Books, hlm.51. Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2.Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Jadi, dalam konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif. 38 Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghadirkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di 38 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 69. 38 dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. 39 Jadi, makna denotasi adalah makna pada apa yang tampak, makna yang paling nyata dari tanda, sedangkan konotasi dapat menghasilkan makna lapis kedua yang bersifat implisit, tersembunyi. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap obyek, sementara konotasi adalah bagaimana menggambarkan tanda tersebut. Reality Signs Culture First Order Second Order Gambar 2. The orders of signification Sumber: Fiske, J. 1990:88 Introduction to Communication Studies. Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi 39 Akhmad Muzakki,Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.22. Signifier Signified Denotasi Form Content Mitos Konotasi 39 memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai thirdorder of signification istilah ini bukan dari Barthes, Barthes menyebut konsepini sebagai myth mitos. 40 Dalam konsep Barthes, “tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu ”. Mitos, dalam pemahaman semiotika Barthes adalah “pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah ”. 41 Kata „mitos‟ berasal dari kata bahasa Yunani mythos yang arinya kata- kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa didefinisikan sebagai narasi yang di dalanya karakter-karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan makhluk-makhluk mistis, dengan plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu atau tentang peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam kehidupan manusia. 42 Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua di mana rangkaian tanda yang terkombinasikan sebagaimana dalam film disebut dengan teks akan membantu pemaknaan tingkat kedua. Ide- ide dari Barthes banyak digunakan untuk memahami realitas budaya media kontemporer yang dikonsumsi oleh manusia 40 Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 58-60 41 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.23. 42 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 56. 40 setiap harinya seperti film, lagu, novel dan sebagainya. 43 Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat. Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda, petanda, dan tanda yang dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya.Jadi, mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. 44 Kalau kita memperhatikan kerangka berpikir Barthes, kita pasti akan menyimpulkan bahwa mitos adalah sejenis konotasi. Dari skema yang diberikan Barthes, kita melihat bahwa sistem tanda tingkat pertama dijadikan signifier baru bagi sistem tanda tingkat kedua. Dengan kata lain, tanda denotatif sebagai tanda tingkat pertama yang terdiri atas penanda dan petanda, pada saat bersamaan tanda denotatif juga menjadi penanda bagi tanda konotatif.

C. Tinjauan Umum tentang Toleransi