1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering
tampil dengan wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan
yang cenderung anakronostik tidak menghargai sejarah memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama
agama mengatasnamakan agama sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam
ketidak harmonisan. Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan
masuk dalam kerangka sistem teologi Islam, yang sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu
keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.
2
Toleransi Arab: tasamuh adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
1
Dalam bahasa latin, toleransi disebut dengan tolerare, yang berarti membiarkan mereka yang berpikiran lainatau berpandangan
lain tanpa dihalang-halangi.
2
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-
agama lainnya. Toleransi menggambarkan sikap saling menghormati dan saling
bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi merupakan konsep agung
dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.
Dalam Islam, toleransi memiliki konsep yang jelas. Toleransi dalam Islam merupakan bagian integral dari Islam itu sendiri. Menurut ajaran Islam, toleransi
bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka
toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi
keyakinan manusia terhadap Allah SWT. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.
1
http:id.wikipedia.orgwikiToleransi, di akses tanggal 21112010. 11.57 WIB.
2
Elza Peldi Taher, ed.Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace ICRP, 2009 h. 80.
3
Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara
kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian
mu’amalah interaksi sosial. Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar.
3
Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati
keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak- haknya.
Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru yang banyak
dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang dapat langsung merasuk ke
dalam jiwa penerima pesan
4
. Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan
dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata,
juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subyek yang tidak terbatas ragamnya.
5
Berkat unsur inilah, film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara saksama apa
yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada di balik
3
http:www.annaba-center.commainkajiandetail.php?detail=20090312204755, diakses
tanggal 21112010. Jam 12.15 WIB
4
Morrisan, Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio dan Televisi Tangerang:Ramdina Prakarsa,2005,h.12.
5
Adi Pranajaya. Film dan Masyarakat Sebuah
Pengantar, Jakarta, BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000, h. 6.
4
ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan.
Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.
Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, seperti bahwa film bersifat satu arah. Bahkan bila dibandingkan
dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Hassanudin, Anwar Arifin dan
Azwar Hasan mengatakan, bahwa dari sudut pandang teori komunikasi, khususnya filmologi, diakui bahwa film sangat potensial untuk mempengaruhi
perilaku penonton. Hal ini disebabkan kekuatan dan keunikannya sebagai media efektif yang mengantar pesan secara mengesankan. Kekuatan pengaruhnya,
mampu menggiring penonton pada situasi identifikasi optik dan identifikasi psikologik.
6
Film saat ini sudah menjadi keseharian dalam kehidupan modern umat manusia di dunia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,
menonton film menjadi sangat mudah didapatkan. Setiap hari bahkan setiap jam, kita dapat menyaksikan berbagai film, baik itu melalui televisi, gedung-gedung
bioskop, VCD, DVD, hingga internet yang tersebar di mana-mana. Bahkan kini telah hadir Indovision yang beberapa stasiun televisinya hanya menyuguhkan film
6
Anwar Arifin dan Azwar Hasan, “Pemberdayaan Perfilman Indonesia. Suatu Upaya
Memahami Realitas Masyarakat Indonesia” dalam Apresiasi Film Indonesia 2 Jakarta: Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen Penerangan RI, 1997, h. 74.
5
sebagai program acara setiap harinya. Oleh karenanya saat ini sepertinya film mustahil dipisahkan dari kehidupan manusia, termasuk anak-anak.
Namun menjadikan film sebagai media pendidikan tentunya harus bisa menyesuaikan bagaimana pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima oleh
audiensnya tanpa terasa menggurui. Hal inilah yang telah dilakukan oleh seorang sutradara sekaligus penulis skenario Indonesia yang bernama Benni Setiawan. Ia
membuat sebuah film motivasi tentang toleransi beragama yang sangat memikat, yaitu 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. Film yang di produseri oleh Putut Widjanarko,
dan di produksi oleh Mizan ini, bercerita mengenai sepasang kekasih dengan perbedaan prinsip agama, sang lelaki adalah keturunan Arab yang keluarganya
masih memegang tradisi ke-Islaman dan juga ke-Araban yang kuat. Sang perempuan, Manado Khatolik dari keluarga yang taat. Mereka berencana untuk
menikah, namun kedua orang tua mereka menentang keras. Orang tua mereka tidak setuju, karena menurut keyakinan yang dianut, menikah beda agama tidak
legal, alias haram. Tetapi, sepasang kekasih itu terus berusaha mencari jalan agar cinta mereka menyatu.
Pesan utama yang ingin diangkat dalam film ini tentang toleransi beragama dan kesadaran untuk menjaga keragaman etnik di Indonesia, serta
mengutamakan keluarga dalam urusan apapun. Sebagai tontonan, film ini cukup komprehensif karena selain mengusung
topik perbedaan keyakinan, di dalamnya ada pesan dan kritik tersirat yang diangkat dari kondisi masyarakat saat ini.
6
“Di saat Indonesia menghadapi problem terkait soal toleransi, film produksi Mizan Productions ini menjawab keresahan tersebut. Ini nilai lebih yang
membuat film ini layak dito nton semua kalangan dari berbagai agama dan etnik,”
ungkap Bachtiar Effendy, Intelektual Muslim dalam diskusi Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.
7
Dari masalah yang terlihat sepele inilah akan muncul masalah-masalah lain dan akhirnya banyak hikmah dan pesan-pesan yang bisa dipetik dari adegan
yang secara natural diperankan oleh para pemainnya. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud
menyusun skripsi dengan judul
“Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta
”, karya Benni Setiawan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah