xxviii
Perlu diketahui bahwa basil tuberkulosis dalam paru tidak hanya keluar ketika
penderita TB paru batuk. Basil tuberkulosis juga dapat keluar bila penderita bernyanyi,
bersin atau bersiul. Di Jepang dan Inggris telah ada beberapa kali laporan menunjukkan
penularan tuberkulosis pada murid sekolah, terutama yang duduk di barisan depan yang
tertular dari guru yang mengajar di depan kelas Aditama, 1994.
Hal penting yang perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang terhirup basil
tuberkulosis akan mejadi sakit, walaupun tidak sengaja menghirup basil tuberkulosis. Risiko
orang terinfeksi TB paru untuk menderita TB Paru pada ARTI Annual Risik of Tuberculosis
Infenction sebesar 1. Hal ini berarti diantara 100.000 penduduk rata rata terjadi 100
penderita TB paru baru setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif Depkes RI,
2002.
2.3.1 Gejala Penyakit TB Paru
Gejala penyakit pada penderita TB paru dapat dibagi menjadi gejala lokal di paru
dan gejala pada seluruh tubuh secara umum. Gejala di paru tergantung pada banyaknya
jaringan paru yang sudah rusak karena gejala penyakit TB paru ini berkaitan bagaimana
bentuk kerusakan paru yang ada Aditama, 1994.
Gejala paru seseorang yang dicurigai menderita TB paru dapat berupa:
1. Batuk
lebih dari 3 minggu 2.
Batuk berdarah
3. Sakit
di dada selama lebih dari 3 minggu
xxix
4. Demam
selama lebih dari 3 minggu Semua
gejala tersebut diatas mungkin disebabkan penyakit lain, tetapi bila terdapat tanda tanda
yang manapun diatas, dahak perlu dilakukan pemeriksaan Crofton, 2002 Gejala
tubuh penderita tuberkulosis secara umum dapat berupa; 1.
Keadaan umum, kadang kadang keadaan penderita TB paru sangat kurus, berat
badan menurun, tampak pucat atau tampak kemerahan
2. Demam,
penderita TB paru pada malam hari kemungkinan mengalami kenaikan suhu
badan secara tidak teratur 3.
Nadi, pada umumnya penderita TB paru meningkat seiring dengan demam
4. Dada,
seringkali menunjukkan tanda tanda abnormal. Hal paling umum adalah krepitasi
halus di bagian atas pada satu atau kedua paru. Adanya suara pernapasan bronkial
pada bagian atas kedua paru yang menimbulkan Wheezing terlokalisasi disebabkan
oleh tuberkulosis Crofton, 2002.
2.3.2. Diagnosis TB Paru
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksan jasmani
radiologi dan pemeriksaan laboratorium. Di Indonesia, pada saat ini uji tuberkulin tidak
mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TB paru pada orang dewasa, sebab sebagian
besar masyarakat Indonesia sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis karena tingginya
prevalensi TB paru. Uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa orang yang
bersangkutan pernah terpapar Mycobacterium tuberculosis Depkes RI, 2004.
1. Gejala
Klinik
xxx
Gejala klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu, gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
a. Gejala
respiratorik dapat berupa 1
Batuk lebih atau sama dengan 3 minggu
2 Batuk
darah 3
Sesak napas
4 Nyeri
dada b.
Gejala sistemik
1 Demam
2 Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun. 2.
Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani akan dijumpai sangat tergantung luas dan kelainan struktural
paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya atau sulit sekali menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan
segmen posterior, serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas lemah, ronkhi basa, tanda
tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum Aditama, 2002.
3. Pemeriksaan
Radiologik Pemeriksaan
radiologi standar adalah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan
lain atas indikasi:L foto apiko lordotik, oblik, CT scan. Pada pemeriksaan foto
xxxi
toraks tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam macam bentuk multiforom.
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif:
a. Bayangan
berawannodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah. b.
Kapitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan berawan atau nodular.
c. Bayangan
bercak milier. d.
Efusi pleura unilateral.
Gambaran radiologist yang dicurigai lesi TB inaktif:
a. Fibrotik
pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas b.
Kalsifikasi atau fibrotik
c. Fibrothorax
dan atau penebalan pleura 4.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan
darah dan uji tuberkulin.
a. Pemeriksaan
bakteriologik Pemeriksaan
bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahkan untuk pemeriksaan bakteriologi ini
dapat berasal dari sputum, bilasan bronkhitis, jaringan paru, cairan pleura b.
Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju Endap Darah LED jam pertama dan kedua dibutuhkan. Data ini dapat
xxxii
dipakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologi penderita,
sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta
kemungkinan sebaga predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar
limfosit dapat menggambarkan biologikdaya tahan tubuh penderita, yaitu dalam keadaan
supresitidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal
tidak menyingkirkan tuberkulosis.
c. Uji
Tuberkulin Pemeriksaan
ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB paru di darah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi,
pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti apalagi pada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan
sebelumnya atau apabila ada kepositifan uji yang di dapat besar sekali atau timbul bulae.
2.3.3. Tipe Penderita TB Paru