Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. efektif dapat meningkatkan pengetahuan pekerja. Metode ceramah merupakan cara yang efektif dalam menyampaikan informasi oleh karena terjadi dialog antara narasumber dengan pekerja. Begitu juga dengan media brosur adalah salah satu media yang memuat secara lengkap tentang materi disertai gambar dengan kata-kata yang mudah dipahami serta mudah dibawa kemana-mana sehingga memberikan banyak kesempatan bagi pekerja untuk membaca dan mengingatnya. Astuti 2002 mengemukakan bahwa dengan metode pendidikan kesehatan dengan ceramah, tanya jawab, dan pemberian brosur dapat meningkatkan pengetahuan. Penelitian Supardi 2002 yang menemukan adanya peningkatan pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan dibandingkan dengan sebelum penyuluhan. Menurut Subarniati 1996 peningkatan pengetahuan melalui media brosur dapat terjadi sepanjang media tersebut sampai kesasaran, akibat proses pengindraan pada suatu objek melalui indera penglihatan dapat mempengaruhi sebesar 83 pengetahuan subjek.

5.6. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95 menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Diketahui bahwa dari 14 pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 13 pekerja 92,9 pernah mengalami kecelakaan kerja, dari 9 pekerja yang mengikuti pelatihan K3 sebanyak 6 pekerja 66,7 tidak pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lopez 2003 dan Sugiharto 2002 yang menyatakan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan seseorang setelah mendapat pelatihan. Pierewan 1999 menyatakan pelatihan efektif meningkatkan kemampuan peserta pelatihan, karena proses belajar, teori Green 1980 menyatakan bahwa pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Notoatmodjo 1993 pelatihan adalah salah satu proses pendidikan, melalui pelatihan sasaran belajar akan memperoleh pengalaman yang akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Diketahui pula bahwa 9 responden yang pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 3 pekerja 33,3 pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami juga kecelakaan kerja oleh karena masih ada pekerja yang berpengetahuan kurang mengenai K3 walaupun sudah mendapatkan pelatihan K3, ada yang bersikap tidak setuju, ada yang bertindakan salah saat bekerja, dan ada yang tidak memperoleh promosi yang baik, serta bisa juga oleh karena pekerja kurang terampil walaupun sudang mengikuti pelatihan K3. Tujuan pelaksanaan pelatihan K3 pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya di Laboratorium Patologi Klinik. Stoner 1982 menyatakan bahwa pelatihan dapat menambah keterampilan kerja. Menurut Pusat Kesehatan Kerja 2003 yang Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. menyatakan bahwa kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi, sebagai faktor penyebab sering terjadi kecelakaan kerja oleh karena kurang kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.

5.7. Pengawasan, Investigasi, dan Pelaporan