Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, maka telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya Depkes RI, 2002. Garis-garis Besar Haluan Negara 1993, menegaskan bahwa perlindungan tenaga kerja meliputi hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3, serta jaminan sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, jaminan kematian, serta syarat-syarat kerja lainnya. Hal tersebut perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneter-nya, kesiapan sektor terkait, kondisi pemberi kerja, lapangan kerja, dan kemampuan tenaga kerja. Amanat GBHN ini menuntut dukungan dan komitmen untuk perwujudannya melalui penerapan K3. Upaya K3 sendiri sudah diperkenalkan dengan mengacu pada peraturan perundangan Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. yang diterbitkan sebagai landasannya, di samping UU No. 11970 tentang Keselamatan Kerja upaya K3 telah dimantapkan dengan UU No. 231992 tentang Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Dalam peraturan perundangan tersebut ditegaskan bahwa setiap tempat kerja wajib diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Hal itu mengatur pula sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut Komite K3, 1994. Undang-Undang No. 231992 Pasal 23 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelengarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko bahaya kesehatan yaitu mudah terjangkitnya penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 sepuluh orang karyawan. Rumah sakit sebagai industri jasa termasuk dalam kategori tersebut, sehingga wajib menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit K3RS. Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat adanya beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain dengan makin meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan, terpaparnya tenaga kerja tenaga medis, paramedis, dan nonmedis di sarana kesehatan pada lingkungan tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau dirawat, adanya transisi epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan. Hal tersebut diikuti dengan masuknya IPTEK canggih yang menuntut tenaga kerja ahli dan terampil. Hal ini yang tidak selalu dapat dipenuhi dengan adanya risiko terjadinya kecelakaan kerja, untuk itu diperlukan adanya peningkatan sumber daya manusia Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. di sarana kesehatan, tidak saja untuk mengoperasikan peralatan yang semakin canggih namun juga penting untuk menerapkan upaya K3RS Pusat Kesehatan Kerja, 2003. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas Depkes RI, 2002. Menurut National Institute of Occupational Health and Safety NIOSH 1974- 1976 dalam Pusat Kesehatan Kerja 2003, survey nasional yang dilakukan di 2.600 rumah sakit di USA, menginformasikan rata-rata tiap rumah sakit terdapat 68 karyawan cedera dan 6 orang sakit. Cedera tersering adalah strain dan sprain, luka tusuk, abrasi, contusio, lacerasi, cedera punggung, luka bakar dan fraktur. Penyakit tersering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Laporan NIOSH 1985, terdapat 159 zat yang bersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135 bahan kimia carcinogenic, teratogenic, mutagenic yang dipergunakan di rumah sakit. California State Departement of Industrial Relations menuliskan rata-rata kecelakaan di rumah sakit adalah 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena kecelakaan. Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. Menurut laporan Global Estimates Fatalities 2000 dalam Kompas 2003, sebanyak 6.000 pekerja di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka setiap hari, akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Standar Keselamatan Kerja di Indonesia adalah paling buruk dibandingkan dengan negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Selama tujuh bulan pertama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.528 kecelakaan kerja. Selain itu ILO 2007 melaporkan terdapat 65.475 kasus kecelakaan kerja, di mana 1.457 orang meninggal, 5.326 orang cacat dan 58.697 orang sembuh tanpa cacat. Badan Pusat Statistik 19981999 dalam Buku Sumatera Dalam Angka melaporkan bahwa jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada masing-masing tahun adalah 4.162 dan 3.846 kasus. Pada tahun 19992000 jumlah kasus kecelakaan akibat kerja yang dilaporkan PT. Jamsostek Sumatera adalah 4.562 kasus. Menurut Badan Pusat Statistik 19992000, jumlah kasus kecelakan kerja dalam bidang industri meningkat dari 6.580 kasus menjadi 7.786 kasus. Pada tahun 20002001 PT. Jamsostek menerima laporan kecelakaan kerja sebanyak 8.661 kasus di mana 5.940 kasus memerlukan perawatan, 2.400 kasus mengalami cacat dan 271 kasus mengakibatkan kematian Depkes RI, 2002. Menurut Pulungsih 2005 selama tahun 2000 di RSUPN Cipto Mangunkusumo tercatat 9 kecelakaan kerja beresiko terpajan HIV di kalangan petugas kesehatan yang dilaporkan. Kejadian tersebut menimpa 7 perawat, 1 dokter, dan 1 petugas laboratorium. Sementara di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2001 terjadi 1 kali kecelakaan kerja terpajan HIV pada petugas laboratorium. Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. Program Occupational Safety Health and Environment OSHE bertujuan melindungi karyawan, pimpinan, dan masyarakat dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja PAK, menjaga agar alat dan bahan yang dipergunakan dalam proses kegiatan yang hasilnya dapat dipakai dan dimanfaatkan secara benar, efisien, serta produktif. Upaya OSHE sangat besar peranannya dalam meningkatkan produktivitas terutama mencegah segala bentuk kerugian akibat accident. Masalah penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu faktor manusia karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan, kurangnya kesadaran dari direksi dan karyawan sendiri untuk melaksanakan peraturan perundangan K3 serta masih banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS sebagai pengeluaran yang mubazir, demikian juga di kalangan karyawan banyak yang menganggap remeh atau acuh tak acuh dalam memenuhi SOP kerja. Penyebab lain adalah kondisi lingkungan seperti dari mesin, peralatan, pesawat, dan lain sebagainya Pusat Kesehatan Kerja, 2003. Sarana laboratorium kesehatan merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan yang cukup besar. Kegiatan di laboratorium kesehatan mempunyai risiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Seiring dengan kemajuan IPTEK maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat. Pelayanan laboratorium di rumah sakit merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus segi K3RS ini karena mempunyai risiko yang lebih tinggi dan memerlukan penataan ruangan yang khusus, peralatan yang khusus dan pengelolaan bahan berbahaya secara khusus pula. Oleh karena itu pengelola rumah sakit perlu mengetahui secara rinci Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. berbagai hal yang berkaitan dengan K3RS agar dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya PMK Perdhaki, 2000. Laboratorium umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan, misalnya praktikum, penelitian, dan kegiatan pengujian danatau kalibrasi. Oleh karena dalam laboratorium melibatkan banyak orang, maka risiko bahaya kerja di laboratorium juga dapat melibatkan banyak orang, sehingga semua yang terlibat di laboratorium harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Masalah keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium diberikan perhatian dan penekanan yang cukup sejalan dengan pelaksanaan kegitan pendidikan, penelitian dan analisis. Perlu kiranya terus diupayakan pemberian informasi yang jelas, terperinci dan menyeluruh tentang bahaya di laboratorium serta berupaya menciptakan keselamatan kerja di laboratorium Hartati, 2006. Pekerja di laboratorium harus selalu mempelajari dan mendeteksi setiap kemungkinan timbul risiko kecelakaan di laboratorium, harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam mentaati peraturan. Dengan demikian dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Hendaklah disadari bahwa kecelakaan dapat berakibat kepada dirinya maupun orang lain serta lingkungannya. Para pekerja laboratorium juga diharapkan terus meningkatkan pengetahuannya tentang sifat-sifat bahan dan teknik percobaan serta pengoperasian peralatan sebagaimana seharusnya. Kemampuan untuk mengendalikan bahaya kecelakaan di laboratorium memungkinkan para pekerja dapat menciptakan sendiri suasana yang aman dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat bekerja dan berkarya secara Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. maksimal. Beberapa penyebab kecelakaan di laboratorium dapat bersumber dari sikap dan tingkah laku para pekerja, keadaan yang tidak aman, dan kurangnya pengawasan dari pengawas Hartati, 2006. Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin RSUZA Banda Aceh merupakan Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD, dengan adanya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala UNSYIAH maka menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi NAD, sebagai rumah sakit pendidikan bagi siswa, mahasiswa kesehatan, sarjana kedokteran, pembinaan program dokter spesialis Laporan Tahunan Balai Pelayanan Kesehatan RSUZA, 2006. Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mempunyai 12 pelayanan yaitu: 1 AdministrasiManajemen Umum; 2 Pelayanan Keperawatan; 3 Pelayanan Medis; 4 Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 5 Pelayanan Bedah Sentral; 6 Pelayanan Gawat Darurat; 7 Pelayanan Laboratorium; 8 Pelayanan Farmasi; 9 Pelayanan Infeksi Nosokomial; 10 Pelayanan Resiko Tinggi Ibu dan Anak; 11 Pelayanan Radiologi; 12 Pelayanan Rekam Medik Laporan Tahunan Balai Pelayanan Kesehatan RSUZA, 2006. Hasil survey pendahuluan di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh diperoleh informasi dari salah seorang pekerja yang telah bekerja 15 tahun di laboratorium tersebut menginformasikan bahwa sebelum peristiwa Tsunami tahun 2004 mereka bekerja tanpa menggunakan sarung tangan karet hand scund karena tidak disediakan oleh RSUZA sehingga mereka yang bekerja di laboratorium tersebut Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. sering tertusuk oleh jarum suntik saat mengambil sampel darah pasien ataupun saat menutup kembali jarum suntik selesai mengambil sampel darah pasien. Merekapun sering terkena pecahan tabung reaksi, pecahan objek gelas saat bekerja, menurut mereka kejadian tersebut merupakan hal yang biasa saja dan tidak pernah dilaporkan kepada kepala laboratorium. Setelah peristiwa Tsunami tahun 2004 mereka bekerja memakai hand scund karena saat itu ada bantuan dari salah satu rumah sakit dari Jerman, walaupun sudah disediakan hand scund sampai dengan sekarang ini masih ada pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang bekerja tidak menggunakan hand scund dengan alasan Badan Pelayanan Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh tidak cukup memberikan hand scund tidak sesuai dengan jumlah amprahan ke Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dan alasan lain adalah repot dan malas menggunakannya. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin RSUZA Banda Aceh merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus segi K3RS karena mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi sehingga memerlukan penataan ruangan yang khusus, peralatan yang khusus, dan pengelolaan bahan yang berbahaya secara khusus pula, oleh karena itu pengelola RSUZA perlu mengetahui secara rinci berbagai hubungan dengan K3RS sehingga dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan tidak dapat dikatakan bermutu apabila tidak memperhatikan K3RS. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009. Kecelakaan Kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin RSUZA Banda Aceh.

1.2. Permasalahan