Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95 menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009, dari 12 pekerja yang berpengetahuan kurang 11 pekerja 91,7 pernah mengalami kecelakaan kerja
sedangkan 11 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 6 pekerja 54,5 tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Pekerja yang tingkat pengetahuannya
masih kurang mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi dari pada pekerja yang berpengetahuan baik oleh karena pekerja yang berpengetahuan kurang pada
umumnya tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik serta perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hendria dan Fitri 2006 yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan
kerja. Hasil tersebut menunjukkan semakin baik tingkat pengetahuan maka angka kecelakaan kerja semakin rendah. Suma´mur 1996 juga menyatakan bahwa
kecelakaan kerja dapat dicegah dan pencegahan didasarkan atas pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan kerja itu terjadi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi
seseorang untuk berperilaku sehingga pengetahuan yang lebih baik akan memantapkan seseorang untuk mengambil keputusan lebih mantap. Pengetahuan
merupakan domain penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Menurut Hartati 2006 laboratorium umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan, misalnya praktikum, penelitian, dan kegiatan pengujian danatau kalibrasi.
Oleh karena dalam laboratorium melibatkan banyak orang maka risiko bahaya kerja di laboratorium juga dapat melibatkan banyak orang, sehingga semua yang terlibat
di laboratorium harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Para pekerja laboratorium diharapkan terus
meningkatkan pengetahuannya tentang sifat-sifat bahan dan teknik percobaan serta pengoperasian peralatan sebagaimana seharusnya. Kemampuan untuk mengendalikan
bahaya kecelakaan di laboratorium memungkinkan para pekerja dapat menciptakan sendiri suasana yang aman dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat bekerja dan
berkarya secara maksimal. Diketahui pula bahwa dari 11 pekerja yang berpengetahuan baik 5 pekerja
45,5 pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang berpengetahuan baik juga mengalami kecelakaan kerja oleh karena pekerja
tersebut tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak pernah mengikuti pelatihan, ada yang bersikap tidak setuju, dan ada yang bertindakan salah saat
bekerja, pada survey pendahuluan diketahui pula bahwa hand scund tidak cukup diberikan ke Laboratorium Patologi Klinik oleh Badan Pelayanan Kesehatan BPK
RSUZA Banda Aceh yang dapat mengakibatkan sebagian pekerja tidak menggunakan hand scund saat bekerja walaupun pekerja tersebut mengetahui akan resiko bekerja
bila tidak menggunakan hand scund.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Menurut Hartati 2006 pekerja tahu akan peraturan tetapi tidak melaksanakannya karena menganggap kurang leluasa, misalnya ketika menggunakan
sarung tangan karet dan baju pelindung. Ginting 2006 menyatakan bahwa Budaya K3 di laboratorium berhasil dengan baik jika pekerja mengetahui, memahami, dan
melaksanakan prinsip bekerja aman, selamat, dan sehat, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan persiapan seluruh pekerja, mulai top manajemen hingga ke
pekerja pelaksana, maupun mitra kerja. Hartati 2006 menyatakan bahwa masalah keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium diberikan perhatian dan penekanan
yang cukup sejalan dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan, penelitian dan analisis. Perlu kiranya terus diupayakan pemberian informasi yang jelas, terperinci dan
menyeluruh tentang bahaya di laboratorium serta berupaya menciptakan keselamatan kerja di labortorium. Pekerja di laboratorium harus selalu mempelajari dan
mendeteksi setiap kemungkinan timbul risiko kecelakaan di laboratorium, harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam menta
ati peraturan, dengan demikian dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Hendaklah disadari
bahwa kecelakaan dapat berakibat kepada dirinya maupun orang lain serta lingkungannya.
5.3. Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja