B. Bingkai Pemberitaan Kompas.com Model Robert N.Entman 1. Kompas.com 17 Januari 2010
Judul : “MUI: Foto “pre wedding” masih boleh”
Tanggal : 17 Januari 2010 Penegasan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3, dari hasil bahtsul masail beberapa waktu lalu bahwa
pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan.
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh tentang pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3, dari hasil bahtsul masail beberapa waktu lalu, dia memberikan penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau
pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, apabila pengambilan foto tersebut untuk mengenalkan siapa
yang akan menikah. Itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i.
Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengambilan foto pre wedding tidak dilarang.
Tabel 4.2 Bingkai Pemberitaan Entman
Define Problems
pendefinisian masalah
Pernyataan Wakil Sekertaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre
wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan. Apabila
foto tersebut untuk mengenalkan siapa yang akan menikah, itu tidak apa-
apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto
untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan pengecualian kalau foto pre wedding dia ambil dengan adegan mesra atau
berciuman jelas itu tidak boleh.
Diagnose Causes
memperkirakan penyebab masalah
- apa Asrorun Ni’am Sholeh sebagai Wakil Sekretaris
Komisi Fatwa MUI memberikan penegasan tentang wacana haram foto pre wedding
- siapa Asrorun Ni’am Sholeh memberikan pernyataan
tentang pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul masail pembahasan masalah terkini Forum Musyawarah
Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri bahwa pemotretan pre wedding atau
pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan.
Make Moral
Judgement Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang wacana haram
pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur,
ia memberikan penegasan bahwa :
- Pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar
ketentuan syar’i,
- Pre wedding tidak dilarang “Foto Pre wedding itu kan
biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan
berciuman, jelas tidak boleh.
Treatment Recommendationm
enekankan penyelesaian
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh menanggapi bahwa wacana foto pre wedding haram yang dikeluarkan oleh Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur, Kediri. Ia menegaskan pembuatan foto pre wedding tidak apa-
apa selama tidak melanggar syar’i dan tentunya ada pengecualian bahwa bisa dikatakan haram apabila foto pre
wedding dengan adegan berciuman dan berpelukan.
Define Problems , dalam pemberitaan pada Kompas.com ini,
pendefinisian masalahnya adalah pernyataan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh yang menegaskan bahwa pemotretan pre wedding
atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang
akan menikah itu tidak apa- apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i, akan
tetapi apabila pengambilan foto pre wedding dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu suatu perbuatan yang diharamkan. Seperti yang terlihat pada
headlines atau judul berita yang ditulis Kompas.com Minggu, 17 Januari 2010,
“MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”. Judul yang diangkat
menggambarkan bahwa foto pre wedding ,masih bisa diperbolehkan tetapi dengan adanya ketentuan yang tidak melanggar syariat agama Islam,
sebagaimana dengan keluarnya rumusan haram pembuatan foto pre wedding oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3
se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri pada waktu yang lalu. Kejadian tersebut diawali Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri
FMP3 se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri 14 Januari 2010 usai menghadiri forum bahtsul masail pembahasan masalah terkini pada waktu
yang lalu tentang pembahasan foto pre wedding dalam keputusannya haram pembuatan foto pre wedding
Pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh tentang foto pre wedding terlihat dalam teks :
JAKARTA, KOMPAS.com. Pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang
diharamkan. Hal tersebut ditegaskan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrosun Ni’am Sholeh, Ketika dihubungi Kompas.com di Jakarta,
Minggu 1712010.
Diagnose Causes, pada berita ini, Kompas.com memberitakan tentang
pernyataan dari wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh sebagaimana pengharaman pembuatan foto pre wedding yang dikeluarkan oleh
hasil keputusan forum bahtsul masail pembahasan masalah terkini Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes
Lirboyo, Kediri. Yang kemudian Asrorun Ni’am Sholeh menegaskan bahwa pembuatan foto pre wedding itu untuk mengenalkan siapa yang menikah
merupakan suatu yang tidak apa-apa dengan pengecualian bahwa selama tidak melanggar ketentuan syariat agama Islam tentunya. Yang menjadi perkiraan
sumber masalahnya adalah pengharaman foto pre wedding oleh forum bahtsul masail pembahasan masalah terkini Forum Musyawarah Pondok Pesantren
FMP3 se- jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Keadaan ini menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat khususnya para kalangan
fotografer selaku yang melakoni bidang fotografi pre wedding dimana
merupakan suatu pekerjaannya dan juga para kalangan ulama khususnya para Ulama MUI.
Hal ini dapat terlihat di teks : “pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah
itu tidak apa-apa selama tidak melanggar ketentuan syar’i” ujar Ni’am.
Pada pernyataan dari Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asronun Ni’am Sholeh bahwa pembuatan foto pre wedding masih bisa di
perbolehkan tetapi selama tidak melanggar ketentuan syar’i, ketentuan
tidak melanggar syar’i disini artinya, pada proses pembuatan foto pre
wedding tidak melakukan adegan atau pose mesra seperti halnya berciuman. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan
bahwa keadaan yang menimbulkan pro-kontra dalam sebagian masyarakat dari persoalan wacana haram foto pre wedding untuk contoh
bentuk pro terhadap wacana tersebut tidaklah selamanya dari kalangan Ulama
khususnya MUI,
maksudnya janganlah
kita salah
mempersepsikan sebelum kita mengambil keputusan.
Make Moral Judgement, penilaian moral yang terkandung di dalam
berita
“MUI: Foto “Pre Wedding” Masih Boleh”, pada Kompas.com terlihat
dari hasil pernyata an Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh wacana haram pada foto pre wedding yang dikeluarkan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur, dia memberikan
penegasan bahwa pemotretan pre wedding atau pengambilan foto sebelum
mengadakan sebuah pernikahan bukanlah perbuatan yang diharamkan, pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa
selama tidak melanggar ketentuan syar’i. Menurutnya pembuatan foto pre wedding tidak dilarang. Foto pre
wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, terkecuali jika foto diambil dengan berciuman,
Berikut kutipan pernyataan dari Asrorun Ni’am Sholeh: “pengambilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah
itu tidak apa-apa selama t idak melanggar ketentuan syar’i,” ujar Ni’am.
Dengan demikian, dia mengatakan bahwa pengambilan foto untuk pre wedding tidak dilarang. “Foto pre wedding itu kan biasa dipakai di
undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciu
man, jelas tidak boleh,” tandasnya. Dengan pernyataan Asrorun Ni’am Sholeh dengan dia memberikan
penegasan bahwa pembuatan foto pre wedding bukanlah suatu perbuatan yang diharamkan. Tetapi jelas ada pengecualian yang tertulis pada berita
Kompas.com apabila foto pre wedding di tampilkan dengan adegan atau pose mesra seperti halnya berciuman itu merupakan suatu yang dilarang karena
menampilkan foto terutama foto pre wedding dengan adegan mesra seperti pelukan, ciuman ataupun berpegangan tangan merupakan sesuatu yang
melanggar syariat agama, apalagi yang menjadi obyek dari foto tersebut belum ada ikatan pernikahan. Sebagai umat beragama yang mayoritas negara kita
adalah agama Islam haruslah kita mrnyadari bahwa kita harus menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan yang menyangkut kepentingan pribadi.
Karena dengan menampilkan foto adegan mesra akan menimbulkan dampak negatif dan menimbulkan interpretasi publik dan opini publik yang negatif juga.
Dan menanggapi persoalan tersebut tergantung dan dikembalikan lagi kepada masyarakat itu sendiri. Pada pemberitaan Kompas.com disini menggambarkan
bahwa tidak selamanya dari kalangan Ulama khususnya MUI menanggapi persoalan tersebut dan sependapat dengan wacana pre wedding haram, pada
berita dari Kompas.com memberikan klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro – kontra dari sebagian masyarakat agar tidak salah memandang, memahami dan
mempersepsikan tentang MUI atau tidak menyudutkan MUI, karena MUI disini hanya memberikan pendapat pribadi masing-masing terkait dengan persoalan
tersebut.
Treatment Recommendation
, penekanan
penyelesaian dalam
permasalahan ini Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh menegaskan bahwa disamping menurutnya pembuatan foto pre wedding itu
tidak apa-apa dan bukan merupakan suatu perbuatan yang diharamkan, tetapi secara garis besar adanya pengecualian pada pemberitaan di Kompas.com yakni
selama tidak melanggar ketentuan syar’i atau syariat agama islam artinya pembuatan foto pre wedding tidak dengan adegan atau pose mesra seperti halnya
berciuman jelas tidak boleh. Hal ini dapat dilihat di teks :
“foto pre wedding itu kan biasa dipakai di undangan atau ketika acara pernikahan, kecuali jika foto diambil dengan berciuman, jelas tidak
boleh”, tandasnya. Berdasarkan framing dari empat aspek tersebut, maka berita ini dapat
dipandang pula dari dua dimensi besar framing Robert N. Entman, yaitu Seleksi Isu dan Penonjolan Aspek realitas atau tertentu. Pada dimensi Seleksi Isu,
Kompas.com menyeleksi tentang persoalan pengharaman foto pre wedding yang dikeluarkan oleh forum bahtsul masail pembahasan masalah terkini Forum
Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 se- Jawa Timur ke 12 di Ponpes Lirboyo, Kediri. Dan kemudian hasil keputusan tersebut di tanggapi dengan
pernyataan yang di tegaskan oleh S ekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am
Sholeh, bahwa pemotretan pre wedding atau pengmbilan foto untuk mengenalkan siapa yang akan menikah itu tidak apa-apa selama tidak melanggar
ketentuan syar’i. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa pengmabilan foto untuk pre wedding tidak dilarang tetapi dengan adanya pengecualian kalau foto
pre wedding di ambil dengan adegan mesra seperti berciuman jelas itu tidak boleh.
Sementara pada dimensi penonjolan Aspek realitas tertentu, Kompas.com menonjolkan pada kalimat-kalimat yang menggambarkan suatu
klarifikasi, situasi yang menimbulkan pro-kontra dari sebagian masyarakat agar tidak salah memandang, memahami dan mempersepsikan tentang MUI atau
tidak menyudutkan MUI, karena MUI disini hanya memberikan pendapat pribadi masing
– masing terkait dengan persoalan tersebut. Melalui pemberitaan ini, bahwa media benar-benar berfungsi sebagai alat
control social dalam kehidupan bermasyarakat, karena tentunya dapat membuat opini publik sesuai apa yang diberitakan pada media tersebut. Judul berita
tersebut mewakili, bahwa MUI menanggapi persoalan wacana foto pre wedding haram dengan pendapat pribadi masing
– masing.
C. Pembahasan Detik.com dan Kompas.com Dalam Pemberitaan Foto Pre