Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Foto adalah alat komunikasi atau penyampaian berita atau informasi yang dijadikan sebagai bukti dalam dunia jurnalistik. 1 Informasi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terus menerus mengalami perkembangan. Oleh karena itu tantangan pun semakin besar bagi perusahaan penerbit pers atau redaksi yang berbentuk media massa baik cetak maupun media elektronik dalam dunia media atau foto jurnalistik bisa dijadikan informasi, bukti dalam suatu moment tertentu untuk dikenang atau dilihat kembali, antara lain yaitu foto pre wedding yang sekarang ini sedang menjadi tradisi dalam masyarakat. Foto pre wedding ialah foto yang diambil sebelum melakukan pernikahan untuk dijadikan kenangan atau bukti foto tersebut. 2 Foto pre wedding pun menuai pro dan kontra didalam masyarakat. Sedangkan sekarang ini terdapat fatwa MUI Majelis Ulama Indonesia yang melarang bahwa “foto pre wedding haram” dilakukan. Menurut MUI foto pre wedding haram dilakukan dikarenakan did alam dunia Islam “suatu pasangan 1 Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis Jakarta: Dunia Komputer, 2010, hal. 5. 2 Ibid dilarang bersentuh tubuh apalagi melebihi dari itu, maka haram hukumnya dalam Agama Islam”. Akan tetapi adapula pro kontra dalam foto pre wedding tersebut. Ada pun faktor penyebab masyarakat kontra atau anti akan adanya foto pre wedding, antara lain : 1. Adanya pasangan muda yang sebelum melaksanakan pernikahan sudah membuat foto tanpa busana. 2. Banyak foto pre wedding yang sebelum melakukan pernikahan sudah bersentuhan. 3. Foto pre wedding terlalu mengikuti kebudayaan barat dan sekarang menjadi tradisi dalam masyarakat. 3 Ada pun faktor yang mendukung pro terhadap adanya foto pre wedding antara lain : 1. Untuk fotografernya memberikan tempat untuk mencari penghasilan 2. Untuk mengabadikan moment-moment sebelum menikah 3. Memberikan nilai seni dalam unsur pemotretan atau foto, karena pre wedding dilakukan dengan baik dan dengan ada nya tema yang diinginkan pasangan tersebut. 4 3 http:www.google.comkompasiana.html , artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 13.00 4 http:www.google.comkompasiana.htm, artikel diakses pada tanggal l 7 Januari 2014 pukul 13.00 Tidak pernah lepas dari bagian media massa baik cetak maupun elektronik terkait dengan content atau isi media, foto merupakan bagian yang penting dan menarik dalam setiap pemberitaan media karena foto merupakan kekuatan yang dapat memberikan gambaran secara detail dan valid sesuai fakta yang disajikan agar para pembaca lebih memahaminya. Fotografi dari bahasa Inggris : photography, yang awalnya dari bahasa Yunani yaitu “Fos” : cahaya dan “Grafo” : melukis atau menulis. Jadi fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. 5 Terkait dengan persoalan berita isu pro-kontra foto pre wedding, peneliti mengkutip penjelasan tentang pendapat Ulama secara umum. Dikalangan „Ulama ushul, ijtihad diistilahkan dengan “istafraagh al-wus „iy fi thalab al- dzann bi syai’i min ahkaam al-syar’iyyah „ala wajh min al-nafs al-ajziy „an al- maziid fiih”; yakni mencurahkan seluruh kemampuan untuk menggali hukum- hukum syara’ dari dalil-dalil dzanniy, hingga batas dirinya merasa tidak mampu melakukan usaha lebih dari apa yang telah dicurahkannya.” 5 Aditiawan, Rangga dan Bianca, Ferren. Belajar Fotografi Untuk Hobi Dan Bisnis Jakarta: Dunia Komputer, 2010, hal. 9. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan, bahwa ijtihad adalah proses menggali hukum syara’ dari dalil-dalil yang bersifat dzanniy dengan mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan, hingga dirinya tidak mungkin lagi melakukan usaha lebih dari itu. Sedangkan penjelasan fatwa terkait dengan obyek yang diteliti adalah Imam Ibnu Mandzur di dalam Lisaan al-Arab menyatakan, “Aftaahu fi al-amr abaanahu lahu menyampaikan fatwa kepada dia pada suatu perkara, maksudnya adalah menjelaskan perkara tersebut kepadanya. Waa afta al-rajulu fi al mas-alah seorang laki-laki menyampaikan fatwa pada suatu masalah. Wa astaftaituhu fiihaa fa aftaaniy iftaa’an wa futaa aku meminta fatwa kepadanya dalam masalah ter sebut, dan dia memberikan kepadaku sebuah fatwa.” Sedangkan perkataan “wa fataay” adalah asal dari kata futya atau fatway. Futya dan fatwa adalah dua isim kata benda yang digunakan dengan makna al- iftaa’. Oleh karena itu, dinyatakan “aftaitu fulaan ru’yan ra’aaha idza abratuhaa lahu aku memfatwakan kepada si fulan sebuah pendapat yang dia baru mengetahui pendapat itu jika aku telah menjelaskan jawaban atas masalah itu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa , fatwa adalah penjelasan hukum syariat atas berbagai macam persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 6 6 http:www.hizbut.tahrir.or.idmui, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 14.15 Sesuai dengan obyek yang diteliti, penulis mencoba meneliti tentang foto pre wedding terkait dengan dunia fotografi. Menurut Kusuma dalam bukunya “Trik Foto Pre-Wedding Kreatif”. Fotografi pre wedding adalah sesuatu hal yang menarik untuk didalami karena sifatnya yang “kompleks”. Untuk menguasainya, anda harus menggali teknik memotret orang potrait, mengatur pose, hingga teknik berkreasi dengan sudut pandang memotret, namun juga untuk mendapatkan penghasilan atau bisnis. Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti karena hal tersebut membuat jalur fotografi jadi bervariasi dan menarik. Pre wedding photography telah menjadi tren wajib bagi pasangan yang akan menikah. Bisa dibilang, Indonesia adalah negara satu- satunya yang mempopulerkan konsep ini. Padahal, secara konseptual di dunia fotografi, kegiatan ini tidak lazim. 7 Demikian yang sempat diungkapkan oleh fotografer kawakan, Arbain Rambey dalam salah satu tuli sannya di harian kompas. “ Istilah fotografi pre wedding punya kesalahan bahasa yang parah,”. Kata pertama menggunakan bahasa Indonesia, namun kata selanjutnya adalah bahasa Inggris. Kalaupun dibuat benar secara tata bahasa Inggris adalah pre-wedding photography. Namun ini pun kesalahan yang makin salah, karena fotografer luar selain Indonesia akan binggung pada istilah ini karena ini termasuk tidak lazim dalam dunia fotografi mereka. “Fotografi pre wedding” muncul di Indonesia dan sampai saat ini hanya lazim dimasyarakat Indonesia. Fotografi pre wedding 7 Kusuma, Yuliandi. Trik Foto Pre-Wedding Kreatif Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010, hal. 3. begitu biasa disebut terjadi karena pelaku fotografi „melebarkan’ market bisnis di dunia pernikahan sampai ke segala segi,” ungkapnya. 8 Dalam dunia fotografi luar negeri, tidak mengenal istilah pre wedding photography, melainkan wedding photography. Secara teoritis orang Barat mengenal istilah ini sebagai Engagement Photo. Memotret pengantin saat kegiatan pemberkatan pose pengantin setelah pemberkatan didalam studio dan diluar studio. Bedakan dengan fotografi pre wedding di Indonesia yang memotret calon pengantin untuk keperluan detil pernikahan. Seperti sampul surat undangan, standing foto memasuki gerbang pernikahan dan sebagainya. Semuanya diatur dalam pose pengantin yang sedang berbahagia. 9 Tren fotografi pre wedding berkembang sekitar akhir dekade ini karena kebutuhan calon pengantin untuk menampilkan foto diri mereka. Namun perkembangan ini sempat menimbulkan polemik. Dan tentunya permasalahan keluarnya fatwa haram hukumnya foto pre wedding oleh sebagian pendapat ulama, yang menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat. Pada intinya dalam foto itu sendiri dalam fotografi pre wedding tidak ada masalah, yang jadi permasalahan adalah yang ditimbulkan dari fotografi pre wedding itu sendiri, seperti selama ini sering kita melihat pose-pose dalam foto pre wedding identik menampilkan adegan yang dilarang syariat agama, contohnya pose saat 8 http:www.fotografer.netkompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 15.30 9 http:www.fotografer.netkompas-online, artikel diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 15.30 berpelukan, berciuman dan pose sensual lainnya, itu yang mengakibatkan foto pre wedding haram hukumnya. Media online disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak media tersebut, setiap media mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setiap media memiliki ideologi yang berbeda-beda, sehingga pengambilan sudut pandang terhadap suatu realitas di sesuaikan dengan Ideologi media tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mengetahui lebih jauh isi teks berita mengenai larangan foto pre wedding dalam media online Detik.com dan Kompas.com serta analisis Framing dalam mengungkap berita seputar masalah yang terkandung didalamnya, peneliti bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Foto Pre Wedding Pada Media Online Detik.com dan Kompas.com”

B. Fokus dan Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG PEREMPUAN KORUPTOR (Analisis Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah pada Detik.com dan Kompas.com Edisi 18-24 Desember 2013)

0 5 23

KONSTRUKSI PENCITRAAN CALON PRESIDEN DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Tentang Prabowo Subianto di Detik.com dan Kompas.com

1 24 27

Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga Teroris Di Media Online (Analisis Framing Pemberitaan Siyono Di Kompas.Com)

0 8 118

ANALISIS FRAMING PEMBERIAN PENGANGKATAN WAKIL MENTERI OLEH PRESIDEN SBY DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM PADA BULAN OKTOBER 2011

0 4 113

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17 April 2013).

0 3 12

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam

0 2 13

PENDAHULUAN DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17

0 2 37

PENUTUP DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVA NEWS (Analisis Isi Perbandingan Komentar Pembaca Media Online Detik.com, Kompas.com, dan VIVAnews dalam Pemberitaan Polemik Qanun Bendera dan Lambang Aceh 25 Maret – 17 Apri

0 16 40

ANALISIS PEMBINGKAIAN PEMBERITAAN CALON KAPOLRI BUDI GUNAWAN SEBAGAI TERSANGKA OLEH KPK DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM EDISI JANUARI 2015”.

0 0 13

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS SEPUTAR KEMACETAN LALU LINTAS DKI JAKARTA DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM

0 0 25