Transformasi Pseudogravitasi Gradient Horizontal Gradient Vertikal

16 - Matahari memancarkan arus tetap yang terdiri dari atom hidrogen terionisasi proton dan elektron yang menjalar melalui tata surya dengan kecepatan supersonik. Angin matahari yang muncul seperti ini berinteraksi secara kuat dengan medan magnet bumi yang menyebabkan terjadinya badai magnetik dengan jangkauan sekitar 1000 γ 1 γ = 10.000 km 2 dan terjadi pada semua lintang. 3. Medan Anomali : Medan anomali sebagian besar berasal dari batuan yang mengandung material magnetik didalamnya. Batuan-batuan tersebut mempunyai suseptibilitas magnetik yang menunjukkan kemampuan benda untuk dapat termagnetisasi.

2.9 Transformasi Pseudogravitasi

Rumus Poisson memberikan hubungan analogis antara potensial magnetik U dengan potensial gravitasi G yang disebabkan oleh kerapatan dan magnetisasi yang seragam : ………………………………………………………2.7 …………………………………………………………2.8 Dengan ρ adalah massa jenis, γ adalah tetapan gravitasi universal, M adalah intensitas magnetisasi, adalah unit vector magnetisasi, G m adalah komponen medan gravitasi pada arah magnetisasi dan C m adalah konstanta proporsional yang besarnya SI. Disini kita asumsikan bahwa M dan ρ adalah konstan. 17 Untuk membedakan dengan medan gravitasi, maka hasil transformasi medan magnet total ini disebut dengan anomaly Pseudogravitasi Baranov, 1957. Data pseudogravitasi merupakan gambaran analogis data gravitasi untuk benda dengan densitas yang memiliki kesebandingan dengan magnetisasi. Nilai kesebandingan yang digunakan yaitu 100 kgm 3 per 1 Am Blakely, 1995.

2.10 Gradient Horizontal

Gradient horisontal anomali gravitasi atau pseudograviatsi adalah perubahan nilai anomali gayaberat atau pseudogravitasi dari satu titik ke titik lainnya secara horisontal dengan jarak tertentu. Gradient horisontal cenderung memiliki karakteristik yang baik untuk menunjukkan tepi dari suatu benda anomali, sehingga teknik gradient horisontal sangat baik untuk mendeteksi batas horisontal dari data gravitasi atau pseudogravitasi yang dalam hal ini berarti batas batuan antara benda penyebab anomali dan batuan disekitarnya. Teknik gradient horisontal ini dapat digunakan untuk mendeteksi struktur geologi dalam maupun dangkal. Amplitudo dari gradient horisontal adalah sebagai berikut Cordell and Grauch, 1985: 2 2 , , ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∂ ∂ = y y x g x y x g HG ……………………………..2.9 dimana x g ∂ ∂ dan y g ∂ ∂ merupakan turunan horizontal gayaberat pada arah x dan y. 18 Gambar 2.5 Anomali magnetik, anomali pseudograviatsi dan gradient horisontal diatas bidang horizontal Blakely, 1995

2.11 Gradient Vertikal

Analisa struktur menggunakan second vertical derivative dapat digunakan untuk mendeteksi jenis struktur cekungan atau intrusi dan patahan turun atau patahan naik. Secara teoritis teknik second vertical derivative diturunkan dari persamaan Laplace’s untuk anomali gayaberat di permukaan yang diberikan sebagai berikut : 2 = g ∇ ∆ atau 2 2 2 2 2 2 g g g + + = 0 x y z ∆ ∆ ∆ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ .................................................................. 2.10 sehingga second vertical derivative diberikan oleh : 2 2 2 2 2 2 g g g z x y ∆ ∆ ∆ ⎛ ⎞ ∂ ∂ ∂ = − + ⎜ ⎟ ∂ ∂ ∂ ⎝ ⎠ ................................................................2.11 19 Untuk data 1-D data penampang persamaannya menjadi : 2 2 2 2 g g z x ∆ ∆ ∂ ∂ = − ∂ ∂ .................................................................................2.12 Persamaan 2.12 menunjukkan second vertical derivative SVD dari suatu anomali gayaberat permukaan adalah sama dengan negatif dari second horizontal derivative SHD. Gambar 2.6 Analisa struktur cekungan dan intrusi menggunakan SVD dari anomali gayaberat Reynold, 1984 1. Untuk cekungan atau patahan turun berlaku : 2 2 2 2 min maks g g z z ∆ ∆ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ∂ ∂ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ∂ ∂ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ............................................................2.13 20 2. Untuk intrusi atau patahan naik berlaku : 2 2 2 2 min maks g g z z ∆ ∆ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ∂ ∂ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ∂ ∂ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ...........................................................2.14

2.12 Analisa Spektrum