Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 5 PEMBAHASAN
Dari penelitian ini, semua responden mengetahui bahwa pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita sangat penting. Hal ini mungkin disebabkan
karena tingkat pendidikan sebagian besar responden yaitu 64 SMAD1D2, hanya 1 orang yang tidak bersekolahtidak tamat SD. Tingkat pendidikan merupakan salah
satu faktor internal yang dapat mempengaruhi perilaku individu.
17
Sebagian besar responden mengetahui bahwa penyakit gigi dan mulut pada anak adalah kariesgigi berlubang 86,67, gusi berdarah dan gusi bengkak 60.
Pengetahuan tentang penyebab gigi berlubang sudah baik karena sebagian besar sudah menjawab disebabkan karena makanan dan minuman manis 74, malas sikat
gigi 67,33 dan rongga mulut yang kotor 50,67. Sebanyak 62,67 responden mengetahui bahwa kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi gigi permanen, yang
salah satu akibatnya akibatnya gigi permanen menjadi tidak tidak teratur 56. Hal ini sangat baik karena seorang ibu memang harus mengetahui hal tersebut.
Sebaliknya, 37,33 responden tidak mengetahui bahwa kesehatan gigi dapat mempengaruhi gigi permanen anak. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya
informasi mengenai pengaruh gigi susu terhadap gigi permanen. Hampir semua responden 97,33 mengetahui tindakan yang dapat
dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita dengan menyikat gigi. Selain itu, dengan menghindari makanan dan minuman manis sebanyak 64,67.
Hal ini cukup baik karena menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
anak balita dan menjaga pola makan dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit gigi dan mulut pada anak. Hanya ada satu orang responden 0,67 yang tidak
mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita. Pengetahuan ibu mengenai cara membersihkan gigi anak balita
juga sudah cukup baik yaitu dengan cara mengajari anak untuk menyikat gigi 47,34. Hal ini cukup baik karena mulai usia 2 tahun seharusnya sudah mulai
diajarkan cara menyikat gigi, yaitu dengan memberikan contoh pada anak setelah itu anak diminta untuk mengikutinya.
1
Pengetahuan responden mengenai frekuensi menyikat gigi sebagian sudah baik, yaitu 54,67 menyatakan dua kali sehari pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Dalam pemilihan sikat gigi, responden sebagian besar sudah mengetahui sikat gigi yang baik untuk anak balita yaitu ukuran
kecil dan bulunya halus 67,33. Hal ini kemungkinan disebabkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sudah banyak dipublikasikan di berbagai media baik media
cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar, majalah, buletin-buletin kesehatan, internet, televisi dan radio.
Responden yang mengetahui bahwa pasta gigi dapat diberikan mulai dari anak usia 2 tahun sebanyak 61,33, dengan ukuran sebesar biji kacang polong 83,33.
Namun, masih ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat 16,67. Menurut Standard Nasional Indonesia, kadar fluor pasta gigi yang baik
untuk anak adalah 500-1000 ppm. Oleh karena itu, pada anak balita dianjurkan untuk memberikan pasta gigi mulai dari usia 2 tahun dengan ukuran sebesar biji kacang
polong untuk menghindari fluorosis. Pada anak usia di bawah 2 tahun refleks
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
menelan masih tinggi, dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi sehingga kandungan fluor tinggi dalam tubuh yang dapat menyebabkan fluorosis.
1,2
Umumnya responden sudah mengetahui peran dokter gigi yaitu sebagai tempat mengobati kalau gigi sakit 78 dan sebagai tempat konsultasidiskusi
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak 65,33. Walaupun demikian, 8,67 responden tidak mengetahui peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan
mulut anak. Dokter gigi harus ikut aktif berperan dalam meningkatkan pola hidup sehat masyarakat dengan memberikan penjelasan mengenai cara menjaga dan
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita yang diterangkan kepada ibu.
1
Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa pemeliharaan kesehatan gigi anak balita dapat
dilakukan dengan membawa anak balita secara rutin 3-6 bulan sekali ke dokter gigi. Dalam penelitian ini sebagian responden 40 tidak mengetahuinya, hanya 30
responden yang mengetahui. Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta untuk
mendeteksi kelainan rongga mulut anak sejak dini.
12
Sikap responden sebagian besar setuju dengan pernyataan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita. Sebanyak 98,67 responden
setuju untuk menjaga kebersihan gigi anak balita. Sikap ini sudah cukup baik dilihat dari sebagian besar responden mempunyai sikap yang positif untuk menjaga
kebersihan gigi anak, akan tetapi masih ada 1,33 responden yang tidak memberikan pendapat. Sikap yang baik juga ditunjukkan responden, yaitu 98 setuju dengan
menyikat gigi anak balita saat malam sebelum tidur. Responden menunjukkan sikap yang positif dalam menanggapi pernyataan mengenai tidak memberikan makanan dan
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
minuman manis di luar jam makan atau ketika menidurkan anak balita, yaitu setuju dengan pernyataan ini sebanyak 76. Walaupun demikian, masih ada responden
yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut 14. Sisa susu atau minuman manis yang tidak dibersihkan dari rongga mulut anak balita dapat menyebabkan
karies botol. Sikap responden setuju dengan pemberian pasta gigi mulai dari anak usia 2 tahun 90,67, sikap ini baik karena pada usia mulai dari 2 tahun sudah
dianjurkan untuk memakai pasta gigi. Walaupun demikian, masih ada 7,33 responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta mulai dari anak usia 2 tahun.
Dalam penelitian ini, sikap responden sebagian besar sudah baik. Hal ini
kemungkinan disebabkan pengetahuan responden yang sebagian besar juga sudah baik. Pengetahuan seorang ibu sebagai orang terdekat pada balita tentang bagaimana
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sangat penting dalam mendasari terbentuknya sikap dan tindakan yang mendukung pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
balita. Diharapkan pengetahuan yang baik diikuti sikap positif yang akhirnya dapat menimbulkan tindakan yang tepat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
balita.
1
Sebagian besar responden 71,33 tidak pernah memeriksakan gigi anak ke dokter gigi, hanya 28,67 yang sudah pernah ke dokter gigi. Alasan ke dokter gigi
paling banyak karena anak ada keluhan 79,07, sedangkan yang rutin untuk kontrol kesehatan gigi susu anak sangat sedikit 11,63. Umumnya, orangtua beranggapan
bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh gigi permanen sehingga menganggap kerusakan pada gigi susu bukan merupakan suatu masalah.
1
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Kebanyakan responden menyikat gigi anak balita hanya pada saat mandi saja yaitu 58,67, hanya 38 yang menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Responden yang selalu menyikat gigi anak balita sebanyak 46. Hal ini kemungkinan disebabkan 58,67 anak balita masih berusia 2-3 tahun. Pada usia
ini anak masih sangat tergantung orangtua.
7
Walaupun demikian, dalam penelitian ini masih ada responden yang tidak menyikat gigi anak balita yaitu 14,67. Hal ini
kemungkinan disebabkan anak usia balita cenderung kurang kooperatif dan memerlukan waktu yang khusus untuk membersihkan gigi anak balita yang masih
memiliki ketergantungan pada orangtua sehingga responden malas untuk menyikat gigi anak.
Empat puluh enam persen responden sudah memilih sikat gigi untuk anak balita yang ukuran kecil dan bulunya halus. Walaupun demikian, dalam penelitian ini
masih dijumpai responden yang menggunakan sikat gigi yang sama ukuran dewasa pada anak balitanya 3,33. Hal ini kemungkinan disebabkan sikat gigi anak balita
lebih mahal, sehingga responden memperhitungkan biaya untuk membelinya. Kondisi rongga mulut anak balita yang kecil tidak memungkinkan untuk memakai sikat gigi
ukuran dewasa, selain itu kebersihan rongga mulut tidak maksimal karena sikat gigi yang besar tidak dapat menjangkau seluruh permukaan gigi anak.
Dalam hal pemberian pasta gigi, banyak pasta gigi yang diberikan sewaktu menyikat gigi adalah sebesar kacang polong 81,33. Dalam penelitian ini masih
ada responden yang memberikan pasta gigi sepanjang bulu sikat yaitu 18,67. Hal ini kemungkinan disebabkan responden kurang memperhatikan petunjuk pemakaian
pada pasta gigi, yang dianjurkan pada balita adalah sebesar biji kacang polong.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Responden memberikan susu atau minuman manis di luar jam makan atau untuk menidurkan anak 46,67. Dilihat dari sikap responden sudah baik dalam hal
tidak memberikan minuman manis untuk menidurkan anak setuju 46,67 dan sangat setuju 40,67, tindakan responden masih kurang. Responden yang memberikan air
putih untuk berkumur setelah anak makan atau minum yang manis 57,33, dan yang tidak 42,67. Berkumur dengan air putih setelah makan dan minum yang
manis dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan dan minuman manis atau susu pada anak balita yang dapat menyebabkan karies pada anak terutama karies
botol.
9
Hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada anak balita menunjukkan bahwa 74 orang atau 49,33 anak balita menderita karies botol, yang dijumpai paling
banyak pada kelompok umur 4-5 tahun 52,70, dan pada anak perempuan 55,40. Penelitian di Bandung oleh Eka Chermiawan, dkk pada 317 anak balita
menunjukkan bahwa 56,78 menderita Nursing Mouth Caries. Selain itu gigi geraham yang berlubang pada 37 orang anak balita 24,67, sebagian besar pada
anak usia 4-5 tahun 86,49 dan perempuan 54,05. Pada penelitian Suryawati, dkk prevalensi karies tertinggi pada anak balita perempuan 58,2 dan pada anak
balita berusia 4 tahun.
6
Anak balita yang menderita penyakit gusi yaitu gusi berdarah 10,67 dan gusi bengkak 8,67. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi oral higiene yang
buruk, dimana penyikatan gigi balita yang tidak rutin. Oral higiene yang buruk ditandai dengan banyaknya plak dan kalkulus yang dapat menimbulkan peradangan
pada gusi.
2
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Dalam penelitian ini tidak satupun pada gigi yang berlubang dilakukan penambalan. Umumnya pencarian pengobatan oleh responden ibu lebih tinggi
dilakukan dengan cara mengobati sendiri yaitu pada karies botol 36,49, gigi berlubang 46,65, gusi berdarah 50 dan gusi bengkak 61,54. Hal ini
kemungkinan disebabkan faktor biaya. Berdasarkan The World Oral Health Report, 2003 penyakit gigi dan mulut menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam
pengobatan.
2
Dalam penelitian ini, pengetahuan dan sikap responden yang baik belum semuanya dapat diaplikasikan dalam tindakan. Tindakan ibu masih kurang dalam hal
membawa anak untuk kontrol secara rutin ke dokter gigi, penyikatan gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, pemberian makanan dan minuman manis di luar
jam makan, pencarian pengobatan ke dokter gigi. Hal ini sama seperti pada penelitian Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pasar Minggu yang
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut anak balita sudah baik akan tetapi tindakan ibu masih sangat kurang dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya.
Meinarly Gultom : Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN