Definisi Keuangan Daerah Tinjauan Teoritis

Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 perimbangan sebagai kekuatan utama otonomi daerah adalah lingkup kajian nantinya didalam pembahasan.

2. Definisi Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 tahun 2000 sekarang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan terhadap keuangan daerah setelah dikeluarkannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah. Beberapa peraturan pelaksanaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Halim 2007 : 2 antara lain : 1 Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. 2 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keungan Daerah. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah. 4 Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 5 Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 November 2000 Nomor 9032735SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001. 6 Keputuasan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penguruasan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah, Serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Cara Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan APBD. 7 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 8 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut, manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah memiliki karakteristik yang berbeda dari pengelolaan keuangan daerah sebelum otonomi daerah. Menurut Halim 2007 : 2 karakteristik tersebut antara lain : 1 Pengertian Daerah adalah propinsi dan kota atau kabupaten. Istilah Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, juga kota madya tidak lagi digunakan. 2 Pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat lainnya. Pemerintah ini adalah badan eksekutif, sedang badan legislatif didaerah adalah DPRD pasal 14 UU No.22 Tahun 1999. Oleh karena itu, terdapat pemisahan yang nyata antara legislatif adan eksekutif. 3 Perhitungan APBD menjadi satu laporan dengan pertanggung jawaban Kepala Daerah pasal 5 PP Nomor 108 Tahun 2000. 4 Bentuk Laporan Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas : a Laporan Perhitungan APBD b Nota Perhitungan APBD c Laporan Aliran Kas d Neraca Daerah dilengkapi dengan peniliaian berdasarkan tolak ukur Renstra pasal 38 PP Nomor 105 Tahun 2000 5 Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos Pendapatan yang menunjukkan hak Pemerintah Daerah tetapi masuk dalam pos Penerimaan yang belum tentu menjadi hak Pemerintah Daerah 6 Masyarakat termasuk didalam unsur-unsur penyusunan APBD disamping Pemerintah Daerah yang terdiri atas Kepala Daerah dan DPRD. 7 Indikator kinerja Pemerintah Daerah tidak hanya mencakup : a Perbandingan antara anggaran dan realisasinya. b Perbandingan antara standar biaya dan realisasinya. c Target dan persentase fisik proyek tetapi juga meliputi standar pelayanan yang diharapkan. 8 Laporan pertanggungjawaban Kepla Daerah pada akhir tahun anggaran yang bentuknya Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan Kepala Daerah apabila dua kali ditolak oleh DPRD. 9 Digunakan akuntansi didalam pengelolaan keuangan daerah. Sumber-sumber PendapatanPenerimaan Daerah menurut undang-undang nomor 32 Tahun 2004 : 1 Pembiayaan Penyelanggaraan Pemerintah : a Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 b Penyelengaraan tugas pemerintah di daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran dan Pendapatan Belanja. 2 Sumber Pendapatan Daerah : a Pendapatan asli daerah, yaitu : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b Dana perimbangan. c Pinjaman daerah. d Lain-lain pendapatan daerah yang sah. 3 Persentase Dana Perimbangan.: a Dana Perimbangan : 1 Bagian daerah dari penerimaan Pajak dan Bumi Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam. 2 Dana alokasi khusus. 3 Dana alokasi umum. b Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan, perkotaan, dan perkebunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, diterima langsung oleh daerah penghasil. c Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan serta kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, diterima oleh daerah penghasil dan daerah lainnya untuk pemerataan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d Penerimaan Negara dari Pajak Bumi dan Bangunan dengan pembagian imbalan 10 untuk Pemerintahan Pusat dan 90 untuk Daerah. e Penerimaan Negara dari Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan dibagi dengan imbangan 20 untuk Pemerintah Pusat dan 80 untuk Pemerintah Daerah. f 10 penerimaan Pajak bumi dan Bangunan dan 20 penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang menjadi bagian dari Pemerintahan Pusat dibagikan kepada seluruh Kabupaten dan Kota. g Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20 untuk Pemerintahan Pusat dan 80 untuk Pemerintahan Daerah. h Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan sebagai berikut : 1 Penerimaan Negara dari pertambangan minyak bumi yang berasal dari wilayah Daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 85 untuk Pemerintahan Pusat dan 15 untuk Pemerintahan Daerah. 2 Penerimaan Negara dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah daerah setelah dikurangi komponen pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dibagi dengan imbangan 70 untuk Pemerintahan Pusat dan 30 untuk Pemerintahan Daerah. Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah memiliki keterkaitan dengan PP Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertangungjawaban Kepala Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah secara khusus diatur dalam Pasal 14 PP Nomor 105 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa: a Ketentuan tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ditetapkan Peraturan Daerah. b Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah diatur dengan Keputusan Kepala Daerah c Pedoman tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan ketentuan PP Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 14 tersebut, kemudian Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tersebut merupakan petunjuk teknis pelaksanaan PP Nomor 105 Tahun 2000 dibidang pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka pelaksanaan transparasi dan akuntabilitas keuangan daerah. PP Nomor 105 Tahun 2000 saat ini diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 saat ini telah diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah. Perubahan yang terjadi cukup besar, namun tetap dilakukan secara bertahap sesuai dengan semangat reformasi, tidak radikal dan Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 evolusioner. Perubahan itu sudah sampai pada tekhnik akuntansinya yang meliputi perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan, fungsi-fungsi otorisasi untuk tujuan sistem pengendalian internal, laporan dan pengawasan. Berbagai perubahan dari pola lama ke pola baru yang diakibatkan kedua peraturan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Perubahan Setelah PP Nomor 105 Tahun 2000 PP No.105 Tahun 2000 PERUBAHAN YANG MENDASAR LAMA BARU Sistem Anggaran Tardisional dengan ciri : Line-item Incrementalism Sistem Angaran Kinerja Performance Budget Sistem Anggaran Berimbang Sistem Anggaran Defisit Struktur Anggaran : 1. Pendapatan 2. Belanja Struktur Anggaran : 1. Pendapatan 2. Belanja 3. Pembiayaan Belanja Dibagi : 4. Belanja Rutin 5. Belanja Pembangunan Belanja Dikategorikan : 1. Belanja Administrasi Umum 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3. Belaja Modal 4. Belanja Tidak Tersangka Belanja dipisahkan per sektor, tidak ada pemisahan Belanja Publik dengan Belanja Aparatur Belanja Dipisahkan Menjadi : 1. Belanja Aparatur 2. Belanja Publik Pinjaman sebagai komponen pendapatan Pinjaman Sebagai Komponen Pembiayaan Laporan Pertanggungjawaban : Nota Perhitungan APBD Laporan Pertanggungjawaban : 1. Neraca 2. Laporan Arus Kas 3. Laporan Perhitungan APBD 4. Nota Perhitungan APBD Sumber : Diolah dari Forum Dosen Akuntansi, 2006 Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 Perubahan undang-undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 menjadi undang- undang nomor 32 dan 33 tahun 2004 menimbulkan implikasi perlunya dilakukan revisi peraturan perundang-undangan dibawahanya terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, seperti PP Nomor 105, PP Nomor 108, dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Sementara itu, pada tahun 2005, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. Menurut Mahmudi 2006 : 29 “pada dasarnya antara PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur tentang standar akuntansi, sedangkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 lebih banyak mengatur tentang sistem akuntansi pemerintahan daerah.” Menurut Halim 2007 : 42 pada organisasi pemda Laporan keuangan yang dikehendaki diatur oleh PP Nomor 105 Tahun 2000 serta Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 81 ayat 1 dan lampiran XXIX butir 11 peraturan tersebut diperbaharui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Tabel 1.2 Perbandingan Permendagri No.13 Tahun 2006 dengan PP No.24 Tahun 2005 Permendagri No.13 Tahun 2006 PP No.24 Tahun 2005 Basis Kas Modifikasian untuk pencatatan yang dilakukan dengan dasar kas, Basis Akrual untuk penyesuaian pada akhir tahun anggaran. Menuju Basis Akrual, Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan Laporan LR, Basis Akrual untuk pencatatan aset, Kewajiban dan Ekutas Dana Neraca. Aktiva tetap diakui didalam penganggaran belanja modal hanya sebesar harga belibangunan asset. AktivaAset tetap diakui pada hak kepemilikan berpindah dan atau saat diterima. Aktiva tetap selain tanah didepresiasi dengan metode garis lurus, metode saldo menurun ganda dan metode unit produksi. Aktiva tetap selain tanah dapat didepresiasi dengan metode garis lurus, metode saldo menurun ganda dan metode unit produksi. Terdapat dana cadangan Tidak tedapat dana cadangan Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 Kewajiban diakui menjadi belanja daerah sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul. Jenis Laporan Keuangan : 1. Laporan Realisasi Anggaran. 2. Naraca. 3. Laporan Arus Kas. 4. Catatan Atas Laporan Keuangan. Jenis Laporan Keuangan : 1. Neraca. 2. Laporan Realisasi Anggaran. 3. Laporan Arus Kas. 4. Catatan Atas Laporan Keuangan. Belanja dikelompokkan kedalam belanja daerah. Tidak terdapat ketentuan pengelompokkan belanja daerah. Belanja Dikategorikan : Belanja Tidak Langsung, terdiri atas: 1. Belanja Pegawai. 2. Bunga. 3. Subsidi. 4. Hibah. 5. Bantuan Sosial. 6. Belanja Bagi Hasil. 7. Bantuan Keuangan. 8. Belanja Tak Terduga Belanja Langsung : 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Modal Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomisnya yaitu : Belanja Operasi : 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Bunga 4. Subsidi 5. Hibah 6. Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Tak Terduga Laporan Aliran Kas dikelompokkan kedalam tiga aktivitas : 1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi 3. Pembiayaan Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam empat aktivitas : 1. Aktivitas Operasi 2. Aktivitas Investasi 3. Pembiayaan 4. Aktivitas Non Anggaran

3. Definisi Kinerja Keuangan Daerah