Gambaran Keuangan Daerah Kabupaten Bungo.

Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 5 Bangunan 4,91 25,73 16,52 17,29 11,18 6 Perdagangan, Hotel Restoran 5,71 6,13 6,89 9,48 14,00 7 Pengangkutan Komunikasi 8,02 7,94 10,37 3,04 4,05 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,93 4,32 7,38 2,30 4,24 9 Jasa-jasa 4,47 4,49 5,39 8,45 4,73 PDRB 4,82 4,75 5,39 8,45 7,47 Sumber data : BPS Kabupaten Bungo 2007

B. Gambaran Keuangan Daerah Kabupaten Bungo.

Sebagaimana yang dirasakan saat ini Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 secara prinsip tidak sesuai serta sinkron lagi dengan semangat dari Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 yang berlaku, sebagaimana yang diubah dengan Perpu Nomor 3 Tahun 2005. Untuk mengantisispasi berbagai aspek yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, pemerintah mengesahkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang juga merupakan tindak lanjut dari Pasal 155 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana perlu ditetapkan Permendagri tentang Pedoman Pengelolaan Keungan Daerah. Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Dalam upaya pemberdayaan pemerintahan daerah, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dimasa otonomi daerah dan anggaran daerah adalah: 1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik, hal ini tidak saja terlihat dari besarnya porsi penganggaran untuk kepentingan publik, tetapi pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah. Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 3. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah pada khususnya. 4. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran serta partisipasi yang terkait dengan pengelolaan anggaran seperti DPRD, Kepala Daerah, Sekretariat Daerah dan Perangkat Daerah Lainnya. 5. Kerangka umum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi, dan pengelolaan uang daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar. 6. Kejelasan aturan tentang pengeluaran operasional dan lain-lain yang tidak jelas akuntabilitas. 7. Prinsip anggaran dan kejelasan larangan pengaturan alokasi anggaran diluar yang ditetapkan dalam strategi dan prioritas APBD. Pendapatan dan Belanja Daerah di Indonesia disusun menurut tahun anggaran yang dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir 31 Desember. Bentuk dan susunan APBD yang ada berbeda dengan susunan APBD dalam era sebelum otonomi daerah. Akan tetapi perubahan komposisi dan struktur APBD tidak merubah maksud dari unsur APBD itu sama sekali. Berdasarkan atas ini, Kabupaten Bungo juga menerapkan suatu struktur keuangan daerah yang disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku. Dibidang Penerimaan Daerah, menurut undang-undang nomor 34 tahun 2000 sumber penerimaan daerah yaitu : Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan lalin-lain pendapatan daerah yang sah. 2. Dana perimbangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang mencakup Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi khusus. 3. Pinjaman Daerah dan Bagian Sisa Perhitungan APBD Tahun Lalu yang dahulu merupakan bagian komponen Penerimaan Daerah maka dalam regulasi diera otonom hal tersebut bukan merupakan bagian Penerimaan Daerah melainkan bagian dari pembiayaan daerah. 4. Lain-lain penerimaan yang sah. 5. Besarnaya Dana Perimbangan sangat ditentukan dari potensi sumber daya alam hasil pertambangan dan hasil hutan lainnya. 6. Pendapatan Asli Daerah berupa pajak pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah yang semula merupakan penerimaan daerah tingkat II maka setelah otonomi daerah, pajak ini diserahkan kembali kepada tingkat I. Disisi Pengeluaran daerah, pengaturan belanja diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 105 s.d Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 yang mengatur tentang tata cara penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah termasuk kedudukan keuangan Kepala Daerah dan DPRD. Beberapa karakteristik pengelolaan belanja daerah diera setelah otonomi daerah dengan alat pengatur berupa regulasi tersebut diatas, dapat dikemukakan sebagi berikut : Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 1. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja administrasi umum, dan belanja operasi pemeliharaan. 2. Belanja pembangunan merupaak belanja yang dialokasikan untuk membiayai pekerjaan fisik dan disebut sebagai bahan modal. 3. Selain belanja dimaksud terdapat belanja bagi hasil dan bantuan keuangan yang terbentuk dari pengeluaran tidak termasuk begian lain dan bantuan keuangan sebelum otonomi daerah serta pengeluaran tidak tersangka dengan istilah dan maksud yang sama seperti sebelum otonomi daerah. 4. Pembiayaan belanja rutin didanai dari kemampuan PAD, dan belanja pembangunan didanai dari Dana PerimbanaganBagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Sejalan dengan kebijakan pembangunan daerah, maka diperlukan sumber- sumber pendapatan untuk melaksanakan kegiatan melalui sumber-sumber sebagai berikut : 1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah berupa Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. 2. Sumber-sumber pendapatan yang berasal dari pemerintah baik berupa perimbangan Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, Dana Hibah, Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Dana Penyesuaian serta Lain-lain pendapatan yang sah. 3. Sumber-sumber dana yang berasal dari investasi pihak swasta. Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 Upaya peningkatan sumber-sumber pendapatan diusahakan dari peningkatan penerimaan perimbangan keuangan pemerintahan pusat, peningkatan dengan intensifikasi sumber-sumber yang telah ada dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan baru, serta menciptakan iklim berusaha yang sehat dan menarik bagi peningkatan investasi pihak swasta. Pada tahun 2007 Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah, terutama dari sumber Pajak Daerah, dan beberapa sumber Retribusi Daerah serta Lain-Lain PAD yang sah dan bagi hasil pajak melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini didukung oleh PERDA tentang peningkatan PAD, yaitu antara lain : 1. PERDA No. 5 Tahun 1988 tentang Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C. 2. PERDA No. 10 Tahun 2000 tentang Retribusi Pangakalan Hasil Bumi. 3. PERDA No. 35 Tahun 2000 tentang Retribusi Gambar Bangunan. 4. PERDA No. 1 Tahun 2002 tentang Retribusi Pasar. 5. PERDA No. 2 Tahun 2002 tentang Retribusi Terminal. 6. PERDA No. 27 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel. 7. PERDA No. 28 Tahun 2002 tentang Pajak RestoranRumah Makan. 8. PERDA No. 8 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame. 9. PERDA No. 15 Tahun 2004 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan. Belanja merupakan pengeluaran yang menjadi salah satu alat kebijakan untuk mencapai sasaran pembangunan. Kebijakan diarahkan kepada upaya peningkatan penerimaan PAD, terutama dalam menggerakkan pertumbuhan investasi yang berasal dari swasta. Disisi lain dengan kapasitas keuangan yang Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009. USU Repository © 2009 terbatas perlu pengaturan dalam mengalokasikannya, sehingga mampu mencapai sasaran secara optimal. Pengaturan tersebut diantaranya adalah melalui cara penetapan sasaran utama dan strategis. Dimana sasaran utama menyangkut bidang ekonomi, seperti pertumbuhan dan pemerataan yang diharapkan dapat mempengaruhi bidang pembangunan lainnya atau sasaran pendukung. Kebijakan umum keuangan daerah selain diarahkan kepada peningkatan pendapatan juga ditujukan kepada pencapaian sasaran yang optimal melalui : 1. Menyusun prioritas pembangunan sesuai dengan kemampuan pembiayaan. Untuk itu diharapakan kepada seluruh perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD agar dapat memberikan skala prioritas kepada program dan kegaiatan yang memiliki sinergi antara program dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. 2. Mengutamakan pencapaian sasaran dengan prinsip capaian yang dapat diukur dan berdampak lebih luas terhadap tumbuhnya kegiatan masyarakata dan swasta. 3. Memfasilitasi tumbuhnya investasi swasta.

C. Perhitungan dan Analisis Perkembangan Rasio dan Kinerja