Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
holistis, kompleks, dan rinci yang sifatnya menjelaskan secara uraian atau dalam bentuk kalimat.
Menurut Widodo dalam Halim 2002 : 126 analisa yang digunakan pada analisis kinerja keuangan daerah dalam bentuk rasio yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD adalah sebagai berikut : 1.
Rasio Kemandirian Daerah 2.
Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah 3.
Rasio Aktivitas 4.
Debt Service Coverage Ratio DSCR 5.
Rasio Pertumbuhan
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo tepatnya di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah DPKD Kabupaten Bungo yang
beralamat di Jalan Saleh Somad No. 251 Muara Bungo 37200.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Bungo
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1948 ketiga sub propinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan ditetapkan menjadi
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
Propinsi, dimana Keresidenan Jambi yang terdiri dari Kabupaten Merangin dan
Kabupaten Batanghari tergabung dalam Propinsi Sumatera Tengah. Selanjutnya berdasrkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1965, Kabuapetn
Merangin yang semula ibukotanya berkedudukan di Bangko dipindahkan ke Muara Bungo.Selanjutnya Daerah Tingkat I Jambi yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 81 Tahun 1957 dirubah menjadi Undang-undang Nomor 81 Tahun 1958 yang wilayahnya terdiri dari Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Merangin, dan Kabupaten Kerinci. Pada Tahun 1958 rakyat Kabupaten Merangin melalui DPRD Peralihan dan
DPRG bertempat di Muara Bungo dan Bangko mengambil keputusan antara lain ; 1.
Mendesak Pemerintah Pusat Menteri Dalam Negeri untuk memekarkan Kabupaten Merangin menjadi dua Kabupaten, antara lain :
a. Kewedanan Muara Bungo dan Kewedanan Muara Tebo Menjadi
Kabupaten Muara Bungo Tebo dengan Ibukotanya Muara Bungo. b.
Kewedanan Sarolangun dan Kewedanan Bangko menjadi Kabupaten Bangko dengan Ibukotanya Bangko.
2. Mengirim delegasi ke Jakarta untuk menghadap Menteri Dalam Negeri
melalui Gubernur Propinsi Jambi guna memperjuangkan keputusan tersebut. Sebagai perwujudan dari tuntutan rakyat tersebut, maka keluarlah Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II yang mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 sebagai pemekaraan
daerah: a.
KABUPATEN MERANGIN MENJADI :
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
1. Pemerintah Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko berkedudukan di
Bangko 2.
Pemerintah Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo berkedudukan di Muara Bungo
b. KABUPATEN BATANGHARI MENJADI :
1. Pemerintahan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung berkedudukan di
Kuala Tungkal 2.
Pemerintahan Daerah Tingkat II Batanghari berkeduduka n di Kenali Asam
Pada tanggal 12 September 1965 dilakukan pelantikan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo dan diadakan penurunan papan nama
kantor Bupati Merangin yang diganti dengan papan nama kantor Bupati Muara Bungo Tebo.
Sehubung dengan hal tersebut, maka tanggal 19 Oktober 1965 dinyatakan sebagai Hari Jadi Kabupaten Muara Bungo Tebo. Untuk memudahkan sebutannya
dan dengan tidak mengurangi makna keputusan dan jiwa Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 dengan keputusan DPRGR Kabupaten Daerah Tingkat II Muara
Bungo Tebo, ditetapkan sebagai sebutan KABUPATEN BUNGO TEBO.
Pemekaran yang terjadi dibeberapa propinsi dan kabupaten di Indonesia pada tahun 1999 juga melibatkan Kabupaten Dati II Bungo Tebo dan Kabupeten
Dati II Sarolangun Bangko, yang pada gilirannya lahirlah KABUPATEN BUNGO dengan dasar Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999.
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
Dasar hukum pembentukan Kabupaten Bungo menjadi daerah otonom adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonomi Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. 2.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung.
3. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. 6.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 7.
Peraturan-Peraturan Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenagan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah. 9.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
10. Peratuaran Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. 11.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat.
Kabupaten Bungo secara spesifik memiliki letak geografis yang sangat strategis, yaitu berada pada jalur lintas barat Pulau Sumatera yang terletak antara
1º 08’ - 1º 55’ Lintang Selatan dan antara 10º 27’ – 102º 33’ Bujur Timur, maka
Kabupten Bungo dijuluki sebagai “Kota Lintas” dengan semboyan “Bumi Langkah Serentak Limbai Seayun”.
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo secara administratif berbatasan dengan beberapa KabupatenPropinsi. KabupatenPropinsi yang sangat
mendukung upaya perkembangan dan kemajuannya baik dibidang perdagangan, industri, transportasi, pertanian, pertambangan maupun pariwisata.
Adapun batas administratif itu adalah : 1.
Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya Propinsi Sumatera Barat.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupeten Dharmasraya Propinsi Sumatera
Barat dan Kabupaten Kerinci.
Visi Kabupaten Bungo adalah “Maju dan Sejahtera Bersama” yang
bermakna bahwa masyarakat Kabupaten Bungo memiliki semangat untuk
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
mengerakkan pembangunan dan komitmen yang kuat secara bersama saling bahu membahu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera , maka ditetapkan sasaran yang akan dicapai melalui program dan kegiatan yang
mendukung misi sebagai berikut : 1.
Pengembangan potensi lokal guna mengembangkan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan secara luas.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Meningkatkan dan mengembangkan produk dan potensi unggulan daerah.
4. Menigkatkan upaya pengelolaan sumber daya alam, sumber daya hutan dan
mineral yang berwawasan lingkungan. 5.
Menurunkan angka pengangguran 6.
Meningkatkan prasarana dan sarana pelayanan publik untuk mendukung kesejahteraan dan kemajuan daerah.
7. Menigkatkan pendapatan daerah.
8. Menigkatkan kualitas manajemen pemerintahan.
9. Menigkatkan pengamanan nilai-nilai keagamaan, keamanan dan ketertiban
masyarakat terhadap masalah sosial dan perempuan. Kabupaten bungo merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jambi yang
memilki potensi cukup besar untuk dikembangkan, karena beberapa potensi penting dan strategis mempunyai pasar lokal dan eksport.
Dalam mencapai visi dan misi Kabupaten Bungo, maka perlu disusun strategi dan arah kebijakan pembangunan, guna mengoptimalkan pemanfaatan
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
potensi lokal secara efektif dalam menciptakan kondisi perekonomian yang kompetitif dan kondisi sosial yang kondusif serta sarana dan prasarana yang
memadai dalam mencapai sasaran pembangunan secara berkelanjutan. 1.
Strategi Pertumbuhan Pemerintah Kabupaten Bungo optimis untuk terus menaikkan pertumbuhan
ekonomi, terutama diharapkan dari sumbangan beberapa sektor dominan seperti perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan serta
pengangkutan dan Komunikasi yang menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini karena komitmen Pemerintahan Kabupaten Bungo
sangat kuat untuk menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif, sehingga menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Bungo. 2.
Strategi Koordinasi Dalam rangka menggerakkan seluruh potensi yang dimilki daerah untuk
percepatan pembangunan serta wilayah didalam memicu pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, maka dibutuhkan koordinasi , baik yang sifatnya
internal maupun eksternal 3.
Strategi Pelayanan Strategi pelayanan merupakan faktor penting lainnya dalam rangka
memberikan kemudahan bagi masyarakat dan swasta untuk berusaha. Kebijakan pembangunan daerah merupakan rujukan bagi satuan kerja
perangkat daerah SKPD dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan bidang tugas masing-masing adalah sebagia berikut :
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
1. Mewujudkan ekonomi Kabupaten Bungo yang maju dan berdaya saing
2. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas
3. Mewujudkan tatanan masyarakat yang tertib, demokratis, menjunjung tinggi
supremasi hukum dan HAM 4.
Mewujudkan masyarakat yang beriman, bertakwa dan berbudaya Potensi unggulan daerah Kabupaten Bungo secara umum cukup banyak dan
menjanjikan, namun demikian yang dapat diprioritaskan sebagai potensi unggulan adalah sebagai berikut :
1. Sektor Pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdiri dari padi, duku dan
durian. 2.
Sektor Perkebunan terdiri dari karet, kelapa dan kelapa sawit. 3.
Sektor Perternakan terdiri dari sapi, kerbau dan ayam pedaging. 4.
Sektor Industri terdiri dari crumb rubber, industri kecil pisang sale dan industri kerajinan anyaman dan batik jambi.
5. Sektor Pertambangan terdiri dari bahan galian golongan A batu bara, B
emas dan C pasir kuarsa, sirtu, granit, andesit, kaolin, logam dan batu suiseki.
6. Sektor Pariwisata terdiri dari wisata alam dan wisata rekreasi.
Pembangunan Kabupaten Bungo diarahkan pada peningkatan, perluasan dan penyempurnaan dari tahun sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup dan mendorong pemerataan serta memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, sehingga diharapkan dapat mempertinggi kesejahteraan
sosial masyarakat.
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
Apabila dilihat dari sisi lapangan usaha, maka laju pertumbuhan PDRB kabupaten Bungo tahun 2007 jika dibandingkan pertumbuhan yang terjadi dalam
kurun waktu 5 lima tahun terakhir tahun 2003 telah terjadi peningkatan dibeberapa lapangan usaha seperti pertambangan dan pengendalian, industri
pengolahan, lapangan usaha listrik, gas dan air bersih, lapangan usaha bangunan, lapangan usaha perdagangan, hotel dan komunikasi dan jasa.
Hal tersebut diatas menunjukkan kemantapan Kabupaten Bungo untuk mengembangkan Kabupatennya sendiri melalui pemanfaatan secara efektif dan
efisien atas sumber daya-sumber daya yang telah ada dan tersedia, dengan melakukan pengelolaan dan pengolahan sumber daya-sumber daya tersebut
melalui penyediaan lapangan usaha sehingga ini juga merupakan salah satu strategi untuk mencapai tujuan pemerintahan didalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Bungo dengan membuka dan memberikan peluang serta kesempatan atas penyediaan lapangan pekerjaan dari lapangan usaha yang
diciptakan. Untuk lebih jelasnya laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo selama
kurun waktu 5 lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2003-2007
No LAPANGAN USAHA
TAHUN 2003
2004 2005
2006 2007
1 2
3 4
5 6
7
1 Pertanian
3,33 1,61
2,23 3,41
1,89 2
Pertambangan Pengendalian
21,21 22,94
22,91 167,94
53,47 3
Industri Pengolahan 1,31
5,22 2,48
2,41 4,91
4 Listrik, Gas Air
bersih 3,37
11,88 16,70
12,10 12,15
Martha Yurdila Janur : Analisis Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo Sesudah Otonomi Daerah, 2009.
USU Repository © 2009
5 Bangunan
4,91 25,73
16,52 17,29
11,18 6
Perdagangan, Hotel Restoran
5,71 6,13
6,89 9,48
14,00 7
Pengangkutan Komunikasi
8,02 7,94
10,37 3,04
4,05 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
6,93 4,32
7,38 2,30
4,24 9
Jasa-jasa 4,47
4,49 5,39
8,45 4,73
PDRB 4,82
4,75 5,39
8,45 7,47
Sumber data : BPS Kabupaten Bungo 2007
B. Gambaran Keuangan Daerah Kabupaten Bungo.