xxxiii g. Laba komprehensif comprehensive income
Menurut Kieso 2002:173 laba komprehensif “meliputi semua perubahan ekuitas selama suatu periode kecuali perubahan akibat
investasi oleh pemilik. Oleh karena itu laba komprehensif meliputi semua pendapatan dan keuntungan , beban dan kerugian yang
dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mencakup keuntungan dan kerugian yang tidak dimasukkan dalam laba bersih
tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham.”
E. Pajak
Menurut Resmi 2003: 1-2, terdapat beberapa definisi pajak, yaitu: Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rahmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik
kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, sehingga berbunyi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Definisi yang dikemukakan oleh S.I Djajaningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Definisi yang dikemukakan oleh Mr. Dr. M. J. Feldmann: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
xxxiv
1. Ciri-ciri yang Melekat pada Definisi Pajak
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya; b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah; c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah;
d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
2. Pungutan Lain Selain Pajak
Selain pajak masih ada beberapa pungutan lain yang mirip dengan pajak, tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda dengan pajak
yang dilakukan oleh negara terhadap rakyatnya. Pungutan tersebut meliputi:
1. Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda materai ataupun alat lain.
2. Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan masuk atas barang-barang yang dimasukkan ke daerah pabean berdasarkan harga
atau nilai barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan. Sedangkan bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang
xxxv yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah
ditentukan bagi masing-masing golongan barang. 3. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu
yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang-barang tertentu, misalnya tembakau, gula, minuman keras, dan lain-lain.
4. Retribusi, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan
nyata kepada pembayar misalnya parkir, pasar, jalan tol dan lain-lain. 5. luran, yaitu pungutan yang berhubungan sesuatu jasa atau fasilitas
yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar.
6. Lain-lain pungutan yang sah atau legal berupa sumbangan wajib.
3. Jenis pajak
Menurut Resmi 2003: 6 terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya,
sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya: 1. Menurut golongannya:
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
orang lain atau pihak lain, pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak bersangkutan.
xxxvi b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.
2. Menurut sifatnya: a. Pajak subyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan kepada subyeknya.
b. Pajak obyektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kepada obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak wajib
pajak maupun tempat tinggal. 3. Menurut lembaga pemungutnya:
a. Pajak negara pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya. b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,
baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.
xxxvii
4. Fungsi pajak
Menurut Resmi 2003:2-3 terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgeter sumber keuangan negara dan fungsi reguler mengatur.
a. Fungsi budgeter artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan. b. Fungsi reguler artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang
keuangan.
5. Pajak Penghasilan PPh
Penghasilan adalah tambahan kemampuan untuk menguasai barang dan jasa yang mengalir diterima atau diperoleh seseorang selama suatu
jangka waktu, misalnya selama satu tahun takwin dari 1 januari sampai dengan 31 desember setiap tahun Irwansyah lubis, 2006: 124. Menurut
undang-undang pajak penghasilan PPh tahun 2000 adalah: pajak yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
xxxviii Menurut PSAK No 46 pengertian pajak penghasilan bersifat final
PPh final, yaitu bahwa setelah pelunasannya kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak
digabungkan dengan jenis penghasilan objek pajak yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan,
transaksi, atau usaha tertentu scheduler taxation.
a. Subjek Pajak Penghasilan PPh
Dalam pasal 2 undang-undang PPh yang menjadi subjek pajak adalah:
1 Orang pribadi; 2 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak; 3 Badan;
4 Bentuk usaha tetap.
b. Objek Pajak
Dalam undang-undang PPh pasal 4 dan 5 mengatur tentang objek pajak, antara lain:
1 Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
xxxix a Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk: gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;
b Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c Laba usaha; d Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.
c. Tarif Pajak Penghasilan PPh
Menurut undang-undang PPh pasal 17 mengatur tentang tarif pajak penghasilan secara progresif dengan lapisan kena pajak. Tarif
pajak penghasilan ada dua 2 macam, yaitu: 1 Wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 25.000.000,- 5
Diatas Rp. 25.000.000,- s.d Rp. 50.000.000,- 10
Diatas Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 100.000.000,- 15
Diatas Rp. 100.000.000,- s.d Rp. 200.000.000,- 25
Diatas Rp. 200.000.000,- 35
Sumber: hukum pajak indonesia suatu pengantar
2 Wajib pajak badan dalam negeri dan usaha tetap sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 10
Diatas Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 100.000.000,- 15
Diatas Rp. 100.000.000,- 30
Sumber: hukum pajak indonesia suatu pengantar
xl
F. Kerangka Penelitian