Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Potensi Desa

Tabel 1.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar di Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2012 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar 2012 K1 98,71 K4 95,65 KB 29,25 Gizi Baik Lebih Kurang Buruk 96,41 0,96 1,53 - Imunisasi 87,06 Pengobatan Penyakit 83,06 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang 2012 Cakupan kunjungan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru terbilang tinggi. Berdasarkan laporan Puskesmas Kutalimbaru terdapat lebih dari 60 masyarakat menggunakan Poskesdes sebagai pelayanan kesehatan yang pertama. Namun, terjadi penurunan di beberapa aspek. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat data mengenai bayi berat badan lahir rendah BBLR pada tahun 2012 terdapat 2 kasus 0,26, dan ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang tidak terjadi kasus BBLR 0. Kasus kematian bayi dan balita yang terjadi sepanjang tahun 2012 sebanyak 1 kasus yang mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang tidak terjadi kasus kematian bayi dan balita.

1.2. Permasalahan

Meningkatnya angka kejadian BBLR dan kematian pada bayi di Kecamatan Kutalimbaru menjadi permasalahan yang menarik untuk diteliti. Peningkatan ini disebabkan masih ada masyarakat yang belum memanfaatkan Poskesdes. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian adalah apakah yang menjadi determinan pemanfatan poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pemanfaatan Poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.4. Hipotesis Penelitian

Faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor kebutuhan berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada : 1. Puskesmas, sebagai bahan pertimbangan dalam menemukan masalah berkaitan dengan rendahnya kunjungan masyarakat ke Poskesdes. 2. Masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Poskesdes dan pelayanan kesehatan lain yang bisa didapatkan di desa tempat mereka tinggal, sebagai pendorong untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan secara mandiri. Universitas Sumatera Utara 3. Penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktor-faktor yang mendukung masyarakat memanfaatkan poskesdes. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan tersebut Depkes, 2006. Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba 1973 yang dimaksud dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo 2007, perilaku pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di Negara sedang berkembang sangat bervariasi. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga yang disebutkan dalam Muzaham 1995 yang dikutip oleh Siregar 2012, tergantung pada predisposisi keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan 11 Universitas Sumatera Utara kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial pendidikan, pekerjaan, suku serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan. Penelitian Saragih 2010 menyatakan sikap sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena perilaku petugas pelayanan kesehatan puskesmas dan sikap masyarakat yang lebih memiih pergi kebalai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut daripada ke Puskesmas. Hasil penelitian ini juga hampir sejalan dengan basil penelitian Achmad Rifai 2005 tentang persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai. Menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa perilaku petugas sebanyak 68,0, perilaku dokter sebanyak 62,0, perilaku masyarakat sebanyak 58,0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat benyak yang bertindak tidak mau memanfaatkan pelayanan puskesmas disebabkan oleh perilaku petugas kesehatan dan perilaku masyarakat yang lebih memilih ke balai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut.

2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Cukup banyak pendapat-pendapat yang menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh ut Departement Of Education and Welfare, USA 1997 dalam Lapau 1997, faktor- faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, 1 Faktor regional dan residence, 2 faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan, 3 faktor Universitas Sumatera Utara adanya fasilitas kesehatan lain, 4 faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan, faktor sosial psikologis meliputi sikappersepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan, faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh 1 Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan. Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil dan ibu balita. 2 Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil dan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan, 3 Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada, 4 Demand permintaan adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar Depkes, 1999. Masyarakat saat ini sudah semakin selektif dalam memilih pelayanan kesehatan. Banyaknya pelayanan kesehatan mengharuskan masyarakat melihat kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah dicapai, mudah dijangkau, dapat diterima dan wajar, serta bermutu Azwar, 1996. Universitas Sumatera Utara Pelayanan yang berkualitas memungkinkan masyarakat untuk menggunakan pelayanan tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi tinggi. Tinggi rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan 1 jarak yang jauh faktor geografi, 2 tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas faktor informasi, 3 Biaya yang tidak terjangkau faktor ekonomi, dan 4 tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas faktor budaya Depkes RI, 2002b. Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan saranan pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku faktor-faktor yang memengaruhinya. Proses pengunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen, dijelaskan oleh Anderson 1974 dalam Notoadmodjo 2010 sebagai berikut: 1. Karakteristik Predisposisi Predisposing Characteristcs Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan kecenderungan untuk menggunkan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok. a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya. c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Berdasarkan pernyataan di atas Anderson percaya bahwa: Universitas Sumatera Utara - Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. - Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. - Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan. 2. Karakteristik Pendukung Enabling Characteristics Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakanya kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar. Hasil penelitian Madunde, at all 2013 menyatakan bahwa responden yang memiliki pendapatan rendah cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas sebanyak 74, dan responden yang memilik pendapatan tinggi lebih sedikit menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas yaitu sebanyak 26. 3. Karakteristik Kebutuhan Need Characteristics Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu Universitas Sumatera Utara ada. Kebutuhan need disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived subject assessment dan evaluated clinical diagnosis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliah 2001 yang menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit dan sikap petugas, penyandang dana, jarak, biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas. Dari beberapa faktor diatas ternyata persepsi sakit yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Persepsi sehat dan sakit terbagi atas dua bagian, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit Illness area, dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam areasehat Wllness are. Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat. Seperti yang diungkapkan Budijanto dan Roosihermiatie 2006 dari hasil penelitian kepada masyarakat di daerah pelabuhan Tanjung Priuk tentang persepsi sehat sakit dan pola pencarian pengobatan menyebutkan Persepsi sakit dari hasil studi ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu sakit untuk diri sendiri dan sakit untuk anak. Persepsi sakit untuk diri sendiri narnpak dari hasil diskusi menunjukkan beberapa Variasi. Beberapa peserta menyatakan bahwa SEHAT itu jika keadaan jasmani dan rokhani tidak mengalami gangguan. Peserta lain menyebutkan bahwa SEHAT itu hanya secara fisik saja tidak terjadi gangguan. Akan tetapi masih belum ada yang menyatakan kriteria sehat seperti definisi dari WHO. Dari kedua kelompok diskusi WUS dan AKL ternyata ada sedikit perbedaan dalam Universitas Sumatera Utara persepsi SEHAT, dimana pada kelompok AKL nilai sehat agak melebar dibandingkan pada kelompok WUS.

2.2. Pos Kesehatan Desa

2.2.1. Pengertian Pos Kesehatan Desa

Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disingkat dengan Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkanmenyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dibentuk dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah Depkes RI, 2007. Pos Kesehatan Desa Poskesdes adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah dalam rangka: 1. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS masyarakat desa. 2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap dengan penyakit dan masalah-masalah kesehatan. 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan. 4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat desa dan tenaga kesehatan. Universitas Sumatera Utara 5. Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa. Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotiv, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan teutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Pengertian “Desa” dapat berarti desa atau kelurahan atau nagari atau sebutan lainnya bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

2.2.2. Tenaga Poskesdes

Tenaga masyarakat: kader penggerak ketrampilan keluarga, kader posyandu, tenaga sukarela lain. Tenaga kesehatan: bidan plus bidan yang sudah mendapat pendidikan dan pelatihan tentang poskesdes, tenaga gizi, sanitarian. Tenaga lain: petugas-petugas sektor terkait misal: petugas lapangan keluarga berencana.

2.2.3. Tujuan Poskesdes

a. Tujuan Umum Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. b. Tujuan Khusus 1. Terselenggaranya Promosi Kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. 2. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Universitas Sumatera Utara kejadian luar biasa KLB serta faktor-faktor risikonya termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko. 3. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan. 4. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga professional kesehatan. 5. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.

2.2.4. Sumber Daya yang Terdapat dalam Poskesdes

a. Sarana Bangunan Poskesdes Sarana bangunan untuk Poskesdes dapat diupayakan dengan berbagai alternatif, yaitu : 1 Memanfaatkanmengembangkan bangunan polindes yang sudah ada 2 Memanfaatkanmemodifikasi bangunan lain yang sudah ada 3 Membangun baru dengang fasilitasi dari pemerintah 4 Membangun baru dengan fasilitasi dari dunia usaha 5 Membangun baru melalui swadaya masyarakat, atau dengan pendanaan dari Pemerintah Pusat atau Daerah, donator.

2.2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes

Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatan yang menyeluruh mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Universitas Sumatera Utara lainnya. Kegiatan Poskesdes utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, dan surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya, penanganan kegawat- daruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan Poskesdes lainnya yang merupakan kegiatan pengembangan yaitu promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, dan lain-lain. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan pencatatan dan pelaporan. Poskesdes juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM, menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan berbagai kepentingan stakeholder terkait. Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan mufakat yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat.

2.2.6. Fungsi Poskesdes

1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan. 2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. 3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan. 4. Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa. Universitas Sumatera Utara

2.2.7. Prioritas Pengembangan Poskesdes

Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya memeratakan pelayanan kesehatan yang sekaligus wahana partisipasi masyarakat, prioritas pengembangannya adalah: 1. Desakelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan Puskesmas dan rumah sakit. 2. Adapun desa yang terdapat Puskesmas Pembantu masih memungkinkan untuk dikembangkan Poskesdes. 3. Desa di lokasi terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau kepulauan.

2.2.8. Manfaat Poskesdes

1. Bagi Masyarakat Desa a. Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, sehingga dapat ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada. b. Masyarakat Desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau secara geografis. 2. Bagi Kader a. Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan. b. Kader mendapatkan kebanggaan, bahwa dirinya lebih berkarya bagi warga desanya. Universitas Sumatera Utara 3. Bagi Puskesmas a. Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala sumber daya secara efektif dan efisien. b. Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 4. Bagi Sektor Lain a. Dapat memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan. b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

2.2.9 Kedudukan dan Hubungan Kerja

Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Kedudukan Hubungan Kerja Poskesdes Depkes, 2006 Universitas Sumatera Utara 1. Dinkes Kabupaten Kota, sebagai penyedia dan Pembina Puskesmas serta yang menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga. 2. RSUD Kabupaten Kota, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas, termasuk pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi Komprehensif PONEK. 3. Puskesmas, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh Poskesdes dan memfasilitasi pengembangan desa siaga khususnya Poskesdes. 4. Poskesdes, sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat sehingga permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, dan dapat ditangani dengan cepat sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada terutama dalam tanggap darurat dan bencana berupa dibentuknya: a. Donor Siaga Yaitu warga yang sukarelawan memenuhi syarat untuk menjadi donor darah dan menyepakati dengan ibu hamil, pentingnya mengetahui golongan darah untuk disesuaikan dengan golongan darah ibu hamil. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan, apabila ada salah seorang warga yang membutuhkan darah. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama Universitas Sumatera Utara dengan ibu hamil, pendampingan ini minimal empat wargaorang dengan satu orang ibu hamil. b. Ambulan Siaga Ambulan desa adalah suatu alat tranportasi yang dapat digunakan untuk mengatar warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan. Ambulan desa dapat berupa alat-alat tranportasi yang dimiliki warga desa tersebut seperti becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil, dll. Peran kader disini memotivasi warga agar apabila suatu saat ada warga yang membutuhkan pertolongan untuk pergi ketempat pelayanan kesehatan dengan segera, dapat menggunakan alat transportasi yang dimilikinya sebagai ambulan Desa.

2.3. Potensi Desa

Potensi Desa adalah kemampuan potensi yang dimiliki oleh masyarakat di dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan masalah, agar dapat diatasi oleh masyarakat itu sendiri dengan menggunakan sumber daya poternsi yang dimiliki oleh masyarakat di desanya Depkes, 2006. Potensi desa ada yang berupa fisik terdiri dari tanah, air, iklim, manusia dan hutan, serta yang non fisik antara lain gotong royong, kekeluargaan, dan lembaga sosial Elfindri, 2003. Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor yaitu potensi desa, interaksi desadengan kota tau antara desa dengan desa dan lokasi Universitas Sumatera Utara desa terhadat daerah sekitarnya yang lebih maju. Kemampuan potensi yang dimiliki masyarakat dapat berupa: a. Tokoh-tokoh Masyarakat Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa maupun tokoh non formal Tokoh Agama, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala suku. Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan Depkes, 2006. Dalam pengembangan desa siaga, tokoh masyarakat berperan sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM lainnya, dan mempunyai fungsi: a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga. b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga. c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa siaga. d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga. e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan UKBM yang ada. f. Bila memungkinkan juga memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana. Universitas Sumatera Utara b. Kader Menurut Pemerintah Dalam Negri No.7 tahun 2007 tentang kader pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat DesaKelurahan yang memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan hasil pembangunan di desanya c. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling ketergantungan yang berada di Desa, baik yang aktif berpartisipasi dan mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes maupun yang tidak mau berpartisipasi dan tidak mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes Depkes, 2006. d. Organisasi Kemasyarakatan Organisassi yang ada di masyarakat seperti PKK Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga, Karang Taruna, Pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintahtenaga kesehatan memanfaatkan-nya dalam upaya pembangunan kesehatan. e. Dana Masyarakat Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat yang tidak mampu ekonominya, pra-sejahtera, penggalangan dana masyarakat Universitas Sumatera Utara hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang. Potensi dana yang ada di masyarakat antara lain jimpitan, iuran dana sosial RT dana sehat, tabungan ibu bersalin koperasi, kelompok usaha pembuatan telur asin, keripik singkong, minuman sehat, dll Elfindri, 2003. f. Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat Identifikasi sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat Seminar Nasional, 2008. g. Teknologi yang Dimiliki Masyarakat Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misal penyaluran air menggunakan bambu dll. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya. h. Pengetahuan Masyarakat Menurut pendapat Cambers 1996 dalam Anisatullaila 2010 masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisionil asli Indonesia Universitas Sumatera Utara pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna. Pengetahun yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan uapaya pembangunan kesehatan yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

2.4. Partisipasi Masyarakat