kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial pendidikan, pekerjaan, suku serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan
penyakit termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan. Penelitian Saragih 2010 menyatakan sikap sangat berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena perilaku petugas pelayanan kesehatan puskesmas dan sikap masyarakat yang lebih memiih
pergi kebalai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut daripada ke Puskesmas. Hasil penelitian ini juga hampir sejalan dengan basil
penelitian Achmad Rifai 2005 tentang persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
bahwa perilaku petugas sebanyak 68,0, perilaku dokter sebanyak 62,0, perilaku masyarakat sebanyak 58,0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat benyak yang bertindak tidak mau memanfaatkan pelayanan puskesmas disebabkan oleh perilaku petugas kesehatan dan perilaku
masyarakat yang lebih memilih ke balai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut.
2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Cukup banyak pendapat-pendapat yang menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh ut
Departement Of Education and Welfare, USA 1997 dalam Lapau 1997, faktor- faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, 1 Faktor regional dan
residence, 2 faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan, 3 faktor
Universitas Sumatera Utara
adanya fasilitas
kesehatan lain, 4
faktor dari
konsumen yang
menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan, faktor sosial psikologis meliputi sikappersepsi
terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan, faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan
kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh 1
Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan. Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
para ibu hamil dan ibu balita. 2 Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses
ibu hamil dan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan, 3 Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan
yang ada, 4 Demand permintaan adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar Depkes,
1999. Masyarakat saat ini sudah semakin selektif dalam memilih pelayanan
kesehatan. Banyaknya pelayanan kesehatan mengharuskan masyarakat melihat kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan yang berkualitas adalah
pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah dicapai, mudah dijangkau,
dapat diterima
dan wajar, serta bermutu Azwar, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan yang berkualitas memungkinkan masyarakat untuk menggunakan pelayanan tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi tinggi. Tinggi rendahnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan 1 jarak yang jauh faktor geografi, 2 tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas faktor informasi, 3
Biaya yang tidak terjangkau faktor ekonomi, dan 4 tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas faktor budaya Depkes RI, 2002b.
Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan saranan pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku faktor-faktor yang memengaruhinya.
Proses pengunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen, dijelaskan oleh Anderson 1974 dalam Notoadmodjo 2010 sebagai
berikut: 1.
Karakteristik Predisposisi Predisposing Characteristcs Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan kecenderungan untuk
menggunkan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok.
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan
sebagainya. c.
Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Berdasarkan pernyataan di atas Anderson percaya bahwa:
Universitas Sumatera Utara
- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai
perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan
gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.
2. Karakteristik Pendukung Enabling Characteristics
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk
menggunakanya kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.
Hasil penelitian Madunde, at all 2013 menyatakan bahwa responden yang memiliki pendapatan rendah cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan
puskesmas sebanyak 74, dan responden yang memilik pendapatan tinggi lebih sedikit menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas yaitu sebanyak 26.
3. Karakteristik Kebutuhan Need Characteristics
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan.
Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu
Universitas Sumatera Utara
ada. Kebutuhan need disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived subject assessment dan evaluated clinical diagnosis.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliah 2001 yang menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit dan sikap petugas, penyandang dana, jarak,
biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas. Dari beberapa faktor diatas ternyata persepsi sakit yang paling dominan
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Persepsi sehat dan sakit terbagi atas dua bagian, yaitu sehat optimal dan
kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit Illness area, dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah
sehat maka kita berada dalam areasehat Wllness are. Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat. Seperti yang diungkapkan Budijanto dan
Roosihermiatie 2006 dari hasil penelitian kepada masyarakat di daerah pelabuhan Tanjung Priuk tentang persepsi sehat sakit dan pola pencarian pengobatan
menyebutkan Persepsi sakit dari hasil studi ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu sakit untuk diri sendiri dan sakit untuk anak. Persepsi sakit untuk diri sendiri narnpak dari
hasil diskusi menunjukkan beberapa Variasi. Beberapa peserta menyatakan bahwa SEHAT itu jika keadaan jasmani dan rokhani tidak mengalami gangguan. Peserta lain
menyebutkan bahwa SEHAT itu hanya secara fisik saja tidak terjadi gangguan. Akan tetapi masih belum ada yang menyatakan kriteria sehat seperti definisi dari WHO.
Dari kedua kelompok diskusi WUS dan AKL ternyata ada sedikit perbedaan dalam
Universitas Sumatera Utara
persepsi SEHAT, dimana pada kelompok AKL nilai sehat agak melebar dibandingkan pada kelompok WUS.
2.2. Pos Kesehatan Desa