Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi

2.3.1.2 Laporan Keuangan

Akuntasi keuangan adalah suatu proses pencatatan dan pengukuran informasi mengenai perkembangan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan pada hakikatnya berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan neraca yang dimiliki apotek dari kondisi neraca awal menjadi neraca akhir sebagai akibat adanya kegiatan operasional transaksi jual-beli barang atau jasa selama pada kurun waktu tertentu. Bentuk-bentuk laporan keuangan yang ada di apotek umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu : 1. Laporan laba-Rugi, yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran pendapatan dan biaya operasional yang dikeluarkan selama periode waktu tertentu. 2. Laporan neraca, yaitu laporan yang menggambarkan tentang potret kondisi kekayaan apotek pada tanggal tertentu. 3. Laporan aliran kas, yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran kas yang masuk dan keluar pada periode tertentu.

2.3.2 Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi

Pengelolaan adalah segala pekerjaan yang mengarah kepada terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya dengan kualitas yang benar, termasuk sistem pengendalian keuangan serta sumber daya manusia. Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek besar maupun kecil. Persediaan obat merupakan harta paling besar dari sebuah apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam Naiti Rofiya, S. farm. : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT Indofarma Persero Tbk. USU e-Repository © 2008. persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek. Pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil. Bila apoteker pengelola apotek dapat menurunkan persediaan dengan menjual lebih sedikit obat atau dengan menyingkirkan barangobat yang tidak mudah dijual dan bila pengurangan ini digunakan untuk menurunkan modal sendiri, maka perolehan kembali atas modal sendiri akan meningkat. Sebaliknya, bila investasipenanaman modal atas persediaan obatbarang dagangan dinaikkan, maka perolehan kembali atas modal sendiri dengan sendirinya akan menurun. Pengendalian persediaan obat juga penting sebab apotek harus mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan pasienkonsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen. Bila pada sebuah apotek umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan 2 tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO First In First Out dan FEFO First Expire First Out. Naiti Rofiya, S. farm. : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT Indofarma Persero Tbk. USU e-Repository © 2008.

2.3.2.1. Pengadaan Perbekalan

Pada perencanaan pembelian perlu diperhatikan, antara lain : pola penyakit yang ada di sekitar, kemampuan ekonomi masyarakat, budaya masyarakat. Secara umum, komoditi di apotek dapat berupa obat, bahan obat dan alat kesehatan yang pengadaannya dilakukan sewaktu pembelian. Pembelian perbekalan farmasi didasarkan atas kebutuhan penjualan melalui resep dan penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan dengan baik untuk mencegah terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang tidak mengalami hambatan. Dalam proses pembelian banyak pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan tersebut tentunya adalah visi dari farmasis yakni pengadaan yang mengarah kepada terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Sebagai contoh, misalnya perlu diperhatikan keabsahan sumber, jaminan kualitas, pelayanan purna jual, jangka waktu pelayanan dan sebagainya.

2.3.2.2. Penyimpanan dan Penataan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027MENKESSKIX2004 yang perlu diperhatikan pada penyimpanan, yaitu : 1. Obatbahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. 2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Naiti Rofiya, S. farm. : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT Indofarma Persero Tbk. USU e-Repository © 2008. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dan gudang, yaitu: 1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan resiko terbesar dari penyimpanan. 2. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin baik dari segi besar ruangan dan pembagian ruangan. 3. Memelihara gudang dan peralatannya dengan sebaik mungkin. 4. Menciptakan suatu sistem yang lebih efektif untuk lebih memperlancar arus barang. Barang yang datang lebih dulu harus dikeluarkan lebih dulu metode First In First Out FIFO dan obat dengan tanggal kadaluarsa lebih dekat harus dikeluarkan lebih dulu walaupun obat tersebut datangnya belakangan metode First Expired First Out FEFO. Penataan dilakukan dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan seringkali bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta menyederhanakan alur pelayanan.

2.3.2.3. Penjualan dan Pelayanan

Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik dan alat kesehatan. Harga jual obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang terjamin. Naiti Rofiya, S. farm. : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT Indofarma Persero Tbk. USU e-Repository © 2008. Harga jual obat di apotek harus mempertimbangkan faktor jual obat terutama dari apotek sekitarnya. Bila sebuah apotek tidak memiliki kelebihan khusus dibanding apotek sekitarnya, misalnya lokasi yang lebih nyaman, perbekalan farmasi yang lebih lengkap, lebih banyak jumlah dan pilihannya atau pelayanan yang lebih baik, tentunya apotek tidak dapat menetapkan harga tinggi. Apotek yang mempunyai kelebihan khusus dapat menetapkan harga yang lebih tinggi hanya bila apotek dapat meyakinkan konsumennya akan kelebihan tersebut. Persepsi pasienkonsumen didasarkan pada kesan yang dimiliki sebuah apotek. Kesan sebuah apotek sebagian ditentukan oleh harga-harga yang ditetapkan apotek tersebut. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kesan sebuah apotek mencakup luas dan lokasi apotek, kualitas dan keanekaragaman barang dagangan non resep yang dijual alat kesehatan, kosmetik dan kualitas pelayanan yang ditawarkan. Pelayanan apotek ditentukan oleh produktivitas karyawan dan pelayanan profesi seorang apoteker di apotek. Biaya pelayanan profesional professional fee adalah nilai yang telah ditentukan yang ditambahkan pada biaya obat untuk menentukan harga resep obat. Sistem biaya pelayanan profesional memberi perhatian pada aspek profesional dari pelayanan apotek. Apoteker melakukan fungsi profesional yang sama pada setiap resep yang dilayani tanpa mempedulikan biaya obat. Apakah itu produk mahal atau murah, apoteker harus menjalankan proses yang sama dalam menyeleksi obat yang sesuai, meracik dan memberi label secara benar, memberi konseling pada pasien dan memeriksa interaksi obat. Karena besarnya usaha dan keahlian yang sama untuk setiap resep obat, jumlah yang dikenakan untuk usaha dan keahlian harus sama. Naiti Rofiya, S. farm. : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT Indofarma Persero Tbk. USU e-Repository © 2008. Selain itu keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu apotek, seperti kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan faktor lain, dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi pilihan para konsumen yang membutuhkan obat.

2.3.3 Pengelolaan Narkotika Psikotropika