Pemilu Sebelum 1987 Fusi PDI: Masalah Yang Dihadapi Serta Keberhasilannya Dalam Pemilu 1987 Dan 1992

Jhon Rivel Purba : Fusi PDI: Masalah Yang Dihadapi Serta Keberhasilannya Dalam Pemilu 1987 Dan 1992, 2010. BAB IV KEBERHASILAN PDI DALAM PEMILU 1987 DAN 1992

4.1 Pemilu Sebelum 1987

Pemilihan Umum 1977 merupakan pemilu pertama setelah fusi partai. Menghadapi Pemilu 1977 partai politik berada dalam suasana lesu karena tidak saja tekanan dari luar yang harus mereka hadapi dalam rangka konsolidasi dan menjalankan fungsi-fungsinya, tetapi di dalam tubuhnya terjadi semacam disintegrasi, keretakan, dan konflik yang berkepanjangan. Pada umumnya sumber utama persoalan tersebut adalah belum tuntasnya fusi sehingga integrasi masih merupakan hal semu. Karena bagaimanapun juga, fusi partai tersebut bukanlah keinginan partai tapi merupakan pemaksaan dari penguasa Orde Baru. Perpecahan dalam tubuh PDI banyak berasal antar satu unsur, yaitu eks elit kubu PNI, antara kelompok Isnaeni-Soenawar dan Sanusi. Persaingan hegemoni kekuasaan antara elit teras PDI ini mengantar PDI ke gerbang pesta demokrasi tahun 1977 tersebut. 73 Menghadapi Pemilu 1977, PDI tampil dengan membawa tema “Mengamalkan Pancasila Melalui Pembangunan Nasional” yang di dalam pendahuluannya disebutkan antara lain bahwa PDI adalah sarana dan Penegak Demokrasi Pancasila, pemersatu rakyat dan sarana perjuangan rakyat. Dengan itu lalu disusun Program Perjuangan yang berisikan juga tentang Program Pembangunan Nasional seperti menyangkut Perataan Lapangan Kerja dan Kondisi seperti ini tentu mempengaruhi kinerja partai dalam menghadapi pemilu. 73 Rusli Karim, Op.cit., hlm. 180. Jhon Rivel Purba : Fusi PDI: Masalah Yang Dihadapi Serta Keberhasilannya Dalam Pemilu 1987 Dan 1992, 2010. Kesempatan usaha, Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Kesempatan Usaha Bagi Rakyat, Penyediaan Lapangan Kerja dan lain-lain. Dalam masa kampanye terlihat bahwa PDI dan PPP tampak semakin terpojok terutama karena desakan dari Golongan Karya yang lebih mengarah kepada kekerasan fisik, yaitu dengan melakukan penindasanpaksaan terhadap rakyat kecil, baik melalui aparat keamanan maupun melalui aparat desa. Kampanye sendiri masih tetap belum bermutu, kurang mengarah pada beradu konsepprogram. Jika dibandingkan dengan dua kekuatan lainnya maka tak salah jika ada sementara pihak mengelompokkan PDI sebagai “underdog”. Dengan kondisi kekurangan fasilitas, dana dan juru kampanye yang bermutu, kedua partai politik ini bertarung melawan Golkar yang bisa memanfaatkan segala macam milik pemerintah, termasuk memanfaatkan para menteri atau pimpinan top pemerintah di segala tingkatan untuk ikut berkampanye memenangkan Golkar. Pemungutan suara Pemilu 1977 dilakukan pada tanggal 2 Mei 1977. Cara pembagian kursi masih dilakukan seperti dalam Pemilu 1971, yakni mengikuti sistem proporsional di daerah pemilihan. Dari 70.378.750 pemilih, suara yang sah mencapi 63.998.344 suara atau 90,93 persen. Adapun perolehan kursi dan suara pada Pemilu 1977 terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 7: Hasil Perolehan Kursi dan Suara Pemilu 1977 No. Partai Suara Kursi 1971 Keterangan 1 Golkar 39.750.096 62,11 232 62,80 -0,69 2 PPP 18.743.491 29,29 99 27,11 +2,17 3 PDI 5.504.757 8,60 29 10,08 -1,48 Jumlah 63.998.334 100,00 360 100,00 Sumber: Komisi Pemilihan Umum KPU Jhon Rivel Purba : Fusi PDI: Masalah Yang Dihadapi Serta Keberhasilannya Dalam Pemilu 1987 Dan 1992, 2010. Menghadapi Pemilu 1982, partai politik berada dalam situasi yang kurang menguntungkan. PDI berangkat dalam kondisi babak belur setelah kemelut berkepanjangan. Dengan konflik intern yang semakin memanas di tubuh PDI sehingga tidak mengherankan ketika perolehan suaranya dalam Pemilu 1982, menurun. Adapun materi kampanye dan issu yang disampaikan PDI dalam kampanye politiknya, antara lain: memperjuangkan sertifikat tanah, bila PDI menang; pembangunan sarana perhubungan; aparat pemerintah yang menakut- nakuti rakyat supaya dilaporkan pada PDI; dan menjelaskan program PDI. 74 No. Pemungutan suara Pemilu 1982 dilangsungkan secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982. Pada Pemilu ini perolehan suara dan kursi Golkar meningkat, merebut tambahan 10 kursi. Hal itu berarti hilangnya masing-masing 5 kursi bagi PPP dan PDI. Suara PDI menurun dari pemilu sebelumnya dan hanya mampu memperoleh 24 kursi di parlemen, atau sekitar 10 persen dari kursi yang didapatkan oleh Golkar. Pembagian kursi pada Pemilu ini tetap mengacu pada ketentuan Pemilu 1971. Adapun perolehan kursi dan suara pada Pemilu 1982 terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 8: Hasil Perolehan Kursi dan Suara Pemilu 1982 Partai Suara Kursi 1977 Keterangan 1 Golkar 48.334.724 64,34 242 62,11 +2,23 2 PPP 20.871.880 27,78 94 29,29 -1,51 3 PDI 5.919.702 7,88 24 8,60 -0,72 Jumlah 75.126.306 100,00 364 100,00 Sumber: Komisi Pemilihan Umum KPU 74 Data diperoleh dari Kantor Sosial Politik Kotamadya Medan. Jhon Rivel Purba : Fusi PDI: Masalah Yang Dihadapi Serta Keberhasilannya Dalam Pemilu 1987 Dan 1992, 2010.