Komponen Safety Riding yang Harus diterapkan

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan

Keselamatan adalah kondisi aman, kondisi dimana dapat terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosional pekerjaan, psikis, pendidikan atau berbagai konsekuensi dari kegagalan, kerusakan, kesalahan, kecelakaan atau berbagai kejadian lain yang tidak diinginkan.

2.2. Keselamatan Berkendara Safety Riding

Keselamatan berkendara safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat budaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara demi menciptakan suatu kondisi yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi disekitar kita.

2.2.1. Komponen Safety Riding yang Harus diterapkan

Menurut Motorcycle Safety Foundation 2005 terdapat beberapa komponen safety riding yang perlu diterapkan, yaitu: A. Kondisi Pengendara Sebelum berkendara atau berpergian dalam jarak yang cukup jauh setiap calon pengendara disarankan untuk melakukan peregangan atau pemanasan. Hal ini dilakukan agar tubuh dan mental berada dalam kondisi sehingga keseimbangan pada waktu mengendarai sepeda motor tetap terjaga. 11 B. Alat Pelindung Diri APD atau Perlengkapan Berkendara Safety Gear Untuk mengantisipasi dan juga mengurangi keparahan dari bahaya yang ditimbulkan karena kecelakaan saat mengendarai sepeda motor maka diperlukan penggunaan Alat Pelindung Diri APD atau perlengkapan saat mengendarai sepeda motor safety gear. Pengertian APD sendiri adalah alat yang berkemampuan untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dalam hal ini adalah mengendarai sepeda motor. Setiap APD yang dikenakan harus memenuhi syarat, yaitu nyaman dikenakan, tidak mengganggu aktivitas yang dikerjakan, dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya. Alat pelindung diri yang penting dikenakan terdiri dari Departemen Perhubungan Darat, 2008. 1. Sarung Tangan Sarung tangan senya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang griphandle sepeda motor. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi telapak tangan yang biasanya langsung menyentuh aspal atau permukaan jalan dan menahan tubuh pada saat terjadi kecelakaan. 2. Pakaian Pengendara sepeda motor cenderung terserang berbagai macam kondisi cuaca. Berkendara pada cuaca dingin dapat menyebabkan demam dan kelelahan, sedangkan pada cuaca cerah tanpa perlindungan yang tepat, angin dapat menyebabkan temperatur tubuh pengendara sepeda motor dapat menurun. Hal tersebut dapat 12 menurunkan konsentrasi dan refleks pengendara. Oleh sebab itu dibutuhkan pakaian yang mampu melindungi seluruh bagian tubuh dari terpaan angin maupun efek negatif kala terjadi benturan kecil maupun besar. Pakaian yang tepat akan membantu melindungi diri dari cedera, membantu agar mudah dilihat oleh pengguna jalan lain, dan memberikan kenyamanan selama berkendara. Dalam hal ini yang dimaksud pakaian terdiri dari dua bagian yaitu pelapis atas dan pelapis bawah. Untuk pakaian atas senya menggunakan jaket tebal yang berfungsi menahan benturan di lima titik, yaitu dua titik pundak, dua titik siku, dan satu titik punggung belakang. Jaket memiliki fungsi protektor yang besar maka dilarang keras menggunakan jaket tipis biasa atau hanya rompi. Sedangkan untuk pelapis badan bawah menggunakan celana panjang dilapisi dengan penahan benturan di kedua titik pada area dengkul. Dilarang keras penggunaan celana pendek atau celana tanpa dilapisi protektor. 3. Helm Helm wajib dikenakan agar melindungi kepala yang merupakan bagian terpenting dari tubuh. Helm adalah bagian dari perlengkapan dalam mengendarai sepeda motor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan. Pemilihan dan penggunaan helm harus benar dan sesuai, minimal menggunakan helm tipe half face, serta tali pengikat helm harus dipasang dan dikencangkan secara benar untuk mencegah terlepasnya helm ketika terjatuh. 4. Sepatu Sepatu harus mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi seluruh lapisan kaki. Sepatu yang direkomendasikan adalah safety shoes. Penggunaan 13 sepatu bertujuan untuk mengurangi dampak yang diterima apabila terjatuh atau telapak kaki terlindas mobil pada saat sepeda motor berhenti. Tidak dianjurkan menggunakan sandal, terlebih bertelanjang kaki ketika mengendarai sepeda motor. Hal ini dikarenakan ketika kendaraan berhenti maka pengendara harus bertumpu pada kaki mereka untuk menjaga keseimbangan, jika pengendara tidak menggunakan sepatu maka pengendara cenderung kehilangan kestabilannya yang akhirnya dapat mengakibatkan cedera. Penggunaan sandal juga mempersulit melakukan pengereman dan pemindahan gigi secara benar. C. Persiapan Kendaraan Pengecekan Sebelum memulai perjalanan dengan menggunakan sepeda motor, pengendara senya memeriksa kondisi fisik sepeda motor yang akan digunakan. Hal tersebut dilakukan karena hanya diri sendiri yang mengetahui kondisi layak dan tidaknya sepeda motor tersebut untuk dijalankan dan agar permasalahan pada saat berkendara dapat dihindari. Peralatan yang dianjurkan diperiksa ialah Departemen Perhubungan Darat, 2008: 1. Rem Memeriksa apakah rem depan dan belakang berfungsi dengan , khususnya rem depan yang lebih efektif dalam pengereman. Periksa juga tinggi permukaan minyak rem dan jarak tuas rem. 2. BanRoda Ban yang aus dan tekanan yang tidak sesuai akan menyebabkan jarak pengereman semakin panjang dan pengendalian menjadi tidak stabil saat menikung. Selain itu, tekanan angin yang sesuai menghasilkan pemakaian bahan bakar yang ekonomis. Oleh sebab itu periksa ban dari pemakaian dan keretakan 14 kedalaman alur ban harus lebih dari 0,8 mm, tekanan ban dan velk atau jari- jari. 3. Instrumen lampu Pastikan lampu sein, lampu rem, dan lampu depan semua menyala dengan . Lampu sein dan lampu rem berguna untuk memberikan tanda kepada pengguna jalan lain seperti pengemudi mobil dan pejalan kaki mengenai tujuan yang akan dilakukan oleh pengendara sepeda motor. 4. Kaca Spion Posisi kaca spion yang benar akan memberikan jarak pandang yang lebih luas. Melihat kaca spion pada saat berkendara sangat penting guna memeriksa langsung kondisi di sekitar pengendara. D. Posisi Berkendara Untuk menjaga keseimbangan saat mengendarai sepeda motor, perlu diperhatikan tujuh poin utama postur berkendara yang dan benar, yaitu sebagai berikut: 1. Pandanganmata melihat jauh ke depan ke arah yang hendak dituju agar jarak pandang untuk mendapatkan informasi sekitar menjadi luas 2. Pundak santai 3. Tangan memegang bagian tengah dari gas tangan dimana anda dapat dengan mudah untuk mengoperasikan handle atau saklar 4. Sikut sedikit menekuk tangan dan santai 15 5. Pinggulduduk pada posisi dimana dapat dengan mudah mengoperasikan stang kemudi dan rem 6. Lutut secara ringan menekan tangki bahan bakar di antara paha 7. Telapak Kaki diletakkan pada sandaran kaki, jari kaki menghadap ke depan, jempol kaki secara ringan berada di atas pedal rem dan pedal gigi. E. Saat Perjalanan Selama dalam Perjalanan, pengendara sepeda motor harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut agar senantiasa aman dan menghindari kecelakaan Departemen Perhubungan Darat, 2008: 1. Membiasakan melakukan pengereman dengan menggunakan rem depan dan belakang secara bersamaan, dengan penekanan 75 rem depan dan 25 rem belakang. Pada saat menekan tuas rem depan gunakan 3 atau 4 jari tangan, dan posisi tuas kopling tidak tertekan. 2. Berada di jalur sebelah kiri kecuali menyalipmendahului. Jangan berkendara sepanjang sisi kanan jalan walau tidak ada kendaraan lain dari arah yang berlawanan. Selalu waspada dengan kemunculan mendadak dari kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan. 3. Memberikan lampu sein sebagai tanda arah yang akan di tuju kepada pengemudi lain ±3 detik sebelumnya dan perhatikan kaca spion, terutama memeriksa kendaraan di belakang sebelum berpindah jalur. Jangan menikung atau menyalip kendaraan lain, jika tidak bisa melihat kondisi di depan. 4. Menyalakan lampu sein 30 meter sebelum mendekati persimpangan untuk memberikan tanda arah yang hendak dituju kepada pengguna jalan yang lain. Dianjurkan untuk memastikan keamanan keadaan jalan dan tidak hanya 16 mengandalkan kaca spion untuk memastikan kondisi lalu lintas karena kaca spion memiliki keterbatasan pandangan. 5. Waspada terhadap rintangan di jalan seperti batu kerikil, tanah, lumpur, oli, dan pasir yang dapat membuat permukaan jalan sangat licin sehingga menyebabkan sepeda motor tergelincir dan jatuh. Untuk menghindarinya, kurangi kecepatan pada permukaan jalan yang dan hindari belok terlalu patah dan pengereman terlalu keras saat melalui kondisi jalan seperti ini. Pengendara juga diharapkan berhati-hati terhadap permukaan jalan di depan, lubang di jalan dan perbedaan ketinggian pada bahu jalan. 6. Pengendara sangat tidak dianjurkan mengendarai dengan satu tangan karena dapat menghilangkan keseimbangan pada saat berkendara. 7. Meningkatkan kewaspadaan berkendara saat malam hari, karena sinaran lampu, khususnya lampu depan memiliki keterbatasan penyinaran saat malam hari. 8. Tidak diperkenankan berkendara di bawah pengaruh obat-obatan maupun alkohol. Hal ini dikarenakan obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan kantuk serta mengurangi konsentrasi dan reflek pada saat berkendara sehingga akan membahayakan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. 9. Patuhi rambu-rambu lalu lintas, contoh: selalu berhenti di belakang garis putih pada saat berhenti di lampu merahtraffic light dan tidak memasuki jalur cepat yang bukan diperuntukkan untuk sepeda motor, dan terakhir jangan lupa membawa SIM Surat Izin Mengemudi dan STNK Surat Tanda Nomor Kendaraan. 2.3.Perilaku 17 2.3.1.Definisi Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Kajian tentang perilaku sudah banyak dilakukan oleh para ahli, secara umum, maupun secara khusus tentang perilaku kesehatan dan perilaku keselamatan behavioral safety. Menurut Sarwono 1993 perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Akan tetapi, meskipun demikian dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari individu yang bersangkutan. Definisi lain perilaku menurut Ayubi 2002 dalam Resmawan 2003 adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, yang dapat diamati secara langsung overt behavior, ataupun yang tidak dapat diamati secara langsung covert behavior. 2.4.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku safety riding : 2.4.1.Usia Usia mempunyai pengaruh penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Sabey 1983 mengatakan orang yang berusia muda lebih sering terlibat dalam suatu kejadian kecelakaan lalu lintas, baik pejalan kaki maupun pengemudi, dibandingkan orang yang berusia lanjut atau lebih tua dan G.Kroj 1981 berpendapat bahwa separuh dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi berasal dari pengemudi yang berada pada rentang usia 18-24 tahun. Sementara itu, Hunter 1975 mengemukakan pendapatnya bahwa pada usia dewasa muda terhadap sikap tergesa-gesa dan kecerobohan. Nawangwulan 1997 18 berpendapat bahwa mereka yang termasuk pada usia 30 tahun atau lebih akan lebih berhati-hati dan lebih menyadari adanya bahaya dibandingkan dengan yang berusia muda. 2.4.2.Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan yang berjalan secara berurutan dan terencana. Yang dimaksud dengan pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku Achmadi, 1990 dalam Arifin, 2004. Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi sesuatu. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku Nawangwulan, 1997. 2.4.3.Pengalaman Jenkins 1979 mengatakan bahwa meningkatnya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengemudi yang masih berusia muda penyebabnya adalah sedikitnya pengalaman mereka dalam mengemudi dan ditemukan juga bahwa kecelakaan yang sering terjadi melibatkan pengemudi yang baru mempunyai pengalaman selama satu tahun dibandingkan dengan pengemudi yang telah memiliki pengalaman lebih lama. Selain itu, hasil penelitian Nurtanti 2002 menyatakan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara pengalaman mengemudi dengan perilaku, proporsi pengemudi yang berperilaku tidak aman cenderung menurun seiring dengan bertambahnya pengalaman. Dalam penelitian tersebut pengemudi yang paling banyak berperilaku tidak aman terdapat pada kategori pengemudi yang berpengalaman mengemudi selama 1-5 tahun, yaitu sebesar 54,5, sedangkan sebanyak 42,4 pengemudi berperilaku tidak aman pada yang 19 pengalamannya selama 6-12 tahun, dan 3,1 lainnya berperilaku tidak aman pada pengemudi yang berpengalaman 12 tahun. 2.4.4.Keterampilan Mengemudi Keterampilan adalah kecakapan yang dihubungkan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu tertentu. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu Mujianto, 2003. Menurut Sullivan Meister 1986 dalam Nurtanti 2002 kemampuan seseorang dalam mengemudi dengan aman ditentukan oleh faktor yang saling berkaitan, salah satu diantaranya adalah keterampilan mengemudi untuk mengendalikan arah kendaraan yang dikemudikan. Berikut adalah beberapa cara ideal keterampilan yang harus dilakukan oleh pengendara motor : 1. Saat berkendara pandangan mata harus lurus ke depan dan berkonsentrasi. Banyak orang kadang melihat ke speedometer, karena ingin melihat kecepatannya . 2. Posisi berkendara yang perlu diperhatikan adalah posisi pinggul yang tidak tepat. Saat berkendara, ada yang pinggulnya bergerak ke kanan, ke kiri, ke belakang atau menunduk. Itu sebenarnya salah, yang benar pinggul harus tetap lurus atau tegak. Punggung dan bahu juga harus lurus, tangan membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dan jangan kaku. 3. Jika perjalanan yang ditempuh relatif jauh, posisi kedua lutut diupayakan menghimpit badan motor dan kedua kaki juga harus berpijak pada pijakkan kaki. 4. Posisi pergelangan tangan menggengam di tengah grip, sudut pergelangan tangan mengepal dengan sudut rata di tangan. 20 Hal ini sesuai dengan pernyataan J. Ohkubo 1966 dalam Nurtanti 2002, yaitu keterampilan mengemudi seseorang mempengaruhi kemampuan mengemudi yang aman disamping juga faktor-faktor lain yang saling berkaitan. Berdasarkan penelitian Nurtanti 2002, diketahui bahwa proporsi individu yang mempunyai keterampilan mengemudi akan cenderung berpengaruh terhadap perilaku baik 84,4. 2.4.5.Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Ancok 1987 menyatakan pengetahuan tentang segi positif dan negatif dari sutu hal akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Maka untuk meningkatkan disiplin pengemudi dalam berlalu lintas diperlukan peningkatan pengetahuan pengemudi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurwanti 2000, yaitu pengetahuan berhubungan dengan perilaku mengemudi seseorang Pvalue = 0,000. Menurutnya, dengan memiliki pengetahuan yang lebih luas, berarti seseorang akan lebih sanggup untuk memberikan suatu sambutan yang benar terhadap situasi dalam berbagai bentuk, baik situasi tersebut berbahaya ataupun tidak. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng long lasting daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan Rogers, 1974 dalam Notoadmodjo, 1993. Rogers juga mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi lima tahapan proses, yaitu: 1. Awareness kesadaran, yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek 21 2. Interest ketertarikan, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus 3. Evaluation evaluasi, yaitu menimbang-nimbang terhadap dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 4. Trial percobaan, yaitu telah mencoba perilaku baru berdasar stimulus yang datang 5. Adoption adopsi, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus yang baru dia terima Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan, yaitu: 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya 3. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain 4. Sintesis Synthesis Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada 22 5. Evaluasi Evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu objek 2.4.6.Persepsi Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera Chaplin, 2002. Menurut Geller 2001 persepsi menjadi penting karena persepsi merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku aman. Safety riding merupakan perilaku aman, oleh sebab itu persepsi juga akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian Karyani 2005 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku aman safe behaviour seseorang Pvalue = 0,000. Nurwanti 2000 juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku mengemudi seseorang Pvalue = 0,000. Akan tetapi, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Sugiono 2005 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku tidak aman pengemudi Pvalue = 0,796. 2.4.7.Sikap Menurut Newcomb dalam Mar’at 1986 sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaaan motif tertentu. Dengan mengubah sikap seseorang maka dapat mengubah perilakunya Departemen Perhubungan, 2008. 23 Hal ini sejalan dengan teori Lancaster 2002 yang menyatakan terdapat hubungan antara sikap dengan kecenderungan untuk celaka. Selain itu, berdasarkan penelitian Nurwanti 2000 diketahui bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku mengemudi seseorang Pvalue = 0,000. 2.4.8.Kondisi jalan raya Kondisi jalan raya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas diantaranya: a. Kerusakan pada permukaan jalan, misalnya jalan berlubang, bergelombang, berpasir, licin, dan lain-lain. b. Kontruksi jalan yang rusak atau tidak sempurna, misalnya bila bila posisi permukaan bahu jalan terlalu rendah terhadap permukaan jalan. c. Geometik jalan yang kurang sempurna, misalnya derajat kemiringan yang terlalu kecil atau terlalu besar pada belokan, terlalu sempitnya pandangan bebas bagi pengemudi. 2.4.9.Kondisi lingkungan Faktor lingkungan pun mempengaruhi untuk terjadinya kecelakaan lalu lintas, diantaranya pada kabut yang tebal, hujan deras dan tanah longsor dapat mengganggu pada pengemudi. Dimana pada kabut yang tebal dan hujan deras mengganggu pandangan mata si pengemudi untuk melihat jalan, kendaran lain dan sebagainya, bila tanah longsor mengakibatkan jalan menjadi terhalang dan licin. 2.4.10.Stabilitas Emosi 24 Keadaan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang berkaitan dengan kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam yang dibarengi dengan perasaan kuat atau disertai dengan keadaan afektif chaplin, 2005. Nana Syaodih Sukmadinata 2005 mengemukakan 4 emosi, yaitu: a. Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang memegang peranan dalam pertumbuhan rasaa takut, dan jenis-jenis emosi lainya. Pengalaman emosional ini kadang-kadang berlangsung tanpa disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesunguhnya tidak perlu ditakuti. Lebih bersifat subyektif dari peristiwa psikologis lainya, seperti pengamatan dan berfikir. b. Adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah. Perubahn-perubahan tersebut tidak selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainya. Seseorang jika marah perubahn yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang lain adalah pada pernapasanya, dan sebagainya. c. Emosi di ekspresikan dalm perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang di ekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suarabahasa. Ekspresi emosi ini juga di pengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan. d. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu kegiatan, kendati demikian diantara keduanya merupakan konsep yang berbeda. Motif atau dorongan pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung pada adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi persoalaannya bagi individu. 25 Menurut Syamsu Yusuf 2003 emosi dapat dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan kejiwaan, seperti intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran, perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok, perasaan asusila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika moral, prasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian dan perasaan ke-Tuhanan, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk hidup Homo Divinas dan makhluk beragama Homo Religious. 2.5.Kendaraan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992, kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. 2.5.1.Kendaraan Bermotor Menurut Peraturan Pemerintah No. 441993, Tentang Kendaraan dan Pengemudi, yang dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 2.5.2.Sepeda Motor 26 Menurut Peraturan Pemerintah No. 441993,yang dimaksud dengan sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping. 2.6.Peraturan Peraturan dibuat untuk ditaati oleh setiap pengemudi dan pemakai jalan tanpa kecuali dengan tujuan tercapainya suatu lalu lintas yang tertib, aman dan lancar. 2.6.1.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Undang-undang ini menjadi dasar acuan dibentuknya peraturan pemerintah yang mengatur akan lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam undang-undang ini diatur mengenai hak dan kewajiban serta tanggung jawab para penyidik dan para pengguna jasa, dan tanggung jawab penyedia jasa terhadap kerugian pihak ketiga sebagai akibat dari penyelenggaraan angkutan jalan. Pembuatan undang-undang ini dimaksudkan untuk mengganti undang-undang Nomor 3 tahun 1965, karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum tertata dalam suatu sistem yang merupakan bagian dari transportasi secara keseluruhan. 2.6.2.Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 1993 berisikan tentang prasarana lalu lintas dan jalan. Pada dasarnya pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan lalu lintas, ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban,dan kelancaran lalu lintas. 27 1. Penggunaan Jalur Jalan Pasal 51 Tata cara berlalu lintas di jalan adalah dengan mengambil jalur jalan sebelah kiri. Pengguna jalan selain jalur sebelah kiri hanya dapat dilakukan apabila pengemudi bemaksud akan melewati kendaraan didepannya, ditunjuk atau ditetapkan oleh petugas yang berwenang, untuk digunakan sebagai jalur kiri yang bersifat sementara. 2. Tata Cara Melewati Pasal 52 Pengemudi yang akan melewati kendaraan lain harus mempunyai pandangan bebas dan menjaga ruang yang cukup bagi kendaraan yang dilewatinya. Pengemudi mengambil lajur atau jalur jalan sebelah kanan dari kendaraan yang akan dilewati. Dalam keadaan tertentu pengemudi dapat mengambil lajur atau jalur jalan sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keselamatan lalu linta. Keadaan tertentu meliputi : a. Lajur sebelah kanan atau lajur paling kanan dalam keadaan macet. b. Bermaksud akan belok kiri. Apabila kendaraan yang akan dilewati telah memberi isyarat akan mengambil lajur atau jalan sebelah kanan, pengemudi pada saat yang bersamaan dilarang melewati kendaraan tersebut. 3. Penggunaan Jalan Untuk Kelancaran Lalu Lintas Pasal 65 Pemakai jalan wajib mendahulukan sesuai urutan prioritas sebagai berikut : a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas. b. Ambulans mengangkut orang sakit. c. Kendaraan untuk memberi pertolongan pada kecelakaan lalu lintas. d. Kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara. 28 e. Iring-iringan pengantaran jenazah. f. Konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat. g. Kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khususnya atau mengangkut barang- barang khusus. 4. Penggunaan Peralatan dan Perlengkapan Pasal 70 Pengemudi dan penumpang kendaraan bermotor roda dua atau kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah, wajib menggunakan helm. 5. Perilaku Pengemudi Terhadap Pejalan Kaki Pasal 84 Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki dan yang akan atau sedang menyeberang jalan. 2.6.3.Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1994 Peraturan pemerintah no. 44 tahun 1994 mengatur kententuan akan kendaraan dan pengemudi. Peraturan ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan teknis dan kelayakan jalan kendaraan bermoto, kewajiban yang harus dipenuhi oleh kendaraan bermotor yang akan dibuatdirakit di dalam negeri danatau diimpor,pengujian kendaraan bermotor beserta komponen-komponennya,pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, pendaftaran kendaraan bermotor, pengemudi, persyaratan teknis kendaraan tidak bermotor, surat izin mengemudi dan waktu istirahat bagi pengemudi. 29 1. Lampu-Lampu dan Alat Pemantul Cahaya Pasal 41-64 Sepeda motor dengan atau tanpa kereta samping harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan pemantul cahaya yang meliputi lampu utama dekat, lampu utama jauh, lampu penunjuk arah, satu lampu posisi depan dan belakang,satu lampu rem, satu penerangan tanda nomor kendaraan di bagian belakang, satu pemantul cahaya berwarna merah yang tidak berbentuk segitiga. Lampu penunjuk arah berjumlah genap dengan sinar kelap-kelip berwarna kuning tua, dan dilihat pada waktu siang maupun malam hari oleh pemakai jalan lainnny. Lampu penunjuk arah dipasang secara sejajar di sisi kiri dan kanan bagian muka dan bagian belakang sepeda motor. 2. Komponen Pendukung Pasal 70-79 Komponen pendukung kendaraan bermotor terdiri dari pengatur kecepatan, kaca spion, penghapus kaca kecuali sepeda motor, klakson, sabuk keselamatan kecuali kendaraan bermotor,sepakbor, dan bumper kecuali kendaraan bermotor. Kaca spion kendaraan bermotor berjumlah dua buah atau lebih kecuali kendaraan bermotor. Kaca spion dibuat dari kaca atau bahan menyerupai kaca yang tidak merubah kaca dan bentuk orang danatau barang yang dilihat,Kaca spion sepeda motor berjumlah sekurang- kurangnya satu buah. 3. Surat Izin Mengemudi Pasal 211-238 30 Untuk mengemudikan kendaraan bermotor di wajib memiliki surat izin mengemudi. Surat izin mengemudi dibagi dalam beberapa golongan antara lain: a. Golongan A, untuk mengemudikan mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan tidak lebih dari 3500 kilogram. b. Golongan B I, untuk mengemudikan mobil bus dan barang yang mempunyai jumah berat yang diperbolehkan 3500 kilogram. c. Golongan B II, untuk mengemudiakan traktor atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau kereta gandengan lebih dari 1000 kilogram. d. Golongan C, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang mampu mencapai kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam. e. Golongan D, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang dengan kecepatan tidak lebih dari 40 kilogram per jam. Untuk memperoleh surat izin mengemudi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mengajukan permohonan tertulis b. Dapat menulis dan membaca huruf latin. c. Memilki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan lalu lintas jalan dan teknik kendaraan kendaraan bermotor. d. Memenuhi ketentuan tentang batas usia : 1 16 tahun untuk surat izin mengemudi golongan C dan D 2 17 tahun surat izin mengemudi golongan C 3 18 tahun untuk surat izin mengemudi golongan B I dan B II. e. Memiliki keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor. f. Sehat jasmani dan rohani. 31 g. Lulus ujian teori dan praktek 2.7.Standar Berkendara Sepeda Motor Setiap pengendara sepeda motor harus memiliki pengetahuan yang baik akan standar berkendara sepeda motor karena seorang pengemudi yang kurang memilki keterampilan dalam mengemudikan atau mengontrol arah serta tenaga dari suatu kendaraan sewaktu mengendarai kendaraan dapat berakhir dengan suatu kecelakaan lalu lintas Boediharto; 1987. Menurut Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan Republik Indonesia tahun 2005, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengendara motor sebelum dan selama berkendara sepeda motor agar dapat berkendara secara aman.

2.7.1. Kondisi Tubuh

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Awam Terhadap Penderita HIV/AIDS di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

1 36 59

Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Tentang 3M (Mengubur Barang Bekas, Menutup Dan Menguras Tempat Penampungan Air) Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009

1 66 73

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK SAFETY RIDING

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK SAFETY RIDING (Studi Pada Mahasiswa Universitas Jember Angkatan 2009 dan 2010)

0 3 18

Perbedaan Perilaku Safety Riding (Keselamatan Berkendara) Berdasarkan Karakteristik Siswa SMA Negeri 1 Semarang Tahun 2013.

0 5 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SAFETY RIDING PADA MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Safety Riding Pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Sebagai Pengendara Sepeda Motor.

0 5 14

PENGARUH KAMPANYE KESELAMATAN BERKENDARA (SAFETY RIDING) TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN Pengaruh Kampanye Keselamatan Berkendara (Safety Roding) Terhadap Sikap Kedisiplinan dalam Berlalu Lintas.

0 1 17

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Tentang Keselamatan Lalu Lintas Tahun 2014.

0 0 19

Studi Mengenai Intensi Safety Riding Behavior Pada Mahasiswa Mengendara Motor Di Universitas Padjadjaran.

0 0 7

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESELAMATAN BERKENDARA (SAFETY RIDING) PADA MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa FMIPA UNNES Angkatan 2008-2015).

4 42 175