Efektifitas Nadzir Dalam Pengelolaan dan Peningkatan Fungsi Tanah Wakaf

69 dengan tindakan wakaf seyogyanya memperhatikan upaya-upaya tertib hukum dan administrasi untuk leih mengoptimalkan sifat pelaksanaan wakaf itu sendiri. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi administrasi perwakafan tanah milik sebagai berikut: 1. Sebagai bukti tertulis guna menjamin kelestarian tanah wakaf. 2. Untuk menghindari penyimpangan dari kedudukannya sebagai tanah wakaf. 3. Untuk menegakkan kapastian hukum dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan pengelolaan wakaf. 4. Untuk menghindari terjadinya saling perebutan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya misalnya ahli waris dengan nazir yang diakibatkan oleh tidak kepastiannya status tanah wakaf tersebut.

C. Efektifitas Nadzir Dalam Pengelolaan dan Peningkatan Fungsi Tanah Wakaf

di Kelurahan Penjaringan Pada umumnya di dalam kitab-kitab fiqih tidak mencantumkan nadzir pengelola sebagai salah satu rukun wakaf. Namun demikian, memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari benda wakaf, maka kehadiran nadzir sangat diperlukan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab dipundak nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf. 70 Mengingat pentingnya nadzir dalam pengelolaan wakaf, maka di Indonesia nadzir ditetapkan sebagai unsur perwakafan sebagaimana di tetapkan dalam UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf. Pengangkatan nadzir ini tampaknya ditujukan agar harta wakaf tetap terjaga dan terpelihara sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia. Dalam hal ini, mengenai pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di Kelurahan Penjaringan adalah dikelola oleh nadzir yang berbentuk badan hukum, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf atau yang bertindak untuk dan atas namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum. Selain nadzir dibebani tanggung jawab pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf, nadzir juga berhak dan berwenang melakukan segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf bersangkutan, dengan senantiasa memperhatikan syarat-syarat yang ditentukan oleh wakif. Nadzir juga berhak mendapat upah atas jerih payahnya mengurus harta wakaf, selama ia melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada pasal 222 Kompilasi Hukum Islam, dinyatakan : nadzir berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang jenis dan jumlahnya ditentukan berdasarkan kelayakan atas saran Majelis Ulama Kecamatan KUA kecamatan setempat. 7 Selama ini pengelolaan yang dilakukan oleh nadzir sudah sesuai dengan tujuan wakif, karena masjid atau yayasan yang telah diwakafkan sudah berfungsi 7 Departemen Agama RI, UU No. 11974 dan UU No. 91975 serta KHI di Indonesia, h. 218 71 sebagai tempat ibadah dan pembinaan umat, yang diamanahi oleh para wakif. Sudah banyak yang dilakukan nadzir untuk hal tersebut, ini dapat dilihat semakin berkembangnya aktivitas keagamaan di masjid atau yayasan dalam upaya pembinaan umat dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja performance manajemen adalah efektifitas dan efisiensi. Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar doing thing right. Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 8 Efektifitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai. Sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya dikelola secara tepat dan benar. Jadi ukuran efektif itu apabila sasarantujuan dapat tercapai. Dalam buku O M Penunjang berhasilnya Proses Management, Sujadi F.X menulis bahwa untuk mencapai efektifitas kerja dan efisiensi suatu pekerjaan, haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai berikut : 1. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 2. Ekonomis ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu makan biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan dan lain- lainnya telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah 8 T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1998, Edisi ke-2, h. 7 72 ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan. 3. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat- tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. 4. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia. 5. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus sesuai dengan tanggung jawab dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak yang lainnya. 6. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar. 9 Dari teori efektifitas dan efisiensi di atas, penulis berpendapat jika kita kaitkan dengan pembahasan yang sedang penulis kaji yakni mengenai efektifitas nadzir dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan penjaringan, bahwasanya dalam pengelolaan dan peningkatan fungsi tanah wakaf 9 Sujadi F.X., O M Penunjang berhasilnya Proses Management, Jakarta : CV. Masagung, 1990, Cet. Ke-3, h. 36-39 73 yang ada di kelurahan penjaringan dalam hal ini nadzir, pengelola adalah sudah efektif dan efisien dalam mengelola tanah wakaf di kelurahan penjaringan sebagai tempat ibadah namun dalam upaya peningkatan fungsi tanah wakaf di kelurahan penjaringan belum efektif, ini bisa dilihat dari kurang berkembangnya fungsi tanah wakaf untuk pemberdayaan masyarakat setempat, hal ini disebabkan nadzir tersebut tidak memiliki pengetahuan yang luas tentang wakaf dan juga tidak memiliki kemampuan manajerial dalam pengelolaan tanah atau bangunan sehingga tanah wakaf kurang bermanfaat dan berperan bagi pemberdayaan masyarakat sekitar.

D. Peran Tokoh Masyarakat Dalam Upaya Pengelolaan dan Peningkatan