Proses Administrasi Perwakafan di KUA Kecamatan Penjaringan

59

BAB IV PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN FUNGSI TANAH WAKAF

DI KELURAHAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

A. Proses Administrasi Perwakafan di KUA Kecamatan Penjaringan

Yang perlu diperhatikan dalam proses administrasi atau pendaftaran wakaf adalah : 1. Orang yang mewakafkan atau wakif Yang dapat mewakafkan tanah miliknya adalah, badan hukum Indonesia, dan perorangan atau kumpulan orang, adapun hal demikian haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bagi badan hukum perseorangan itu tidak sedang dinyatakan oleh hukum terlarang. b. Atas kehendak sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. c. Bagi perseorangan haruslah berakal sehat, dan sudah dewasa dan yang mewakili badan hukum adalah pengurus yang sah secara hukum. 2. Benda yang diwakafkan objek wakaf Tanah yang diwakafkan haruslah tanah milik yang mempunyai sertifikat tanah yang legal dan apabila mewakafkan tanah bukan miliknya atau tanah negara maka tidak akan syah dalam perwakafannya. 60 3. Ikrar Wakaf Pihak yang mewakafkan tanah haruslah mengikrarkan tanah miliknya agar jelas dan tegas untuk apa tanah tersebut diwakafkan dihadapan PPAIW dan harus tertulis dalam tiga rangkap. 4. Pengurus Wakaf Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1 ayat 4 Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik maka nadzir itu harus terdiri dari: - Kelompok orang - Badan Hukum Sedangkan proses pendaftaran administrasi perwakafan di Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Penjaringan akan dibagi menjadi dua bagian yang pertama sebelum adanya Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 dan sesudah ada Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1977 adalah sebagai berikut : 1. Tata cara atau proses pendaftaran tanah wakaf sebelum Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 Yang dimaksud dengan proses pendaftaran tanah wakaf sebelum Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 dan hal tersebut secara administrasi masih amat lemah terutama dalam hal peraturan karena masih banyak yang kurang diatur di dalam sebelum adanya Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tersebut. Sedangkan prosesnya adalah sebagai berikut : 61 a. Pertama nadzir mendaftarkan ke KUA kecamatan selaku PPAIW, apabila nadzir sudah tidak ada maka anggota keluarga dari wakif tersebut yang mendaftarkan ke KUA setempat selaku PPAIW, apabila anggota keluarga wakif juga tidak ada maka kepala desa setempatlah yang wajib mendaftarkan tanah wakaf tersebut karena beliaulah yang mengetahui riwayat tanah tersebut dengan membawa surat-surat berupa : - Surat keterangan tentang tanah atau surat keterangan kepala desa tentang tanah wakaf atau dengan nama surat bentuk WK. - Dua orang yang menyaksikan ikrar wakaf atau saksi. b. Kemudian PPAIW selaku Pejabat Pencatat Akta Ikrar Wakaf melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal yang perlu di perhatikan seperti : - Meneliti keadaan tanah yang akan diwakafkan - Meneliti dan kemudian mengesahkan terhadap para nadzir - Meneliti saksi-saksi. - Menerima penyaksian tanah milik - Membuat pengganti Akta Ikrar Wakaf AIW bentuk W3 - Membuat salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf APAIW bentuk W3a c. Kemudian PPAIW mendistribusikan Akta Pengganti 3 lembar dalam bentuk W3, dengan tujuan sebagai berikut : Akta Pengganti - Lembar 1 untuk disimpan PPAIW 62 - Lembar 2 dilampirkan pada permohonan pendaftaran kepada bupati atau walikotamadya dalam hal ini Subdit Agraria - Lembar ke 3 dikirim ke PA setempat Selain Akta Pengganti - Lembar 1 disampaikan kepada wakif - Lembar 2 dismpaikan kepada nadzir - Lembar 3 disampaikan kepada KANDEPAG - Lembar 4 disampaikan kepada kepala desa setempat 2. Tata cara pendaftaran tanah wakaf sesudah Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977. Pasal 4 Peraturan Pemerintah tentang tanah milik, dimaksudkan untuk memberikan pembedaan terhadap tanah yang sudah ada sertifikatnya tanah hak milik dan mana yang belum ada sertifikatnya, sedangkan tanah yang sudah ada sertifikatnya dan yang belum ada sertifikatnya pada prinsipnya mempunyai hak yang terkuat turun temurun, dan hal itu dapat diwakafkan apabila surat dan buktinya lengkap. Sedangkan proses pendaftaran tanah wakaf tersebut tidak jauh berbeda dengan sebelum Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 hanya pada administrasinya saja yang lebih baik, seperti dalam hal saksi maka harus diambil dari pamong praja desa yang memahami tanah tersebut, kemudian dilakukan pencatatan perwakafan tanah milik ini pada buku tanah dan pada sertifikatnya itu kepada nadzir, dan nadzir wajib melaporkan hal itu kepada PPAIW untuk mencatat seperlunya antara lain 63 dalam daftar ikrar wakaf bentuk W4, bahwa wakaf itu telah dicatat dibuku tanahnya subdit agraria, dengan telah didaftarkannya dan dicatatnya daftar tersebut dalam sertifikat tanah hak milik yang diwakafkan, maka tanah itu telah mempunyai alat pembuktian yang kuat. Agar lebih memudahkan untuk proses pendaftaran tanah wakaf bersama ini kami beri gambaran sebagai berikut : PROSES PENDAFTARAN TANAH WAKAF SESUDAH PP NO.28 TAHUN 1977 a. W.K Surat Keterangan kepala desa lurah tentang perwakafan tanah milik b. W.I Ikrar Wakaf Bermaterai c. Fakta Ikrar Wakaf Bermaterai d. W.2A. Salinan Akta Ikrar Wakaf PROSES PENDAFTARAN TANAH WAKAF SEBELUM PP NO.28 TAHUN 1977 a. W.D Pendaftaran Tanah b. W.3 Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf Bermaterai c. W.3A Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf d. W.K Surat Keterangan Kepala DesaLurah tentang perwakafan tanah milik 1 1 Laporan Bulanan KUA Kecamatan Penjaringan 2010 64

B. Fungsi Pengadministrasian Perwakafan Tanah Menurut Peraturan