46
Dengan berlakunya PP no.28 tahun 1977 sepanjang peraturan sebelumnya yang bertentangan dengan PP ini dianggap tidak berlaku lagi. Kemudian hal
tersebut diatur oleh Departemaen Agama dan Menteri Dalam Negeri sesuai dengan bidangnya masing-masing.
D. Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Produktif
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf telah disahkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Oktober 2004 dan
diundangkan melalui Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 159. Undang-Undang ini mengatur berbagai hal yang penting dalam pengelolaan
dan pengembangan wakaf untuk memperdayakan ekonomi umat. Jika dibandingkan dengan beberapa peraturan perundang-undangan
tentang wakaf yang sudah ada selama ini, maka dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 terdapat hal-hal baru dan penting yang sangat menunjang
pertumbuhan ekonomi umat. Beberapa di antaranya adalah mengenai masalah nadzir, maukuf bih, dan maukuf ‘alaih, serta perlunya dibentuk Badan Wakaf
Indonesia BWI. Berkenaan dengan masalah nadzir, karena dalam Undang- Undang ini yang dikelola tidak hanya benda tidak bergerak yang selama ini sudah
lazim dikelola di Indonesia, tetapi juga benda bergerak seperti uang logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan lain-lain,
maka itu dari nadzir pun dituntut untuk mampu mengelola benda-benda tersebut.
47
Kemudian dalam bab V Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 42 dijelaskan mengenai pengelolaan dan pengembangan wakaf. Pasal 42 tersebut
menjelaskan sebagai berikut: Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.
Pasal 43 1 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nadzir sebagaimana
dimaksud dalam pasal 42b dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah. 2 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dilakukan secara produktif. 3 Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud
pada ayat 1 diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah. Yang dimaksud lembaga penjamin syariah yaitu badan hukum yang
menyelenggarakan kegiatan usaha yang dapat dilakukan, antara lain melalui skim asuransi syariah atau skim lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengelolaan wakaf dilakukan oleh nadzir, sesuai dengan pasal 42 Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Dalam penjelasan ini, yang dimaksud dengan pengelolaan dan pengembangan secara produktif antara lain
dengan cara: pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengemabangan
teknologi, pengembangan gedung, apartemen, rumah susun , pasar swalayan,
48
pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, ataupun sarana kesehatan dan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan syariah.
33
Pasal 44 1 Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nadzir dilarang
melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atar dasar izin tertulias dari Badan Wakaf Indonesia BWI.
2 Izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan
yang dinyatakan dalam ikrar wakaf. Pasal 45
1 Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, nadzir diberhentikan dan diganti dengan nadzir lain apabila nadzir yang
bersangkutan: a. Meninggal dunia bagi nadzir perseorangan;
b. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku untuk nadzir organisasi atau nadzir badan hukum;
c. Tidak melaksanakan tugasnya sebagai nadzir dan atau melanggar ketentuan larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
33
Direktorat Jenderal Bimbingan Mayarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.
2005, h. 53
49
d. Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
2 Pemberhentian dan penggantian nadzir sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia.
3 Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan oleh nadzir lain karena pemberhentian dan penggantian nadzir dilakukan dengan
tetap memperhatikan peruntukan harta benda wakaf yang ditetapkan dan tujuan serta fungsi wakaf.
Dengan demikian secara komprehensif – substansif, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf merupakan wujud adanya pembaharuan
hukum perwakafan Indonesia, menegaskan adanya paradigma baru wakaf serta sebagai instrumen hukum pengembangan dan pengelolaan tanah wakaf ke arah
produktif. Berubahnya paradigma baru dalam perwakafan, menjadi sangat luas lingkup permasalahannya. Apalagi jika wakaf dikembangkan dengan cara atau
model yang diatur pada pasal 43 ayat 1, 2 dan 3 seperti disebutkan di atas.
50
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis Kecamatan Penjaringan
Kecamatan Penjaringan adalah merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di wilayah kota administrasi Jakarta Utara diantaranya adalah :
1. Kecamatan Penjaringan 2. Kecamatan Pademangan
3. Kecamatan Tanjung Priok 4. Kecamatan Koja
5. Kecamatan Kelapa Gading 6. Kecamatan Cilincing
1
Sebagai salah satu kecamatan dengan luas wilayah 3,487,58 Ha yang terdiri dari 68 RW dan 826 RT.
Kecamatan penjaringan terdiri dari lima kelurahan, dengan luas masing- masing kelurahan sebagai berikut :
1. Kelurahan Penjaringan dengan luas wilayah 394 Ha 2. Kelurahan Pejagalan dengan luas wilayah 323,18 Ha
3. Kelurahan Pluit dengan luas wilayah 771,9 Ha 4. Kelurahan Kapuk Muara dengan luas wilayah 1005,5 Ha
1
Buku data wilayah provinsi, kotamadya, kecamatan dan kelurahan di provinsi DKI Jakarta, Biro Administrasi Wilayah Prov DKI Jakarta 2006, h. 86