1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi jurnalis secara global terbagi menjadi delapan sesuai dengan porsi dan perbedaan tujuannya. Kedelapan fungsi tersebut seperti tertuang dalam buku
Blur: How to Know What’s True in the Age of Information Overload karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel
diantaranya yakni konsumen, dalam hal ini audience memerlukan jurnalis yang bisa memeriksa keautentikan informasi, jurnalis
menerangkan informasi tersebut masuk akal atau tidak, jurnalis terus mengawasi dan membongkar kejahatan, meneliti dan memantau kembali kejadian tertentu dan
dapat bekerja sama dengan masyarakat sebagai reporter warga, melakukan pemberdayaan antara jurnalis dan warga untuk berdialog secara berkesinambungan,
jurnalis cerdas harus berbagi informasi dari sumber berita, menjadi poros warga agar dapat memantau berbagai informasi, dan jurnalis tidak hanya dikenal melalui
karya dan bagaimana menghasilkannya, namun juga tingkah laku jurnalis masuk ke dalam ranah publik yang wajib dicontoh.
1
Namun bukan hanya fungsi, tanggung jawab jurnalis juga memiliki peran penting dalam hal keberlangsungan informasi sampai ke masyarakat. Seorang
jurnalis, dalam praktek jurnalistiknya, dipayungi oleh sebuah regulasi yakni Undang-Undang UU Pers No. 40 Tahun 1999. Tidak hanya itu, Dewan Pers
selaku lembaga independen yang berfungsi melindungi kehidupan pers dari campur
1
http:www.solopos.com20121227ini-dia-8-tugas-wajib-wartawan-362455 diakses pada 11 Maret 2015 jam 11.40
2
tangan pihak lain serta melakukan pengkajian untuk perkembangan kehidupan pers juga membentuk acuan serta batasan dalam kegiatan jurnalistik dalam bentuk Kode
Etik Jurnalistik.
2
Salah satu praktek UU Pers yang juga dibahas dalam KEJ adalah tentang perlindungan identitas sumber berita dalam bentuk hak tolak jurnalis.
Penerapan kode etik jurnalistik tentang hak tolak seorang jurnalis berupa penerapan perlindungan identitas sumber berita, menjelaskan salah satu fungsi
jurnalistik. Fungsi yang dimaksud yakni fungsi pengawalan hak-hak warga negara Kusumaningrat dan Kusumaningrat, 2009:28. Maksudnya, seorang jurnalis
berfungsi mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Dalam suatu pemberitaan, seorang jurnalis memiliki maksud untuk tidak mencantumkan atau menuliskan
identitas sumber berita secara lengkap ataupun menyebutkan identitas lainnya guna menghindari efek negatif setelah berita tersebut ditayangkan juga upaya menjaga
nama baik sumber berita. Untuk mempraktekan hak tolaknya dalam suatu kasus tertentu, seorang
jurnalis juga harus paham tentang asas praduga tak bersalah. Dalam hal ini, menghormati asas praduga tak bersalah berarti bahwa wartawan wajib melindungi
tersangkatertuduhterdakwa pelaku suatu tindak pidana dengan tidak menyebutkan nama dan identitasnya dengan jelas. Ini harus dilakukan sebelum ada putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahan pelaku dan keputusan itu sudah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Lazimnya yang digunakan media adalah
menyebut nama pelaku hanya dengan inisalnya atau memuat fotonya dengan
2
https:ashadisiregar.files.wordpress.com200808dari-kode-etik-wartawan-ke-dewan-pers.pdf diakses pada 12 Maret jam 05.25
3
ditutup matanya atau hanya memperlihatkan foto bagian belakang pelaku saja Kusumaningrat Kusumaningrat, 2009:118.
Di beberapa media di Indonesia, pelaksanaan kode etik jurnalistik untuk melindungi identitas sumber berita dalam bentuk hak tolak kerap dilakukan. Lebih
khusus, pada penayangan program berita di media elektronik. Namun, pada penayangan program berita yang ada di Indonesia seperti Seputar Indonesia
RCTI, Liputan 6 SCTV, Topik ANTV, Fokus Indosiar, Kabar TVOne, hingga Metro TV, sebagai televisi berita di Indonesia dinilai kurang sebagai wadah
untuk jurnalis dalam mempraktekan hak tolaknya tersebut. Hal tersebut dikarenakan program berita yang disebutkan diatas, content beritanya masih
bersifat umum, seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan budaya. Pada program acara berita di televisi, jurnalis lebih menggunakan hak
tolaknya pada berita dengan kejadian atau kasus-kasus tertentu. Meliputi tindakan kriminalistas seperti pembunuhan, penculikan, peredaran narkotika, pelecehan
seksual, hingga segala bentuk tindakan kejahatan. Dalam penggolongan berita kejahatan, termasuk segala kejadian yang melanggar peraturan dan Undang-
Undang negara. Jadi, dapatlah disebutkan bahwa yang termasuk dalam berita kriminal yakni berita mengenai segala peristiwa kejadian dan perbuatan yang
melanggar hukum seperti pembunuhan perampokan, pencurian, penodongan, pemerkosaan, penipuan, korupsi, penyelewengan, dan segala sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma kesusilaan yang ada dalam masyarakat Barus, 2010:45.
Tidak hanya diterapkan pada program acara berita di televisi, hak tolak seorang jurnalis juga dapat diterapkan pada media lainnya. Sebagai contoh menarik
4
mengenai penggunaan hak tolak ini adalah pada kasus cerpen Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin yang dimuat dalam majalah Sastra Edisi Agustus
1968 silam. Penulisnya sendiri bukanlah nama asli, melainkan nama samaran. Cerpen tersebut ternyata mengundang reaksi keras dari umat islam dan pemuka
agama. Bahkan, Menteri Agama menuntut agar pemimpin redaksi majalah tersebut yakni
kritikus sastra,
HB Jassin,
diseret ke
pengadilan untuk
mempertanggungjawabkan tulisan atau cerpen itu, Dalam kasus tersebut, diputuskan bahwa HB Jassin divonis satu tahun penjara dengan masa pecobaan dua
tahun. Hal menarik dalam kasus ini adalah sikap HB Jassin yang kukuh melindungi
sumbernya Kipandjikusmin melalui hak tolak. HB Jassin sesungguhnya tidak mengenal siapa sesungguhnya Kipandjikusmin, ia hanya mengenalnya melalui
kegiatan surat menyurat dan belum sekalipun bertatap muka. Berbagai upaya tetap dilakukan pihak pengadilan agar HB Jassin mengungkapkan identitas
Kipandjikusmin, namun tetap ditolak Machmud, 2011:188-189. Dalam contoh tersebut, penerapan hak tolak jurnalis yang dilakukan media
massa cetak lebih melindungi identitas dari sumbernya melalui hak milik kepenulisan cerpen. Dalam suatu kebijakan redaksional media cetak, terdapat
sebuah peraturan di perusahaan tersebut bahwa setiap karya yang masuk baik berupa tulisan maupun foto akan menjadi hak milik perusahaan tersebut. Namun,
adapula perusahaan yang tetap menaruh hak kepemilikan sebuah karya yang sudah dimuat di media tetap hak kepemilikan dari masyarakat atau orang yang membuat
karya tersebut. Dalam kasus ini, kebijakan majalah Sastra lebih menerapkan kebijakan yang pertama. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap dari pimpinan
5
redaksinya yang tetap mempertahankan efek negatif dari pemuatan cerpen atas nama pribadi dan perusahaan.
Contoh lainnya saat terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora di Jayapura, Papua. Pada kejadian tersebut, seorang jurnalis dari Trans TV, Chanry Andrew
Suripati dipanggil oleh Kepala Satuan Resort Kriminal Kasatreskrim Polresta Jayapura Ajun Komisaris Y. Takamully pada 3 Mei 2008 sebagai saksi untuk
memberikan keterangan tentang identitas pelaku pengibaran bendera Bintang Kejora. Namun, Chanry membuat surat yang berisikan Hak Tolak sebagai
pertanggung jawaban profesi yang didasarkan pada UU Pers Nomor 40 Tahun 1999. Disamping itu, penyidik tidak bisa memanggil jurnalis tersebut secara
individu karena profesi jurnalis atau instansi yang melekat pada individu tersebut.
3
Hal yang berbeda dalam kondisi di media elektronik yang menuntut menayangkan berita atau peristiwa dalam bentuk audio dan visual. Dalam sebuah
penayangan berita di media elektronik, belum cukup jika hanya tidak menyebutkan nama atau identitas lain sumber berita. Namun, perlu juga untuk menyamarkan
wajah dan suara dari sumber berita tersebut. Dengan catatan, hal tersebut dilakukan saat sumber berita tersebut statusnya adalah pelaku sebuah tindak pidana atau
narasumber tersebut sebagai orang yang memiliki posisi yang memenuhi delik dalam suatu tindak pidana. Dalam satu penayangan berita di program berita televisi,
tidak menutup kemungkinan sumber berita yang menjadi subjek hak tolak jurnalis adalah saksi, korban, hingga pihak-pihak yang terkait lainnya.
3
http:lipsus.kompas.comedukasiread2008050517381026.wartawan.transtv.buat.surat.hak.tola k.panggilan.polisi diakses pada 30 Januari 2015 jam 20.05
6
Melindungi sumber berita dengan tidak menyebutkan nama atau identitas lainnya secara lengkap merupakan bentuk aplikasi dari hak tolak jurnalis memiliki
maksud yakni menghindarkan efek-efek negatif yang berpotensi timbul pasca pemberitaan dan upaya dari jurnalis untuk tetap menjaga nama baik narasumber
atau sumber berita. Hal tersebut berlaku pada narasumber sebagai pelaku, saksi, korban, dan pihak terkait lainnya.
Penelitian Hak Tolak Oleh Pers sudah pernah dilakukan oleh Ronald Aror, Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Unsrat Manado dengan judul “Penerapan
Hak Tolak Oleh Pers dan Akibat Hukumnya Ditinjau dari Hukum Pidana Indonesia.” Namun, penelitian tersebut mengkaji dari segi ketidakselarasan antara
penerapan hak tolak jurnalis dengan hukum pidana di Indonesia. Secara khusus penelitian tersebut membahas dari sisi hukum, yakni munculnya kontroversi dan
celah hukum antara pelaksanaan hak tolak yang didasari oleh UU Pers dan KEJ dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP pasal 221 Ayat 1. Penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian kepustakaan Library Research melalui penelaahan buku, perundang-undangan, dan berbagai dokumen tertulis lainnya
dengan pendekatan Yuridis Formatif.
4
Penelitian lain yang juga pernah dilakukan oleh Arfian Zazaki. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional UPN “Veteran” Surabaya
tersebut membahas mengenai opini masyarakat tentang berita kriminalitas pada tayangan patroli di indosiar. Namun, pada penelitian ini tidak membahas tentang
4
Aror, Ronald. September 2014. Penerapan Hak Tolak Oleh Pers dan Akibat Hukumnya Ditinjau
dari Hukum Pidana Indonesia . Lex et Societatis. Volume 2, No. 8
7
penerapan hak tolak, melainkan hanya kesamaan pengambilan objek penelitian, yakni program berita Patroli Indosiar.
Penelitian kali ini, peneliti ingin mengkaji tentang “Implementasi Kode Etik Jurnalistik terhadap Perlindungan Identitas Sumber Berita, pada berita Patroli
Indosiar Bulan Februari 2015 hingga Maret 2015”. Nantinya, penelitian ini hanya menitik beratkan pada implementasi kode etik jurnalis dalam bentuk hak tolak yang
dilakukan pada program acara berita Patroli Indosiar. Untuk pemilihan periodisasi waktu yang dipilih antara bulan Februari 2015
hingga Maret 2015 karena dalam setiap hari penayangan program berita, tidak keseluruhan berita yang ditayangkan adalah berita yang mengandung unsur kode
etik jurnalis dalam bentuk hak tolak dan tidak semua berita yang ditayangkan adalah berita kriminal. Peneliti beranggapan, dengan menghitung frekuensi
kemunculan implementasi hak tolak tersebut, maka akan memberikan informasi tertentu tentang seberapa besar implementasi hak tolak diterapkan dalam satu
penayangan program berita Patroli Indosiar. Peneliti memilih kode etik jurnalis lebih khusus pada pembahasan hak tolak
jurnalis untuk dijadikan sebagai penelitian. Hal ini dikarenakan, penelitian tersebut masih jarang dilakukan, bahkan di lingkup UMM sekalipun. Selain itu, belum
banyak yang mengetahui tentang hak tolak jurnalis di masyarakat, dan seperti apa penerapannya. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui penerapan hak tolak
jurnalis saat menghimpun berita di lapangan. Selain itu, penerapan hak tolak jurnalis juga berpeluang disalahgunakan
oleh beberapa oknum jurnalis dan media yang tidak bertanggung jawab. Memanfaatkan hak tolak yang dimilikinya untuk tidak menyebutkan identitas
8
narasumber secara lengkap, oknum tersebut mengkonstruksi berita fiktif, dalam artian tidak ada keterangan valid dari narasumber. Tulisan yang mencantumkan
“menurut sumber yang dapat dipercaya” adalah sebenarnya tulisan dari oknum itu sendiri. Dalam hal penayangan hak tolak di media televisi, pada program investigasi
contohnya, kerap menayangkan pernyataan narasumber yang menyebutkan nama samaran atau inisial, serta menyamarkan wajah dan suara. Dikhawatirkan hal
tersebut juga rekayasa awak media yang tidak mendapat narasumber beserta keterangan yang diinginkan terhadap suatu kasus tertentu.
Hal ini merupakan masalah yang cukup pelik. Persyaratan jurnalisme ialah fakta-fakta yang siap diverifikasi, terbuka untuk ditelusuri data-datanya, mudah
dikenali berbagai narasumber yang memberikan informasinya, dan berbagai pertanggungjawaban lainnya. Maka dari itu, jika ada kejadian yang narasumber
tidak mau disebutkan identitasnya, akan mengurangi kredibilitas media tersebut. Pada momen tertentu malah mengakibatkan persoalan hukum. Penuntutan terhadap
validitas laporan yang telah mencemarkan nama atau pihak tertentu Kurnia, 2005:214.
Penelitian terdahulu dengan penelitian ini jelaslah berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada fokus penelitian dan objek yang akan diteliti. Fokus penelitian
ini adalah implementasi kode etik jurnalis terhadap perlindungan identitas sumber berita, dan objek penelitian yang dipilih adalah program berita Patroli Indosiar.
Sedangkan pada penelitian terdahulu, lebih membahas pada ranah hukum dari penerapan hak tolak pers yang ditinjau dari hukum pidana di Indonesia. Kemudian,
untuk penelitian terdahulu yang kedua, secara jelas terdapat perbedaan
9
pembahasan, hanya terdapat kesamaan dalam mengangkat berita Patroli Indosiar sebagai subyek penelitian.
Program berita Patroli dipilih untuk dijadikan objek penelitian, karena program berita Patroli merupakan program berita kriminal yang pertama hadir di
televisi Indonesia pada tahun 1999. Memiliki durasi tayang selama 30 menit setiap harinya, ditayangkan setiap pukul 11.30 WIB dan 01.00 WIB. Pada awal
kemunculannya di televisi, program Patroli Indosiar mendapat respon positif dari masyarakat. Sehingga memicu hadirnya tayangan program berita kriminal serupa
di beberapa stasiun televisi lainnya. Di sisi lain, penayangan program berita Patroli Indosiar juga memunculkan
pendapat kontra serta mengarah pada dilema tersendiri di masyarakat, terlebih pada sebagian pihak yang terkait dalam salah satu penayangan beritanya. Hal tersebut
dikarenakan program ini mengangkat tema kriminalitas, yang mana keberadaan narasumber di dalamnya sangat rentan terhadap berbagai faktor lainnya setelah
pemberitaan. Contoh, narasumber atau sumber berita pada salah satu penayangan kasus diposisikan sebagai pelaku. Hal tersebut berdampak saat masyarakat atau
warga yang mengenalinya menonton tayangan tersebut. Terlebih pihak keluarga bahkan anak dari pelaku sebuah tindak kejahatan. Mengingat penayangan program
acara Patroli Indosiar ini adalah pukul 11.30 WIB. Waktu dimana mayoritas anak usia sekolah dasar khususnya, pulang dari sekolah. Juga waktu dimana satu
keluarga istirahat siang dari rutinitas kesehariannya. Selain itu, program Patroli Indosiar juga tidak lepas dari pelanggaran
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3 dan SPS KPI tahun 2012. Seperti surat yang diturunkan KPI bernomor 297KKPI0315 pertanggal 26
10
Maret 2015, Patroli melakukan pelanggaran berupa penayangkan secara close up polisi yang dipukul massa dan adegan polisi yang menendang dan memukul
seorang pria. Tidak hanya itu, KPI juga menemukan pelanggaran pada tanggal 15 Maret 2015 pada pukul 11.42 WIB berupa tayangan aksi demo mahasiswa yang
diiringi aksi pukul oleh seorang pria. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas prinsip-prinsip jurnalistik, muatan kekerasan dan kejahatan serta
kewajiban penyamaran.
5
Seperti dikutip dari penelitian Arfian Zazaki, disebutkan bahwa kemunculan program Buser SCTV, Sergap RCTI, Sidik TPI, Kriminal
TransTV, TKP Trans 7, dan Brutal TVOne adalah terinspirasi dari kesuksesan penayangan program berita Patroli Indosiar. Sebelumnya, peneliti telah
membandingkan dengan program berita kriminal serupa yang ada di stasiun televisi lainnya. Namun, hanya berita Patroli Indosiar yang sejak awal secara konsisten dan
dapat bertahan dengan konsep acaranya, yakni pemberitaan berita kriminalitas di masyarakat.
6
Namun dalam perkembangannya, pada awal kemunculan program Patroli menayangkan berita bertema kriminalitas secara penuh atau keseluruhan dalam satu
kali tayang dalam sehari. Saat ini, didorong oleh faktor kebutuhan informasi di luar
5
http:www.kpi.go.idindex.phplihat-sanksi32618-teguran-tertulis-program-siaran-jurnalistik- patroli diakses pada 10 April 2015 jam 10.50
6
Zazaki, Arfian. 2014. Opini Masyarakat Tentang Tayangan Berita Kriminalitas pada
Tayangan Patroli di Indosiar . Skripsi Strata-1 pada jurusan Ilmu Komunikasi UPN Surabaya.
11
lingkup berita kriminal, program Patroli Indosiar juga menayangkan beberapa berita dan peristiwa yang lebih bersifat umum, seperti banjir, kecelakaan, tanah
longsor, hingga kebakaran. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana dan seberapa besar frekuensi kemunculan dari
implementasi kode etik jurnalistik dalam bentuk hak tolak. Melihat perubahan content berita Patroli Indosiar yang sekarang kerap menyisipkan berita diluar berita
kriminalitas. Hal penunjang lainnya juga dapat dilihat dari website resmi Indosiar, selain
menayangkan program Patroli setiap harinya, pada halaman website Patroli juga secara update menayangkan berita beserta naskah yang ditayangkan dalam satu hari
penayangan berita Patroli.
1.2. Rumusan Masalah