27
tidak meyakini informasinya sendiri yang salah. Dapat juga, dalam hal ini jurnalis tidak boleh kebal terhadap kritik.
3. Punya insting untuk praktik, jurnalis dan seorang ilmuan juga tak luput dari
proses check and recheck. Proses tersebut bertujuan untuk secara berkesinambungan memperoleh data yang valid.
4. Keyakinan kebenaran bersifat sementara, seorang jurnalis jelas punya tugas
untuk memperjelas sesuatu yang samar dan bukan menyamarkan sesuatu yang sudah jelas.
5. Hemat, maksudnya ketika diberi pilihan, manusia umumnya memilih yang
lebih simpel. Tugas ilmuan karenanya membuat sesuatu lebih sederhana dan mudah dipahami, termasuk juga kerja seorang jurnalis.
1.5.3.1. Pendidikan dan Latihan Jurnalis
Zulkarimen Nasution dalam Nurudin 2009:145 menjelaskan secara sederhana pendidikan berbasis kompetensi adalah program pendidikan di mana
kinerja yang dituntut telah dispesifikasikan dan disepakati secara mendetail sebelum pengajaran berlangsung, kemudian kompetensi bukan hanya pengetahuan,
tetapi juga skill dan attitude yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu performance.
Sementara itu, berikut penyajian tabel tentang materi yang biasanya ada dalam program pendidikan dan latihan jurnalis.
28
Tabel 1.1 Program pendidikan dan latihan jurnalis Materi Pelatihan
Tingkat Dasar Tingkat
Menengah Tingkat Lanjut
1. Berita
Pengertian Spothard news
Feature indepth reporting
Investigasi analisis
berita fakta layak berita
2. Wawancara
meliput Jenis wawancara,
teknik wawancara Menyiapkan
bahan wawancara Pembagian
liputan, menyusun TOR
3. Menulis
Teknis menulis, transkrip laporan
Menulis opini,
menulis feature Menulis editorial,
editing naskah 4.
Manajemen pers
Pengenalan mengelola pers,
proses kerja Pembagian fungsi
dan peran
pengelolaan Manajemen
redaksi, perencanaan
5. Kode etik
Pengenalan Simulasi kasus
Penilaian, pengambilan
keputusan, etik 6.
Teori pers Sejarah dan peran
pers Hukum pers
Filosofi komunikasi massa
7. Artistik
Pengenalan visual media dan proses
Rancang grafis,
ilustrasi, foto,dan sebagainya
Filosofi desain
visual media
Sumber: Lukas Luwarso dan Gati Gayatri, 2006 dalam Nurudin, 2009:150
29
Pada proses kerjanya, maksud dari pendidikan dan pelatihan kepada para jurnalis yakni untuk meminimalir kekurangan mereka serta untuk menjawab
kebutuhan tenaga jurnalis terampil di media. Setidaknya, terdapat beberapa persoalan yang menunjukan kekurangan jurnalis di Indonesia. Berdasarkan
pengamatan Marah Sakti Siregar 2006 dalam Nurudin 2009:143 mengidentifikasikan kelemahan umum yang dimiliki jurnalis, diantaranya:
1. Pengetahuan rata-rata umum kurang. Ini mungkin merepresentasikan
kekurangan mereka dalam membaca atau menyerap informasi yang bersifat umum yang biasanya bisa diperoleh dari surat kabar atau media informasi
lainnya. 2.
Spesifik dan tanggung. Anehnya, dalam hal spesifik, misalnya dalam hal pengetahuan ekonomi atau olahraga, yang menjadi latar belakang
pendidikannya, jurnalis tetap saja kurang mendalam. 3.
Kelemahan dalam bahasa dan tata bahasa, baik bahasa asing hingga bahasa indonesia. Termasuk ketidakakuratan dalam menuliskan nama, gelar,
jabatan, dan sebagainya. 4.
Bekerja secara pas-pasan, kurang gigih, cukup puas jika sudah memenuhi suatu target penugasan.
5. Kurang ide dan kurang inisiatif.
6. Cepat mapan dan enggan melakukan eksplorasi seperti investigasi dan
membuat laporan pendalaman lainnya in depth reporting. Di sisi lain, jurnalis juga mempunyai kelemahan khusus, diantaranya:
30
1. Rata-rata tidak memiliki basis yang kuat dalam penulisan. Baik penulisan
berita biasa news maupun artikel khas features, analisis, dan semacamnya. Selanjutnya, bentuk tulisan kurang memenuhi unsur-unsur
berita. 2.
Umumnya kurang atau tidak menguasai hal-hal yang berkaitan dengan aturan etika profesi kewartawanan dan hukum.
3. Umumnya memahami persoalan, tidak menguasai masalah, dan tidak
menguasai teknik wawancara yang baik. 4.
Bekal pemahaman atas jurnalistik secara komperhensif masih kurang, sehingga yang muncul sekarang cenderung wartawan instan.
1.5.3.2. Sembilan Elemen Jurnalisme