b. Kelompok yang menolak adanya taraduf
Ahli bahasa yang menolak adanya taraduf didalam bahasa Arab adalah Abu Al-Abbas Tsa’lab, Abu Ali al-farisi, Ibn farisi, dan Abu Hilal
al-Askari. Ibn faris mengatakan bahwa setiap isim hanya memiliki satu makna, sedangkan kata-kata yang kemudiakan diartikan pedang bukan
makna yang sebenarnya, tetapi hanya laqab atau sifat saja, seperti
ﺴ ا
yang berarti pedang. Begitu pula pada kata kerja, seperti
ﺪﻌ dan ﺟ .
kedua kata tersebut tidaklah bermakna sama, masing-masing kata secara spesifik memiliki makna sendiri-sendiri yang berbeda.
Abu al-Farisi mengatakan: “saya hanya mengenal satu nama pedang yaitu
ﺴ ا “, ketika ditanya: “bagaimana dengan dengan kata-kata ﺪﻨﻬﻤ ا , dan مرﺎﺼ ا ?, beliau menjawab: “kata-kata tersebut tidak memiliki makna
pedang yang sebenarnya, tetapi hanya sebatas pedang saja”. Abu Hilal al-Askari, seorang kritikus sastra yang menolak adanya
taraduf cenderung untuk membedakan kata-kata yang dianggap bertaraduf. Ia mengatakan bahwa perbedaan pada ungkapan dan nama
mengakibatkan perbedaan pula pada makna. Apabila sebuah kata telah menunjukan pada sebuah makna tertentu, maka tidak tepat bila kata
tersebut ditunjukan pada makna yang lain. Menurutnya, bahasa mempunyai kata-kata yang jelas maknanya, sehingga kata-kata tersebut
sudah menunjukan satu makna, sedangkan makna yang lain dimilikinya sudah tidak tepat lagi dan itu hanya makna tambahan saja. Oleh karena itu,
ia menyatakan bahwa tidaklah benar apabila ada sebuah kata yang
mempunyai dua makna atau lebih, begitu juga sebaliknya, tidaklah benar apabila ada dua buah kata atau lebih yang mempunyai makna yang sama.
Abu Hilal al-Askari memperkuat argumennya dengan membedakan kata-kata yang sapadan atau serupa maknanya, seperi kata
ءﺎﻨﺜ ا , حﺪﻤ ا dan ءاﺮ ﻹا , yang mempunyai makna pujian. Tapi
sesungguhnya ketiga kata ini bila dikaji secara mendalam, masing-masing memiliki makna yang spesifik dan berbeda. Kata
حﺪﻤ ا berarti pujian
pada perbuatan,
ءﺎﻨﺜ ا berarti pujian yang diulang-ulang, sedangkan kata ءاﺮ ﻹا berarti pujian pada orang yang berwajah tampan atau cantik.
Ibn faris juga membedakan antara kata
ﺪﻌ dan ﺟ yang
didukung oleh para ahli bahasa lain yang menolak taraduf. Kata
ﺪﻌ
berarti duduk dari kondisi sebelumnya berdiri, sedangkan kata
ﺟ
berarti duduk dari kondisi sebelum tidur.
46
Kedua kata tersebut ternyata memiliki makna yang berbeda.
2. Sebab-sebab terjadinya sinonim