Berpikir Menurut Al-Qur’an

Ketepatan berfikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang dijadikan dasar. Misalnya, apakah lima orang mahasiswa FIKOM cukup untuk dijadikan sampel yang representatif. 3. Berfikir evaluatif ialah berfikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu. 5

C. Berpikir Menurut Al-Qur’an

Kata akal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab al-aql yang mengandung arti mengikat atau menahan, tapi secara umum akal dipahami sebagian potensi yang isiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Dalam psikologi modern akal dipahami sebagai kecakapan memecahkan masalah problem solving capacity. Berbeda dengan kalimat al-qalb, dalam al-Qur’an kalimat al-aql tidak pernah disebut dalam bentuk kata benda, tetapi selalu dalam bentuk kata kerja, baik kata kerja fimadli maupun filmudlari. Dalam al-Quran, kalimat aql disebut dalam 49 ayat sebagai contoh, penyebutan al- aql dalam al-Quran adalah seperti yang ada pada surat al-Baqarah 2:75: kemudian mereka palsukan setelah mereka pahami, dan mereka sebenarnya tahu al-Baqarah2:75 Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di permukaan bumi dan mereka mempunyai kalbu memahami, atau telinga untuk mendengar: sesungguhnya bukanlah mata yang buta tetapi kalbu di dalam adalah yang buta Q., s. al-Hajj 22:42. 5 http:komunikasi-indonesia.org?p=1402, tanpa nama penulis. Akses pada tanggal 5 mei 2010 Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya bagimu, mudah-mudahan kamu mengerti Q.,s.al-Baqarah2:242. Menurut Lisan al-Arab, al-aql juga berarti menahan, sehingga yang di maksud dengan orang berakal adalah orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu. Al-Qur’an juga menyebut orang berakal dengan beberapa istilah, seperti uli-al-nuha yang berarti orang yang memiliki pencegah atau akal yang mencegah dari keburukan, ulu al-ilm, orang yang berilmu, ulu al-albad orang yang mempunyai saripati akal, ulu al-abshar, orang yang mempunyai pandangan tajam, dan dzi hijr,orang yang mempunyai daya tahan. Dari 49 ayat yang menyebut al-aql kata ‘aql mengandung pengertian mengerti, memahami dan berpikir. Tetapi pengertian berpikir juga diungkap al-Quran dengan kata yang lain, seperti nazhara yang artinya melihat secara abstrak seperti tercantum pada surat-surat Q., s. Qaf 50:6-7, Q., s. al-Thariq 86:5-7, Q., s. al-Ghasyyiah 88:17-20, tadabara yang artinya merenungkan seperti terdapat dalam surat Q., s. Shad 38:29, Q., s. Muhammad 47:24, tafakara yang artinya berpikir seperti yang ada dalam surat Q., s. al-Nahl 16:68-69, Q., s. al-Jatsyiah 45:12-13, faqih-tafaqqaha yang artinya mengerti Q., s. al-Isra 17:44, Q., s. al-Nahl 16:97-98, Q., s. al-Tawbah 9:12, tadzakkara yang artinya mengikat, memperoleh pengertian, mendapatkan pelajaran, memperhatikan dan mempelajari terdapat pada surat Q.S. al-Nahl 16:17 Q., al-Zumar 39:9, Q. S. al-Dzariyat 51:47-49, dan kalimat fahima yang artinya memahami, terdapat pada surat Q.S. al-Anbiya21:78-79. Meskipun banyak istilah dalam al-Quran yang berhubungan dengan aktivitas akal, tetapi kata ‘aqala mengandung arti yang pasti, yaitu mengerti, memahami dan berpikir. Hanya saja al-Quran tidak menjelaskan bagaimana proses berpikir seperti yang dibahas dalam psikologi, tidak juga membedakan di mana letak daya berpikir dan di mana letak alat berpikir seperti yang dibicarakan oleh filsafat tidak juga menyebut pusat kegiatan berpikir itu di dada atau di kepala, tapi menyebut bahwa qalb yang di dada juga berpikir seperti akal. Hal itu disebutkan antara lain dalam surat al-Araf 7:179, dan diisyaratkan dalam surat al-Tawbah 9:93 dan surat Muhammad 47:24. Jadi menurut al-Quran, aktivitas berpikir atau merasa, bukan hanya menggunakan akal atau hati saja, tetapi kesemuanya akal, nafs, qalb dan bashirah, yang bekerja dalam sistem nafs. Hanya saja al-Quran tidak membicarakan teknik kerja sistem nafs secara rinci. 6 6 http:arisatria87.blogspot.com200905berpikir-dalam-al-quran.html, akses pada tanggal 5 mei 2010

BAB IV ANALISIS