3.4.1. Persiapan
1. Alat
Seluruh peralatan yang akan digunakan dalam penelitian dicuci sampai bersih. Setelah kering alat gelas dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi
Basah menggunakan autoklaf dengan suhu 121 C selama 15 menit dengan
tekanan 2 atm.
2. Pembuatan larutan stok pupuk daun
Pupuk daun yang digunakan merupakan pupuk komersil DUTATONIC H- 16. Pupuk daun sebanyak 2,25 g dilarutkan ke dalam 1 L akuades kemudian di
aduk sesesampai larut, selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditera dengan akuades ingga volume 3 L dan diaduk sampai homogen.
3. Pembuatan larutan stok Cr VI dan Cd 100 ppm
Pembuatan larutan stok diawali dengan pembuatan larutan induk 1000 ppm dengan melarutkan senyawa K
2
CrO
4
sebanyak 3,734 g dan 3,135 g senyawa CdSO
4
.8H
2
O dengan 1 L akuades pada masing-masing labu ukur. Kemudian dilakukan pengenceran sampai 100 ppm dengan volume 100 ml untuk masing-
masing larutas stok Cr VI dan Cd.
4. Pembuatan media perlakuan
a. Cr VI
Pembuatan media untuk perlakuan 1, 2 dan 3 berturut-turut dengan memasukkan 0,1 , 1 dan 2 ml larutan stok Cr VI ke dalam erlenmeyer 250 ml
dan ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi awal 0,1 , 1 dan 2 ppm.
Pembuatan media perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm perlakuan 4 diperoleh dengan mengambil 100 ml larutan pupuk daun, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer tanpa diberi penambahan larutan stok Cr VI.
b. Cd
Pembuatan media untuk perlakuan 1, 2 dan 3 berturut-turut dengan memasukkan 0,1 , 1 dan 5 ml larutan stok Cd ke dalam erlenmeyer 250 ml dan
ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi awal 0,1 , 1 dan 5 ppm.
Pembuatan media perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm perlakuan 4 diperoleh dengan mengambil 100 ml larutan pupuk daun, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml tanpa diberi penambahan larutan stok Cd. 5.
Perbanyakan kultur mikroalga
Perbanyakan kultur mikroalga dilakukan tiap satu minggu sekali dengan perbandingan 1:1. Biakan S. dimorphus sebanyak 50 ml diinokulasikan ke dalam
50 ml larutan pupuk daun. Kemudian biakan diletakkan di ruang kultur dan diinkubasi selama 7 hari dengan fotoperiodisasi 12 jam terang dan 12 jam gelap.
Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan sel yang seragam dalam tahap pertumbuhan Rahmadi, 2005. Perbanyakan dilakukan sampai mendapatkan
volume dan kerapatan yang dibutuhkan.
3.4.2. Inokulasi
Sel S. dimorphus dengan kerapatan 500.000 selml diinokulasikan ke dalam masing-masing media perlakuan. Media perlakuan yang telah
diinokulasikan kemudian diletakkan di ruang kultur dengan pencahayaan 2 buah lampu TL berkekuatan 36 Watt dengan kisaran intensitas cahaya sebesar 1.007-
1.290 lux. Fotoperiodisasi diatur dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap.
3.4.3. Pengukuran kondisi fisik ruang kultur
Pengukuran dilakukan setiap 24 jam sekali selama penelitian berlangsung, meliputi suhu ruang
C, kelembapan dan intensitas cahaya lux.
3.4.4. Pengukuran pH media
Pengambilan sampel untuk pengukuran pH media diambil sebanyak 2 ml dan diukur dengan alat pH meter, sampling dilakukan bersamaan dengan
pengambilan sampel untuk perhitungan kerapatan sel.
3.4.5. Penghitungan kerapatan sel
Perhitungan jumlah sel dilakukan setiap 24 jam sekali untuk mengetahui kerapatan sel selama penelitian berlangsung. Perhitungan dimulai dari t
hari ke- 0 sampai t
10
hari ke-10. Berdasarkan penelitian pendahuluan Rahmadi 2005 menunjukkan bahwa kultur S. dimorphus dan mikroalga secara umum memiliki
waktu cukup lama untuk memasuki fase kematian sehingga pengamatan tidak dilakukan sampai tercapai fase kematian. Kultur S. dimorphus diambil sebanyak
1 ml secara aseptik dari masing-masing perlakuan. Penghitungan jumlah sel dilakukan dengan menggunakan kamar hitung
Hemocytometer Improved Neubauer.
Perhitungan kerapatan sel S. dimorphus menggunakan kotak besar yang ada pada
Hemocytometer Improved Neubauer. Kerapatan sel dihitung dengan rumus:
k = n x Fp x Lb 2500 Keterangan:
k = kerapatan sel S. dimorphus selml n = jumlah total sel dalam 4 kotak kamar hitung
Fp = faktor pengenceran yang digunakan Lb = Luas bidang pandang
Gambar 7. Skema Hemocytometer Improved Neubauer Perez, 2006
3.4.6. Perhitungan Jumlah koloni
Perhitungan jumlah koloni dilakukan bersamaan dengan perhitungan kerapatan sel. Koloni yang dihitung merupakan kumpulan beberapa sel individu
dewasa.
3.4.7. Pengukuran sel
Pengukuran sel S. dimorphus dilakukan pada saat hari pertama, fase ekseponensial dan stasioner. Sel-sel S. dimorphus yang diukur merupakan sel
indiVIdu yang telah dewasa. Pengukuran sel S. dimorphus dilakukam di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Pengukuran tersebut menggunakan
mikrometer okuler. Bagian sel S. dimorphus yang diukur adalah panjang dan lebar dan dilakukan pada 5 sel untuk setiap perlakuan.
3.4.8. Pengujian penyerapan logam Cr VI dan Cd
Masing-masing sampel pada hari ke-5 dan ke-10 di ambil sebanyak 25 ml selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian
supernatan yang terbentuk diambil dan siap untuk di analisis kandungan logamnya dengam spektrofotometer serapan atom SSA.
Pehitungan konsentrasi logam Cr VI dan Cd terserap menggunakan metode Langmuir dengan persamaan sebagai berikut:
C
terserap
= C
awal
– C
akhir
Persen penurunan logam kromium Cr VI dan kadmium Cd dihitung dengan perumusan:
penurunan = C
awal
– C
akhir
x 100 C
awal
Keterangan: C
terserap
= konentrasi logam terserap mgL C
awal
= konsentrasi logam sebelum pengontakan mgL C
akhir
= konsentrasi logam setelah pengontakan mgl
3.5. Analisis Data
Data yang didapat berupa data persen penyerapan logam, kerapatan sel, jumlah koloni, dan ukuran sel berupa pajang dan lebar. Data tersebut dianalisis
dengan dengan analisis of varians ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan dibantu program SPSS 16.
3.6. Skema Penelitian
Persiapan alat
Pembuatan stok media Pembuatan stok Cr VI Cd
Pembuatan media perlakuan
Inokulasi sel
Inkubasi 10 hari
Pengukuran faktor fisik
Perhitungan kerapatan sel
jumlah koloni selam 11 hari
Pengukuran ukuran sel
panjang lebar hari ke-0,
5 10 Pengujian
penyerapan logam Cr VI
Cd hari ke-5 10
Suhu
pH media
Kelembapan
Intensitas cahaya Analisis data
Gambar 8. Skema penelitian
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efektivitas Penyerapan Logam Cr VI dan Cd oleh S. dimorphus
4.1.1. Efektivitas Penyerapan logam Cr VI
Efektivitas penyerapan logam Cr VI oleh S. dimorphus memiliki perbedaan pada setiap konsentrasi yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata penurunan konsentrasi Cr VI tertinggi pada hari ke-5 sebesar 94,24 dan 77,36 pada hari ke-10 yaitu terdapat pada konsentrasi 0,1 ppm Gambar 9.
Perbedaan ini terkait dengan kemampuan S. dimorphus dalam menyerap logam Cr VI.
Gambar 9. Kemampuan penyerapan logam Cr VI oleh S. dimorpus pada hari ke-5 dan 10
Berdasarkan penelitian Khotimah dkk 2010, proses penyerapan Cr VI
pada konsentrasi rendah memiliki laju penyerapan yang lebih cepat. Tingginya
20 40
60 80
100
0,1 1
2 94,23
31,98 25,72
77,36
29,77 23,94
P en
ye ra
p an
Konsentrasi ppm
hari ke-5 hari ke-10