Inokulum Cahaya Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kultur Mikroalga

Gambar 5. Pola pertumbuhan sel Pumprey,B. 1996

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kultur Mikroalga

2.2.1. Inokulum

Inokulum merupakan sejumlah sel yang aktif membelah yang dimasukkan ke dalam media pertumbuhan Rahmadi, 2009. Jumlah inokulum yang digunakan dalam penelitian mengenai Scenedesmus sp. berbeda-beda tergantung dari tujuannya. Penelitian yang dilakukan Trainor 1993 tentang morfologi Scenedesmus sebspicatus pada medium Bristol menggunakan inokulum sebanyak 10.000 selml, sedangkan Xiaolei Jin, dkk 1996 mengenai toksisitas nikel Ni terhadap Scenedesmus acutus pada medium Chu 10 menggunakan inokulum sebanyak 1.000.000 selml. Hasil penelitian Yoosy 2000 menunjukkan inokulum yang baik untuk Scenedesmus pada medium Beneck adalah 5.000.000 selml Rahmadi, 2009. Cahaya n CO 2 + n H 2 O n CH 2 O + n O 2 Klorofil

2.2.2. Cahaya

Cahaya mempunyai peranan penting dalam proses fotosintesis. Di alam sumber cahaya berasal dari matahari yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme autotrof menjadi energi kimia oleh aktifitas klorofil Afrizi, 2002. Laju fotosintesis dikontrol oleh tiga faktor yang bekerja saling berkaitan. Ketiga faktor tersebut adalah intensitas cahaya, karbondioksida, dan temperatur Spotte, 1979 dalam Afrizi, 2002. Hal dan Rao 1987 menjelaskan keterkaitan ketiga faktor tersebut yang dapat dilihat melalui reaksi fotosintesis. Intensitas cahaya mempuyai korelasi yang sangat kuat dengan proses fotosintesis, tetapi tidak selamanya penambahan intensitas cahaya diikuti oleh peningkatan proses fotosintesis Grahame, 1987. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1.000 lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5.000-10.000 lux untuk volume yang lebih besar Fadilla, 2010. Kisaran intensitas cahaya untuk pertumbuhan Scenedesmus sp. adalah 500-10.000 lux Chrismadha, dkk, 1999. Selain intensitas cahaya, fotoperiodisasi juga berperan dalam pertumbuhan alga. Hal ini terkait dengan lamanya penyinaran, semakin lama waktu penyinaran maka semakin banyak cahaya yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Selain itu, fotoperiodisasi juga berpengaruh terhadap penyerapan nutrien. Penyerapan saat fase terang 10-15 kali lebih besar daripada fase gelap Darley, 1982. Fotoperiodisasi yang digunakan dalam penelitian Scenedesnus sp. bebeda- beda. Trainor 1993 melakukan penelitian mengenai morfologi Scenedesmus subspicatus pada medium Bristol dengan fotoperiodisasi 16 jam terang dan 8 jam gelap, sedangkan Yossy 2000 menggunakan fotoperiodisasi 15 jam terang dan 9 jam gelap untuk penelitian jumlah inokulum Scenedesmus yang ditumbuhkan pada medium Beneck, Afrizi 2002 melalukan penelitian tentang pengaruh warna dan lapisan cahaya merah, biru, hijau dan putih terhadap pertumbuhan Scenedesmus dengan lama penyinaran 24 jam terang. Secara tidak langsung cahaya berpengaruh terhadap tingkat toksisitas yang ditimbulkan oleh kromium. Hal tersebut terjadi karena transport ion logam ke dalam sel berlangsung melalui transport aktif Knauer, dkk, 1997. Proses transport aktif dapat terjadi bila ada energi yang di dapatkan dari proses fotosintesis sel. Cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda, daya serap oleh pigmen yang berbeda dan kemampuan penetrasi yang berbeda pula Afrizi, 2002. Grahame 1987 menyatakan untuk cahaya yang memiliki kemampuan penetrasi ke dalam air yang paling baik adalah warna cahaya biru. Menurut Govindjee dan Braun 1974 dalam Afrizi 2002, alga memiliki beberapa pigmen yang mampu menyerap cahaya. Pigmen-pigmen tersebut adalah 1 Klorofil adalah pigmen yang sangat baik dalam menyerap warna merah dan biru. Pigmen ini terdiri dari klorofil a, b, c, dan d. tetapi untuk ordo Chlorococcales hanya memiliki pigmen klorofil a dan b Afrizi, 2002. 2 Karotenoid adalah pigmen yang mampu menyerapa cahaya warna biru dan hijau dengan baik. 3 Phycobilin adalah pigmen yang mampu menyerapa cahaya warna hijau, kuning dan orange.

2.2.3. Karbondioksida CO