Logam Kromium Cr VI

berkurang tajam, sementara peningkatan biomassa dan fotosintesis masih berlanjut selama periode tertentu Rabinovitch, 1956 dalam Oh-hama dan Miyachi, 1988. Pertumbuhan optimal Scenedesmus sp. dilakukan pada suhu 31 C sampai 32 C, dengan suhu maksimum 34 C sampai 36 C Afrizi, 2002.

2.2.6. Derajat Keasaman pH

Derajat keasaman pH perairan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan senyawa yang bersifat asam. Selama fotosintesis pada siang hari, alga hijau menggunakan CO 2 dari perairan sehingga hal ini mengakibatkan pH perairan meningkat sedangkan pada malam hari fotosintesis tidak berlangsung tetapi respirasi tetap berlangsung sehingga menurunkan pH perairan. menyatakan bahwa hasil panen yang baik dari kultur Scenedesmus adalah pada pH sekitar 7 Afrizi, 2002. Agar mendapatkan hasil yang baik, kultur Scenedesmus sp. dilakukan pada pH antara 7 - 8,5 Isana, 1993.

2.3. Logam Kromium Cr VI

Kromium Cr dalam table periodik merupakan unsur dengan nomor atom 24 dan nomor massa 51,996. Atom tersebut terletak pada periode 4, golongan IVB. Logam kromium berwarna putih, kristal keras dan sangat tahan korosi, melebur pada suhu 1093 C sehingga sering digunakan sebagai lapisan, pelindung atau logam paduan Koesnarpadi, 2007. Di alam logam kromium ditemukan dalam bentuk chromite FeO.Cr 2 O 3 . Logam kromium larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika tidak terkena udara, akan membentuk ion-ion kromium. Cr + 2HCl Cr 2+ + 2Cr + H 2 Logam kromium tidak dapat teroksidasi oleh udara yang lembab dan bahkan pada proses pemanasan cairan, logam kromium teroksidasi dalam jumlah yang sangat sedikit. Logam kromium mudah larut dalam HCl, sulfat, dan perklorat. Sesuai dengan tingkat oksidasinya, logam atau ion kromium yang telah membentuk senyawa, mempunyai sifat-sifat yang berbeda sesuai dengan tingkat oksidasinya. Dalam larutan-larutan air, kromium membentuk tiga jenis ion yaitu: 1. Ion Kromium II atau kromo Cr 2+ Ion kromium II memiliki bilangan oksidasi +2, bersifat agak tidak stabil karena merupakan zat pereduksi yang kuat, bahkan dapat menguraikan air perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfir dengan mudah mengoksidasinya menjadi ion kromium III. Ion ini membentuk larutan yang berwarna biru. Senyawa yang terbentuk darri ion Cr 3+ akan bersifat basa Yefridaa dan Yuniartis, 2009. 2. Ion Kromium III atau kromit Cr 3+ Ion kromium III memiliki bilangan oksidasi +6 dan bersifat stabil. Dalam larutan ion-ion ini berwarna hijau atau lembayung. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr 3+ bersifat amfoter Yefridaa dan Yuniartis, 2009. Kromium Cr III merupakan mikroelemen bagi makhluk hidup, tetapi bersifat toksik dalam dosis tinggi. Kromium Cr III dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr III bisa menyebabkan hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menebabkan infertilisasi Yuliani, 2009 3. Ion Kromium VI atau kromat Cr 6+ Ion kromium VI memiliki bilangan oksidasi +6. Ion-ion kromat berwarna kuning. Sedangkan dikromat berwarna jingga. Senyawa yang terbentuk dari ion kromium VI akan bersifat asam. Ion-ion kromat dan dikromat merupakan zat pengoksidasi yang kuat Yefridaa dan Yuniartis, 2009. Kromium adalah bahan kimia yang persisten, bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan dan akhirnya diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kromium heksavalen Cr VI lebih toksik dibandingkan Cr III, baik paparan akut maupun kronis Yuliani, 2009. Tingkat toksisitas Cr VI sangat tinggi sehingga bersifat racun terhadap semua organisme untuk konsentrasi 0,05 ppm. Cr VI bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia.

2.4. Logam Kadmium Cd