e. Rasio Efisiensi Usaha Rasio ini dgunakan ntuk mengukur kinerja manajemen suatu bank,
menilai apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio keuangan
disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio-rasio yang
digunakan antara lain: leverage multiplier ratio, assets utilazation ratio, dan operating ratio.
4. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank
Indonesia, menetapkan bahwa : a. bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati–hatian,
b. dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara–
cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank,
Universitas Sumatera Utara
c. bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, d. bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberian kesempatan
bagi pemeriksaan buku – buku dan berkas – berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,
e. bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank,
f. bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik, g. bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5. Faktor-faktor Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6 23 DPNP kepada semua bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia tanggal 31 Mei 2004 di Jakarta yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Nomor 610PBI2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS yang terdiri dari :
a. Permodalan Capital
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif permodalan dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut ini :
1 kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM terhadap ketentuan yang berlaku,
2 komposisi permodalan, 3 tren ke depan dan proyeksi KPMM,
4 aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank,
5 kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan laba ditahan,
6 akses kepada sumber permodalan.
b. Kualitas Aktiva Assets
Penilaian faktor kualitas aktiva antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut;
1 aktiva produktif yang diklasifikasikan debandingkan dengan total aktiva produktif,
2 debitur inti di luar pihak terkai dibandingkan dengan total kredit, 3 perkembangan aktiva produktif bermasalah non performing asset
dibandingkan dengan aktiva produktif,
Universitas Sumatera Utara
4 tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP,
5 kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, 6 sistem kaji ulang review internal aktiva produktif,
7 dokumentasi aktiva produktif, 8 kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen Management
Penilaian faktor manajemen antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut;
1 manajemen umum, 2 penerapan sistem manajemen risiko,
3 kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau kepada pihak lainnya.
d. Rentabilitas Earnings
Penilaian faktor rentabilitas antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut;
1 pengembalian atas aktiva Return on Asset, 2 pengembalian atas ekuitas Return on Equity,
3 margin bunga bersih Net Interest Margin, 4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO,
5 pertumbuhan laba operasional, 6 komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan,
Universitas Sumatera Utara
7 penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya,prospek laba operasional.
e. Likuiditas Liquidity
Penilaian faktor likuiditas antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut;
1 aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan,
2 rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga loan to deposit ratio, 3 proyeksi arus kas 3 bulan mendatang,
4 ketergantungan pada dana antar-bank dan deposan inti, 5 kebijakan dan pengelolaan likuiditas,
6 kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya,
7 stabilitas dana pihak ketiga DPK.
f. Sensitifitas terhadap Risiko Pasar Sensitivity to market risk
Penilaian faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut;
1 modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat
fluktuasi suku bunga, 2 modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai
tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar,
Universitas Sumatera Utara
3 kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.
6. Rasio-rasio CAMELS
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor 623DPMP tanggal 31 Mei 2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kuantitatif dan
atau kualitatif terhadap faktor-faktor CAMELS, berarti selain melakukan penilaian secara kualitatif, Bank Indonesia juga menetapkan penilaian secara
kuantitatif. Dalam penilaian kuantitatif tersebut, Bank Indonesia menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor CAMELS, dimana
perhitungan atas faktor-faktor CAMELS tersebut yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
a. permodalan Capital Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi. Dalam faktor permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang
dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio
CAR, yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari
total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR Kasmir, 2008 yang dapat
dirumuskan dengan :
CAR = x 100 M o d a l
ATMR
Universitas Sumatera Utara
Ket: Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap
ATMR = ATMR kredit + ATMR risiko pasar Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing
aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aktiva
yang paling berisiko diberi bobot 100. Dengan demikian ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup Susilo, 2000:28. Menurut standar internasional, yaitu Banking for International Settlement BIS yang
berpusat di Geneva minimum bobot Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 8 dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan
perkembangan perbankan yang terjadi. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum
sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp 100 Milyar pada akhir tahun 2010.
b. kualitas aktiva Assets Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis -
jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan terhadap aktifa produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif PPAP terhadap aktiva
produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang
Universitas Sumatera Utara
telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. Dalam hal ini Bank juga wajib memperhatikan kemampuan membayar dari debitur,
sebagai antisipasi Bank atas potensi kerugian dari kredit bermasalah, dengan menggunakan rasio Non Performing Loan NPL. Rasio-rasio ini
dapat dihitung dengan rumus :
NPL = x 100
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin
tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan
mengalami penurunan.
c. manajemen Management Penilaian terhadap faktor manajemen sulit diukur dengan penilaian
secara kuantitatif. Baik buruknya manajemen dalam suatu bank dapat dinilai secara kualitatif berdasarkan aturan-aturan manajemen yang telah
ditetapkan. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari
karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini, yang dinilai adalah manajemen umum dan manajemen risiko.
Untuk menilai kesehatan bank dari faktor manajemen biasanya dilakukan
Kredit non lancar Total Kredit
Universitas Sumatera Utara
melalui koesioner bagi pihak bank, namun pengukuran tersebut sulit dilakukan karena faktor ini terkait dengan unsur kerahasiaan bank.
d. rentabilitas Earnings Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentailitas yang terus
meningkat di atas standar yang telah ditetapkan Kasmir, 2008:41. Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan juga untuk mangukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.6 23 DPNP kepada semua bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia, rasio keuanagan yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah
Return on Asset ROA, Return on Equity ROE, Net Interest Margin NIM dan Operating Ratio OR dengan membandingkan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO. Return On Asset ROA dan Return On Equity ROE keduanya
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total asetnya untuk ROA dan
total modal sendirinya untuk ROE. Semakin tinggi ROA, semakin baik produktivitas modal sendiri dalam meraih laba dan semakin besar ROE,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Kenaikan dalam ROE berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan dan kenaikan nilai ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham.
Perhitungan atas ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba sebelum pajak ROA = x 100
Rata-rata total aset
Laba setelah pajak ROE = x 100
Rata-rata total modal
Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang ketat terhadap rasio ini. Sepanjang suatu bank tidak mengalami kerugian atau
tidak ada tanda-tanda atau kecenderungan untuk mengalami kerugian di masa yang akan datang.
Net Income Margin NIM adalah pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan laba atas kredit yang disalurkan Chatrin, 2008.
Perhitungan atas rasio NIM, dapat dirumuskan sebagai berikut :
NIM = x 100
Operating Ratio OR yang membandingkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, digunakan untuk mengukur efisiensi
dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Dendawijaya, 2005:119.
Perhitungan atas rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut :
BOPO = x 100 Beban Operasional
Pendapatan Operasional Pendapatan bunga bersih
Rata – rata aktiva produktif
Universitas Sumatera Utara
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar. e. likuiditas Liquidity
Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan
dengan simpanan masyarakat simpanan, tabungan, giro dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Untuk
mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio leuangan Loan to Deposit Ratio LDR.
Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR = x 100
LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh
bank dengan dana yang diterima oleh bank. Alasan memilih variabel ini adalah dengan pertimbangan bahwa semakin besar jumlah kredit yang
diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, namun dilain pihak semakin besar jumlah kredit yang
diberikan diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula. Hal
Kredit Dana pihak ketiga
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil keputusan investasinya sehingga secara bersamaan akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran saham di pasar modal yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham yang akhirnya berdanpak pada pertumbuhan
tingkat retun saham bank .
Tidak ada angka pasti dalam untuk menentukan besarnya rasio yang menggambarkan tingkat likuiditas bank. Tetapi dari
besarnya rasio yang diperoleh dapat diketahui seberapa besar pinjaman yang dibiayai oleh dana masyarakat oleh bank yang bersangkutan
Santoso, 1995:104.
7. Pertumbuhan Laba