BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, tingkat kebutuhan masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi
masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika, bank sudah dijadikan sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebagai wadah
untuk menyimpan ataupun memanfaatkan dana yang mereka miliki sebagai dasar investasi. Sedangkan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia,
pemahaman akan kebutuhan serta fungsi bank dalam kehidupan belum begitu menyeluruh. Sebagian masyarakat hanya memahami bahwa fungsi bank hanyalah
untuk menyimpan dan meminjam uang. Pastinya setiap orang lebih memilih menyimpan dana yang mereka miliki pada perusahaan perbankan yang dianggap
dapat bertahan di tengah gejolak perekonomian yang kurang stabil, oleh sebab itu masyarakat tentunya membutuhkan informasi-informasi mengenai kondisi kinerja
keuangan perbankan yang ada. Sejak krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yangmana puncaknya terjadi pada awal tahun 1998 telah menghancurkan
sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan. Krisis moneter yang terus menerus ini mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
keuangan perbankan yang ada. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2008,
Universitas Sumatera Utara
dimana terjadi kredit macet besar-besaran di Amerika Serikat, hal yang turut mempengaruhi sendi-sendi perekonomian di Indonesia. Banyak bank di Amerika
Serikat yang memberikan kredit kepada masyarakat seperti kredit untuk real estate atau properti dengan tidak terlalu memperhitungkan kemampuan
masyarakat untuk membayar kembali pinjamannya, hal tersebut menyebabkan tingginya kredit macet yang dialami bank-bank umum di Amerika Serikat,
sehingga pertumbuhan labanya sangat kecil, bahkan negatif dan hal ini sangat mempengaruhi kondisi ekonomi dunia pada saat itu.
Sektor perbankan pada saat ini sudah mulai mengalami perkembangan yang cukup signifikan, dalam proses perkembangan tersebut perbankan selalu berusaha
untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Untuk menilai kinerja keuangan perbankan dapat dilihat dengan sehat atau tidaknya suatu bank, yangmana pada
umumnya untuk menilai hal-hal tersebut digunakan lima aspek penilian yaitu CAMEL Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 610PBI2004 tanggal 12 April 2004. Model CAMELS ini mengukur tingkat kesehatan kinerja dari suatu bank, sehingga Bank
Indonesia dapat menilai mana bank yang sehat dan yang tidak sehat agar Bank Indonesia dapat dengan segera melakukan suatu tindakan untuk mencegah
terjadinya risiko dari bank yang dinilai mengalami kesulitan yang dapa membahayakan kelangsungan usahanya dan atau sistem perbankan
nasional. Rasio yang dinilai dalam aspek capital meliputi Capital Adequacy Ratio CAR, aspek asset meliputi Non Performing Loan NPL, aspek earning meliputi
Return On Asset ROA, Return On Equity ROE, Net Interest Margin NIM,
Universitas Sumatera Utara
BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional, dan aspek Liquidity meliputi Loan to Deposit Ratio LDR. Ada beberapa rasio lagi yang terdapat
dalam CAMEL yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia, namum dalam penelitian ini penulis hanya menghitung rasio-rasio tersebut.
Kinerja keuangan perbankan tahun 2000 boleh jadi merupakan kinerja terbaik setelah krisis perbankan,
dilihat dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan.
Banyak perusahaan perbankan yang semula terpuruk dalam tahun 2000 dikarenakan krisis
global telah menunjukkan perbaikan, yang ditandai dengan perbaikan pada non performing loans NPL, capital adequeacy ratio CAR, dan Net interest margin
NIM. Adapun penelitian serupa dilakukan oleh Rikky 2009. Rikky 2009
menggunakan sampel dari perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari 2004 sampai 2008, dengan menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio LDR dan
Capital Adequacy Ratio CAR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Loan to Deposit Ratio LDR dan Capital
Adequacy Ratio CAR terhadapr pertumbuhan laba. Penelitian ini juga pernah dilakukan Wahyu 2006 menggunakan sampel dari seluruh bank go public di
BEJ periode 2001-2005, dengan menggunkana rasio Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loans NPL, Loan to Deposit Ratio LDR, Giro Wajib
Minimum GWM, Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, dan Net Interest Margin NIM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial LDR
dan GWM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan variabel CAR, NPL, BOPO, dan NIM mempunyai
Universitas Sumatera Utara
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan dan secara simultan variabel CAR, NPL, LDR, GWM, BOPO, dan NIM mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti an terdahulu adalah tahun yang diamati adalah tahun
2004 sampai dengan tahun 2008, hal itu juga mengingat bahwa pada 2008 telah terjadi krisis global, sehingga peneliti ingin melihat bagaimana kinerja perusahaan
perbankan selama periode tersebut dilihat dari rasio CAMEL. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
pada perbankan yang ada di Indonesia. Dengan demikian penulis akan melakukan
penelitian yang berjudul “PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA BEI”.
B. Batasan Masalah