Mitos dan Agama Pandangan Sosioligis Mengenai Mitos 1. Defenisi Umum Mitos

3. Mitos dan Agama

Meskipun agama sangat menghargai akal kritis, tetapi tiap agama memiliki mitos yang menjadi sumber penggerak dan acuan ritual bagi pemeluknya guna melakukan sakralisasi dan membangun makna atas tindakan yang bersifat profan. mitos merupakan keyakinan yang tidak bisa diterangkan dengan akal sehingga kebenarannya sulit dibuktikan secara ilmiah atau empiris, namun pengaruhnya amat kuat dalam menggerakan perilaku orang yang mempercayainya. 42 Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk percaya kepada Tuhan dan menyembah-Nya, dan disebabkan berbagai latar belakang masing-masing manusia berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan dari satu masa ke masa yang lain, maka agama menjadi berbeda-beda meskipun pangkal tolaknya sama, yaitu naluri untuk percaya kepada wujud Maha Tinggi tersebut. Keanekaragaman agama itu lebih nyata akibat usaha manusia sendiri untuk membuat agamanya lebih berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengaitkannya kepada gejala-gejala yang secara nyata ada disekitarnya. Maka tumbuhlah legenda- legenda dan mitos-mitos, yang kesemuanya itu merupakan pranata penunjang kepercayaan alami manusia kepada Tuhan dan fungsionalisasi kepercayaan itu dalam masyarakat. 43 Mitos, dalam kaitannya dengan agama, menjadi penting karena bukan semata-mata memuat kejadian-kejadian ajaib atau peristiwa-peristiwa mahluk adikodrati, melainkan mitos tersebut memiliki fungsi eksistensial bagi manusia, 42 Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”. 43 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang Kemanusiaan dan Kemoderenan. . hal. xxi. yaitu memberikan dasar peristiwa awali mengenai masa lampau yang jaya untuk diulangi lagi dimasa kini. Mitos merupakan kisah yang diceritakan untuk menetapkan kepercayaan tertentu. Berperan sebagai peristiwa permulaan dalam suatu upacara atau ritus, atau sebagai model tetap dari perilaku moral maupun religius. Karena mitologi atau tradisi suci dari suatu masyarakat adalah kumpulan cerita yang terjalin dalam kebudayaan mereka, yang menyuarakan keyakinan mereka, menentukan ritus mereka, yang berlaku sebagai peta peraturan sosial maupun sebagai model tetap dari tingkah laku moral mereka. Setiap mitos tentu saja memiliki isi literer karena selalu berbentuk narasi. Akan tetapi, narasi ini bukan sekedar dongeng yang menghibur ataupun pernyataan yang diberikan penganut agama. Mitos adalah cerita sejati mengenai kejadian-kejadian yang bisa dirasa telah turut membentuk dunia dan hakikat tindakan moral, serta menentukan hubungan ritual antara manusia dengan penciptanya, atau dengan kuasa-kuasa yang ada. 44 Mitos merupakan bentuk pengungkapan intelektual yang primordial dari berbagai sikap dan kepercayaan keagamaan. Mitos memang telah dianggap sebagai filsafat “primitif”, bentuk pengungkapan pemikiran yang paling sederhana, serangkaian usaha untuk memahami dunia, untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir dan hakikat, dewa-dewa dan ibadah”. Tetapi mitos juga merupakan jenis pernyataan manusia yang kompleks. Merupakan 44 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, hal.149-150. pernyataan manusia yang dramatis, 45 bukan hanya sebagai pernyataan yang rasional. 46 Banyak perdebatan yang mewarnai makna mitos, namun yang pasti pemikiran mitologis tidak pernah lenyap dari lingkungan umat beragama. Banyak dorongan yang membuat mitologi bertahan. Antara lain dorongan psikologis, teologis, dan kepengapan politis sehingga mereka ingin keluar memasuki dunia lain beyond yang aman bersama Tuhan. Pandangan kaum modern menganggap perilaku seperti itu aneh dan primitif, sementara bagi mereka yang meyakininya memandang masyarakat modern penuh kebodohan dan kesesatan. Dan biasanya pemikiran mitologis ini menguat saat kehidupan sosial tengah mengalami krisis sehingga tak ada lagi ruang yang ramah dan menentramkan. 47

C. Masyarakat Muslim Modern