Masyarakat Muslim Modern KAJIAN TEORI

pernyataan manusia yang dramatis, 45 bukan hanya sebagai pernyataan yang rasional. 46 Banyak perdebatan yang mewarnai makna mitos, namun yang pasti pemikiran mitologis tidak pernah lenyap dari lingkungan umat beragama. Banyak dorongan yang membuat mitologi bertahan. Antara lain dorongan psikologis, teologis, dan kepengapan politis sehingga mereka ingin keluar memasuki dunia lain beyond yang aman bersama Tuhan. Pandangan kaum modern menganggap perilaku seperti itu aneh dan primitif, sementara bagi mereka yang meyakininya memandang masyarakat modern penuh kebodohan dan kesesatan. Dan biasanya pemikiran mitologis ini menguat saat kehidupan sosial tengah mengalami krisis sehingga tak ada lagi ruang yang ramah dan menentramkan. 47

C. Masyarakat Muslim Modern

Modernisasi adalah perubahan nilai-nilai, perubahan cita-cita dan orientasi. Jadi masyarakat yang modern, adalah masyarakat yang bisa mengembangkan rasionalitas dan cara-cara berpikir yang baru dan masuknya cara-cara itu kedalam setiap bidang kegiatan masyarakat. Modernisasi tentu saja suatu perubahan yang dinamis, tetapi implikasinya tidak hanya mencangkup lunturnya tradisionalisme, tak hanya ketakutan akan perubahan, tetapi juga meliputi usaha mewujudkan perubahan-perubahan. 48 45 Disebut sebagai pernyataan yang dramatis sebab melibatkan pikiran dan perasaan, sikap dan sentiment. 46 Thomas. F.O.Dea, Sosiologi Agama: Suatu PengantarAwal, hal. 79. 47 Komaruddin Hidayat, “Mitologi dan Radikalisme Agama”. 48 H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Jakarta : Rajawali, 1987, hal.231 Maka menjadi masyarakat modern juga berarti, masyarakat menyadari bahwa sejarah itu bergerak kearah tujuan tertentu. Jadi kesanggupan orang atau masyarakat untuk mengarahkan jalannya sejarah itulah artinya modern. Untuk menjadi modern tidak berarti bahwa orang harus hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi berarti bahwa orang atau masyarakat harus hidup dalam lingkungan yang dengan sengaja dipilih dan dibinanya dengan penuh kesadaran; dan hal itu dimungkinkan dengan adanya teknologi. Dengan itu maka modernitas tak terletak pada apa yang dipilih orang, tetapi pada kenyataan bahwa ia sanggup memilih, karena ia dapat mempergunakan segala kemungkinan yang terbuka baginya. 49 Cak Nur, berpendapat bahwa modernisasi adalah suatu keharusan, malahan kewajiban yang mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurutnya masyarakat Muslim modern berarti berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah hukum Ilahi yang haq sebab, alam adalah haq. Sunatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam itu perintah Allah. 50 Lebih lanjut Cak Nur mengatakan, bahwa masyarakat Muslim modern, adalah sebagai masyarakat rasional yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral, dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Perombakan pola berpikir dan tata kerja baru yang tidak berdasarkan akliah non-rasional, digantikan dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang akliah rasional, harus 49 H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, hal.231. 50 Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung : Mizan, 1998, hal. 172-173. dikedepankan dengan melakukan penemuan-penemuan mutakhir di bidang ilmu pengetahuan dan sains teknologi. 51 Modernisasi menyebabkan pola pikir masyarakat berubah yang pada akhirnya berakibat pada perilaku agama masyarakat. Ritus-ritus yang selau rutin dilaksanakan, baik yang wajib maupun sunah sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarakat berubah mengikuti kebutuhan dunia modern. Ritual yang berkaitan dengan animisme, dinamisme ataupun hal-hal yang bersifat sinkretis semakin luntur, bahkan hilang dalam tradisi masyarakat modern. Karena yang dibutuhkan masyarakat modern adalah ritual yang dapat diterima oleh logika. Menurut Niel J. Smelser, konsep “masyarakat modern” adalah konsep yang hampir sama dengan konsep “pembangunan ekonomi”, tetapi lebih luas jangkauannya – menunjukkan bahwa perubahan-perubahan tehnik, ekonomi dan ekologi berlangsung dalam keseluruhan jaringan sosial dan kebudayaan yang ada dimasyarakat. Dalam suatu Negara atau masyarakat yang baru menuju proses modernisasi, akan timbul perubahan-perubahan besar yang mencangkup sebagai berikut : 1. Dalam bidang politik. Sewaktu-waktu sistem kewibawaan suku dan desa yang sederhana, digantikan dengan sistem-sistem pemilihan umum, kepartaian, perwakilan dan birokrasi pegawai negeri . 2. Dalam bidang pendidikan. Masyarakat berusaha mengurangi kebutahurufan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang membawa hasil ekonomi. 51 Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, hal. 84. 3. Dalam bidang religi, sewaktu-waktu sistem-sistem kepercayaan sekuler mulai menggantikan agama-agama tradisionalistis. 4. Dalam lingkungan keluarga. Unit-unit hubungan kekeluargaan yang meluas akan hilang. 5. Dalam lingkungan stratifikasi. Mobilitas geografis dan sosial cendrung untuk merenggangkan sistem-sistem hirarki yang sudah pasti dan turun-menurun. 52 Di sisi lain, adapula sosiolog yang berpendapat modernitas dan tradisi dianggap saling meniadakan Muttually Exclusive. Dalam masyarakat tradisional pasti terdapat unsur-unsur modern dan begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa hal, modernisasi dapat memperkuat unsur-unsur tradisi dan budaya tradisional. Transportasi, komunikasi, radio dan televisi misalnya, dapat memperkuat unsur- unsur tradisi dan memperluas jangkauan budaya tradisional dalam masyarakat. Sebagai contoh, dalam masyarakat Jepang ada istilah Religi Tokugawa pada salah satu pemerintahan, dimana pada masa itu religi dan struktur masyarakat Jepang telah menyediakan landasan bagi keberhasilan modernisasi. 53

D. Mitos Haji