Penyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah No. 105

45 16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. 17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. 18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh: a persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipeuhi; b tidak terdapat kondisi di luar kemampuan force majeur yang lazim danatau yang telah ditentukan dalam akad; atau c hasil keputusan dari institusi yang berwenang 19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. Penghasilan Usaha 20. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. 46 21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara: a investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan b pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. 22. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. 23. Kerugian akibat kelalaian atas kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. 24. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. Akuntansi untuk Pengelola Dana 25. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercantumnya. 26. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada paragraf 12-13 47 27. Pengelola dana kengakui pendapatan atas pengeluaran dana syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana. 28. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prinsip, yaitu bagi laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf 11. 29. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. 30. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja profit, tidak termasuk kerugiannya loss. Sehingga selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal maka yang menanggung kerugiannya adalah pemilik dana. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. 48 Adapun perlakuan akuntansi mudharabah PSAK Syariah No. 105 dalam buku Sri Nurhayati dan Washilah “Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2” adalah sebagai berikut 13 : 1. Akuntansi untuk Pemilik Dana 1 Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pegelola dana. 2 Pengukuran investasi mudharabah: a investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan; b investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat akad. Ada dua 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur aset nonkas Siswantoro, 2003.  Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan. 13 Sri Nurhayati dan Washilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2, Jakarta, Salemba Empat, 2009, h.120-125 49  Penggunaan nilai yang disetujui agreed value oleh pihak yang melakukan investasi kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi konsep representational fathfulness dalam pelaporan. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. Jurnal pada saat penyerahan kas: Db. Investasi Mudharabah xxx Kr. Kas xxx Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan. Kemungkinannya ada 2:  Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas: Db. Investasi Mudharabah xxx Kr. Keutungan Tangguhan xxx Kr. Aset Nonkas xxx Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan: Db. Keuntungan Tangguhan xxx Kr. Keuntungan xxx 50  Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas: Db. Investasi Mudharabah xxx Db. Kerugian Penurunan Nilai xxx Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx 3 Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas: a Penurunan nilai sebelum usaha dimulai Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. Jurnal: Db. Kerugian Investasi Mudharabah xxx Kr. Investasi Mudharabah xxx b Penurunan nilai setelah usaha dimulai Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian hasil usaha. 51 Jurnal: Db. Kerugian Investasi Mudharabah xxx Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx Db. Kas xxx Db. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx 4 Kerugian Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Jurnal: Db. Kerugian Investasi Mudharabah xxx Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx Catatan: Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal mudharabah. 52 5 Hasil usaha Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. Jurnal: Db. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil Jurnal: Db. Kas xxx Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx 6 Akad mudharabah berakhir Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Jurnal: Db. KasPiutangAset Nonkas xxx Db. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx Kr. Investasi Mudharabah xxx Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx 53 ATAU Db. KasPiutangAset Nonkas xxx Db. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx Db. Kerugian Investasi Mudharabah xxx Kr. Investasi Mudharabah xxx 7 Penyajian Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian jika ada. 8 Pengungkapan Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada: a Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain; b Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; c Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; d Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 54 2. Akuntansi untuk Pengelola Dana 1 Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. 2 Pengukuran dana syirkah temporer Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Jurnal: Db. KasAset nonkas xxx Kr. Dana Syirkah Temporer xxx 3 Penyaluran kembali dana syirkah temporer Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset investasi mudharabah. Sama seperti akuntansi pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi bagian hak pemilik dana. Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan hasil dari penyaluran kembali dana syirkah temporer: Db. KasPiutang xxx Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx 55 Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil usaha yang menjadi porsi hak pemilik dana. Jurnal: Db. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx Kr. Utang Bagi Hasil Usaha Mudharabah xxx Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil: Db. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx Kr. Kas xxx 4 Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional yaitu: Saat mencatat pendapatan: Db. KasPiutang xxx Kr. Pendapatan xxx Saat mencatat beban: Db. Beban xxx Kr. KasUtang xxx 56 Jurnal penutup yang dibuat akhir periode apabila diperoleh keuntungan: Db. Pendapatan xxx Kr. Beban xxx Kr. Pendapatan yang Belum dibagikan xxx Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana: Db. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil usaha: Db. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx Kr. Kas xxx Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian: Db. Pendapatan xxx Db. Penyisihan Kerugian xxx Kr. Beban xxx 5 Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. Jurnal: Db. Beban xxx Kr. Utang Lain-lainKas xxx 57 6 Di akhir akad Jurnal: Db. Dana Syirkah Temporer xxx Kr. KasAset Nonkas xxx Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya Jurnal: Db. Dana Syirkah Temporer xxx Kr. KasAset Nonkas xxx Kr. Penyisihan Kerugian xxx 7 Penyajian Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: a dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian jika ada b bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada peilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban. 8 Pengungkapan Pengelola dana menungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: 58 a Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain; b Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya; c Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayyadah. d Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 59

BAB III GAMBARAN UMUM BPRS AL BAROKAH

A. Sejarah singkat dan Perkembangan BPRS Al Barokah

Sejarah berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia sebagai salah satu bentuk Bank Perkreditan Rakyat BPR yang tidak bisa dilepas dari sejarah Bank Perkreditan Rakyat BPR pada masa-masa sebelumnya. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS status hukumnya disahkan dalam Paket Kebijakkan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui PAKTO Paket tanggal 27 Oktober 1998, pada hakikatnya merupakan model baru dari Lumbung Desa dan Bank Desa dengan beraneka ragam namanya khususnya di pulau Jawa sejak akhir tahun 1890-an hingga tahun 1967. Sejak dikeluarkan Undang-Undang tentang Perbankan, status hukumnya menjadi lembaga keuangan bank dengan upaya-upaya pembenahan terhadap badan-badan desa. Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan berusaha Muamalah sesuai hukum Syariah Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka restukturisasi perekonomian di Indonesia yang dituangkan kedalam berbagai kebijakkan keuangan dan moneter Perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi peluang terhadap kebijakan yang 60 membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga, yang kemudian dikenal dengan Bank tanpa Bunga. PT. BPR Syariah Al-Barokah yang berkedudukan Jalan Proklamasi Blok A No. 9 Depok, didirikan dengan Akta Nomor 56 Notaris Harun Kamil SH tanggal 12 Juni 1995, Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan surat keputusan: Nomor KEP- 046KM.171996, tertanggal 6 Februari 1996 dan mulai melaksanakan kegiatan dan beroperasi pada tanggal 11 Maret 1996 Ide konkrit pendirian PT. BPR Syariah Al-Barokah berawal dari sebuah kegiatan pengajian yang diikuti oleh para pensiunan Karyawan PT. Stanvac Indonesia, yang masih aktif bekerja di PT. Exspan Sumatera, PT. Exspan Nusantara, dan PT. Exspan Petrogas Intranusa yang merupakan bagian dari PT. Medco Energi, yakni perusahaan yang mengelola minyak dan gas bumi. Para pensiunan karyawan PT. Stanvac Indonesia ini akhirnya menghasilkan ide dan kesepakatan untuk mendirikan sebuah Bank Perkreditan Rakyat yang mempunyai sistem operasional berdasarkan syariah Islam yaitu dengan menggunakan sistem bagi hasil Mudharabah, usaha berserikat Musyarakah, dan jual beli Murabahah. 1 Pada saat penandatanganan Akta Pendirian PT. BPR Syariah Al-Barokah terdapat 25 dua puluh lima orang sebagai pemegang saham yang mendukung 1 PT. BPRS Al-Barokah, Profil Perusahaan PT.BPRS Al-Barokah, Jakarta: PT. BPRS Al-Barokah, 1996 61 penuh pendirian bank tersebut. Dengan Modal Dasar sebesar Rp 200.000.000,- dua ratus juta rupiah yang disetor tunai kepada Bank Indonesia sebesar Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah sebagai Deposito. Kemudian setelah memenuhi syarat yang ditentukan Undang-Undang, maka Bank Indonesia mengizinkan PT. BPR Syariah Al-Barokah beroperasi dan pada tanggal 11 Maret 1996 secara resmi PT. BPR Syariah Al Barokah melaksanakan kegiatannya. Dengan perkembangan yang terus maju maka PT. BPR Syariah Al- Barokah sejak tahun 2005 telah merubah Modal Dasar menjadi Rp 2.000.000.000,- dua miliar rupiah dengan Modal Disetor sebesar Rp 1.000.000.000,- satu miliar rupiah. 2 PT. BPR Syariah Al-Barokah adalah Bank yang aktivitasnya dan sistem operasionalnya berdasarkan prinsip syariah Islam, antara lain menghimpun dan menyalurkan dana berdasarkan prinsip jual beli Murabahah, bagi hasil Mudharabah, berserikat Musyarakah, dan kerja sama dalam bidang keuangan dan perbankan yang berpedoman kepada ketentuan syariah hukum Islam. 2 Ibid.