Pembiayaan Mudharabah PEMBIAYAAH DAN AKUNTANSI SYARIAH
31
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam
akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana
tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek uang yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-
saran dan melakukan pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagian atau
bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang menanggung kerugian keuanngan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana
sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi akibat kesengajaan, kelalaian atau
pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana. Hal ini sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung risiko dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana menanggung kerugian finansial
dan pengelola dana akan memiliki risiko nonfinansial. Sesuai dengan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ali ra:
“Pungutan itu tergantung pada kekayaan, sedangkan laba tergantung pada apa yang mereka sepakati bersama.”
32
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta
kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang iwad yang diperbolehkan syariah. Keuntungan yang dibagikan pun tidak boleh menggunakan nilai proyeksi
predictive value akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodik disusun oleh pengelola
dana dan diserahkan pada pemilik dana. Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal,
namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan
tersebut hanya dapat dicairkan ketika pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran terhadap hal-hal
yang telah disepakati bersama dalam akad. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK, mudharabah
diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu: 1.
Mudharabah Mutlaqah Adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
33
2. Mudharabah Muqayyadah
Adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikn batasan kepada pengelola antara lain mengenai lokasi, cara dan atau objek investasi atau
sektor usaha. Mudharabah jenis ini disebut juga dengan investasi terikat. 3.
Mudharabah Musytarakah Adalah mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerja sama investasi. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah musytarakah yang merupaka perpaduan akad mudharabah dan
akad musytarakah.
Adapun landasan pembiayaan mudharabah menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07DSN-MUIIV2000 tentang pembiayaan mudharabah
adalah : 1.
Firman Allah QS. An Nisa‟ ayat 29:
ْ ْ ضا ْ ع اج ْ ْ ا ا ْاب ْ ْب ْ ا ْ اْ كْ ا اْ آ ْ ا ا ...
“Hai orang yang beriman Janganlah kalian saling memakan mengambil harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”.
34
2. Firman Allah QS. Al Ma’idah ayat 1:
دْ قعْاب اْ فْ اْ آ ْ ا ا ا ذ
“Hai orang yang beriman Penuhilah akad-akad itu….” 3.
Firman Allah QS. Al Baqarah ayat 283:
.. ب ها ق ْ ، ا ْ ا ا د ْف ا ْعب ْ
ْعب ْ ف ...
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya…”. 4.
Hadis Nabi Riwayat Thabrani:
ا ْ حاص ع ْشا ب ا ا ْا عفد ا ب ْا ْع ْب ا عْا ا س اك
ك عف ْ ف ، ْ ك ا باد ب ْش ا ،ا دا ب ْ ا ،ا ْحب ب ك ْس
اج ف س آ ْ ع ها ص ها ْ س ْ ش غ ف ، ض ف ا
ا ا ا ع با ع س أا
.
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia mudharib harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” HR. Thabrani dari Ibnu Abbas.
35
5.
Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:
س آ ْ ع ها ص ا اق
: ك ْا ْف اث
: ، ج عْ ْا
عْ ْ ا ْ ْ ْعش اب ْا ْخ ، ض اق ْا ب ص ع جا با ا
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan jewawut
untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” HR. Ibnu Majah dari Shuhaib.
6. Hadis Nabi Riwayat Tirmizi dari „Amr bin „Auf:
ع ْس ْا ا ا ح ح ْ ااح ح احْص ا
ْس ْا ْب ئاج حّْ ا ا ا ح ح ْ ااح ح ا ْ ش ا ْ
ش .
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Sebelum melakukan akad mudharabah, terlebih dulu harus memenuhi rukun dan beberapa ketentuan syariah akad mudharabah, antara lain:
Rukun mudharabah: a.
Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana. b.
Objek Mudharabah, berupa: modal dan kerja c.
Ijab Kabulserah terima d.
Nisbah keuntungan
36
Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut: 1.
Pelaku a.
Pelaku harus cakap hukum dan baligh b.
Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim c.
Pemilik dana tidak boleh ikut cambur dalam pengelolaan usa tetapi boleh mengawasi.
2. Objek Mudharabah
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dilakukannya akad mudharabah.
Modal
a. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset senilai dinilai
sebesar nilai wajar, harus jelas jumlah dan jenisnya. b.
Modal harus tunai dan tidak hutang. Tanpa adanya setora modal berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa pun padahal
pengelola dana harus bekerja. c.
Modal harus diketahui dengan jumlah yang jelas sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
d. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap tejadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
37
e. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal
kepada orang lain dan apabila terjadi maka ianggap terjadi pelanggaran keuali atas seizin pemilik dana.
f. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tdak dilarang secara syariah.
Kerja
a. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, managment skill dan lain-lain. b.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diinvestasikan oleh pemilik dana.
c. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
d. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
bentuk kontrak. e.
Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima
modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalanupah.
38
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridharela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern. 4.
Nisbah Keuntungan a.
Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang
bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik modal mendapat
imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak utuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sana
dengan memeberitahukan pihak lainnya. Namun akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut Sabiq, 2008:
1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah
berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
39
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus bersikap hati-hatidengan beritikad baik.
5. Modal sudah tidak ada.