Pengertian BPRS PEMBIAYAAH DAN AKUNTANSI SYARIAH
17
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional dan Unis Usaha
Syariah 5.
Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
Dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dilarang untuk :
1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
3. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
4. Melakukan penyertaan modal.
5. Melakukan usaha perasuransian.
6. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha BPRS yang telah dijelaskan
sebelumnya. Dengan karakter yang dimiliki BPRS sebagai bank yang tidak sepenuhnya
sama dengan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, maka dibuatlah ketentuan- ketentuan khusus dalam memperjelas mengenai hal-hal yang bersangkutan
dengan masalah internal di dalamnya. Seperti diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 1123PBI2009 - Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
18
Latar belakang diterbitkannya PBI ini adalah untuk memberkan landasan hukum yang lebih jelas mengenai persyaratan dan tata cara pendirian Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS termasuk pengaturan kepemilikan dan permodalan, kepengurusan, perluasan jaringan serta kegiatan usaha BPRS.
Keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha
menengah, kecil dan mikro baik di pedesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum.
PBI ini dikeluarkan sebagai penyesuaian atas 2 PBI berikut sekaligus mencabut PBI dimaksud pada tanggal berlakunya PBI ini, yaitu
3
: 1.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, dan
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 825PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah. 3.
BPRS hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha setelah memperoleh izin Bank Indonesia, berupa:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian BPRS.
3
Ringkasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1123PBI2009 - Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
19
b. Izin usaha, yaitu izin untuk melakukan kegiatan ushaa BPRS setelah
persiapan sebagaimana dalam huruf a selesai dilakukan. 4.
Bentuk badan hukum BPRS adalah Perseroan Terbatas dengan modal disetor BPRS paling kurang sebesar :
a. Rp. 2.000.000.000 dua miliar rupiah untuk BPRS yang didirikan di
wilayah DKI Jakarta dan KabupatenKota Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
b. Rp. 1.000.000.000 satu miliar rupiah untuk BPRS yang didirikan di
wilayah ibukota propinsi di luar wilayah tersebut di atas. c.
Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah untuk BPRS yang didirikan di wilayah tersebut pada huruf a dan huruf b di atas. Mengingat kondisi
dan perkembangan perekonomian daerah yang berbeda-beda, maka Bank Indonesia dapat meminta calon pemilik BPRS untuk menyediakan modal
disetor di atas jumlah minimum yang dipersyaratkan. 5.
BPRS dilarang didirikan danatau dimiliki oleh pihak bukan Warga Negara atau bukan badan hukum Indonesia.
6. BPRS yang telah mendapat izin usaha dari Bank Indonesia wajib
mencantumkan secara jelas frase ”Bank Pembiayaan Rakyat Syariah” atau ”BPR Syariah” atau ”BPRS” pada penulisan namanya dan logi iB pada kantor
BPRS yang bersangkutan.
20
7. BPRS wajib memiliki Pemegang Saham Pengendali PSP. Dalam hal BPRS
tidak memiliki PSP, maka salah satu pemegang saham akan ditunjuk sebagai PSP oleh Bank Indonesia. PSP berfungsi sebagai koordinator pemegang
saham untuk mengefektifkan komunikasi antara pemilik bank dengan stakeholder.
8. Perubahan kepemilikan BPRS yang mengakibatkan perubahan danatau
terjadinya PSP baru, tunduk kepada tatacara perubahan kepemilikan BPRS yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai penggabungan
merger, peleburan
konsolidasi dan
pengambilalihan akuisisi. 9.
Jumlah anggota Dewan Komisaris BPRS paling sedikit 2 dua orang dan paling banyak 3 tiga orang. Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah
BPRS paling sedikit 2 dua orang dan paling banyak 3 tiga orang, sedangkan jumlah Anggota Direksi paling sedikit 2 dua orang.
10. Anggota Direksi berpendidikan formal paling kurang setingkat Diploma III
atau Sarjana Muda dan wajib memiliki sertifikasi kelulusan dari lembaga sertifikasi paling lambat 2 dua tahun setelah tanggal pengangkatan efektif.
11. Rencana pemberhentian danatau pengunduran diri anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi danatau anggota Dewan Pengawas Syariah wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
21
12. Pembukaan Kantor Cabang BPRS harus berlokasi dalam 1 satu wilayah
propinsi yang sama dengan kantor pusatnya dan telah tercantum dalam rencana kerja tahunan BPRS serta didukung dengan teknologi sistem
informasi yang memadai. 13.
BPRS yang akan membuka Kantor Cabang harus menambah modal disetor paling kurang sebesar 75 tujuh puluh lima persen dari ketentuan modal
minimal sesuai dengan lokasi pembukaan Kantor Cabang. 14.
Pemindahan alamat Kantor Pusat dan Kantor Cabang hanya dapat dilakukan dalam wilayah KabupatenKota yang sama dan harus mempertimbangkan
kepentingan nasabah serta mendapat izin dari Bank Indonesia. 15.
Pembukaan, Pemindahan dan Penutupan Kegiatan Kas di luar Kantor wajib dilaporkan oleh Direksi BPRS kepada Bank Indonesia secara semesteran
untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.
Penutupan sementara di luar hari libur resmi wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
22