mereka. Perlu diketahui perceraian mereka hanya dilakukan secara lisan tidak tertulis, tetapi apabila salahsatu pihak yang bersengketa tidak hadir pada putusan perceraian
tersebut maka penghulu dan tokoh masyarakat membuat surat pernyataan cerai untuk disampaikan kepada pihak yang tidak hadir.
Perlu diketahui pula bahwa proses perceraian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa itu dilakukan dari pengaduan kedua belah pihak sampai
diputusnya itu 10 hari dan tidak dipungut biaya. Adapun apabila para pihak yang bersengketa itu memiliki anak, maka apabila anak tersebut berusia di bawah 6 tahun itu
biasanya diasuh oleh ibunya dan apabila di atas usia tesebut itu diserahkan sepenuhnya kepada anak untuk memilih kepada siapa dia akan tinggal atau dipelihara. Akan tetapi
dari pihak suami tidak memberikan nafkah kepada anaknya.
73
B. Dasar Hukum Peceraian dan Faktor Penyebabnya
Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut ajaran Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan kepada pengadilan di tempat tinggalnya, yang
berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya disertai alasan- alasannya serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu
74
UU Perkawinan Pasal 14. Dalam peraturan pemerintah juga menentukan bahwa pengadilan tersebut hanya
memutuskan untuk mengadakan sidang pengadilan, serta meneliti dan berpendapat adanya alasan-alasan untuk perceraian dan setelah berusaha untuk mendamaikan kedua
73
Sumber KUA Kep. Seribu
74
UU Perkawinan Pasal 14
belah pihak dan tidak berhasil, kemudian menyaksikan perceraian yang dilakukan oleh suami isteri dalam sidang tersebut.
Jadi berdasarkan alasan-alasan tersebut, seorang suami dapat mengajukan surat kepada Pengadilan Agama yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud akan
menceraikan isterinya, dan dia sendiri yang melakukan perceraian tersebut dengan menjatuhkan talak di depan sidang Pengadilan Agama.
Namun telah diketahui secara keseluruhan dari jumlah pasangan kawin ynag melakukan perceraian pada masyarakat Kelurahan Pulau Tidung itu telah melakukan
peceraian di luar Pengadilan, hal ini biasa dilakukan dengan mengikuti ajaran agama Islamatau adat setempat, jadi mereka bila melakukan peceraian itu cukup di depan
penghulu dan tokoh masyarakat setempat dan itu berlangsung sampai dengan sekarang. Adapun faktor penyebab dilaksanakannya perceraian di luar Pengadilan oleh
pasangan kawin masyarakat Kelurahan Pulau Tidung itu didasari oleh beberapa faktor, diantaranya berikut hasil kutipan wawancara langsung dari penulis dengan salah
seorang penghulu setempat yang bernama bapak Drs. Sahabuddin. Beliau menyebutkan beberapa faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena Kelurahan Pulau Tidung sebagai tempat tinggal responden itu sangat
jauh dari lokasi Pengadilan Agama, dimana para responden haru menyeberangi lautan yang jaraknya cukup jauh kira-kira biasa ditempuh oleh kendaraan laut
selama 3 jam, ini baru perjalanan laut antara dermaga atau pelabuhan Pulau Tidung dengan Muara Angke, dan juga ditambah dengan perjalanan darat yang
dapat ditempuh 2 jam. Hal ini dibutuhkan kondisi fisik yang cukup kuat untuk menempuh perjalanan ini. Demikian waktu tempuh perjalanan laut dan darat,
perlu diketahui transportasi yang melalui pelabuhan Muara Angke ke-Pulau Tidung itu hanya ada satu kali setiap hari itu juga sudah ditentukan jam
keberangkatnya sekitar jam 07.30 WIB, begitupun sebaliknya dari pelabuhan Pulau Tidung ke pelabuhan Muara Angke.
2. Karena faktor biaya, telah diketahui dibutuhkan biaya yang cukup banyak untuk
mencapai lokasi Pengadilan Agama, karena Pengadilan Agama itu sediri di Semper Jakarta Utara, itu baru biaya laut dan darat, kalau lagi ditambah biaya
makan dan penginepan, karena biasanya kasus peceraian itu tidak bisa diputus dalam satu kali persidangan, apalagi proses administrasi yang cukup lama. Jadi
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat Pulau Tidung yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan sehingga kurang memungkinkan
untuk melakukan perceraian di Pengadilan Agama.
75
3. Karena faktor kondisi cuaca, di Kelurahan Pulau Tidung kondisi cuacanya tidak
selalu tenang, seperti kondisi air laut dimana air laut itu bergelombang dan anginya sangat kencang inilah yang oleh orang Pualu Tidung bilang musim
anginbarat daya, dimana pada musim ini jangankan untuk berpergian, para nelayanpun tidak pergi melaut untuk mencari ikan, karena cuaca tidak
memungkinkan dan hal itu cukup lama kurang lebih 2 bulan lamanya. Maka dari itu, bila musim seperti ini pasangan kawin yang ingin melakukan perceraian itu
tidak bisa pergi keluar pulau untuk ke Pengadilan Agama untuk mengurus perceraiannya.
75
Sumber KUA Kep. Seribu
4. Faktor pendidikan, dari respoden yang dijadikan sampel ada yang berpendidikan
atau tamatan sekolahnya sampai dibangku SD saja, dan hampir semua responden tidak mengetahui tentang tatacara perceraian di Pengadilan Agama,
jadi mereka hanya tahu bahwa bercerai itu cukup di depan penghulu saja sebagaimana mereka nikah dulu.
76
C. Akibat Hukum Dari Pelaksanaan Perceraian di Luar Pengadilan Agama Yang