Pengadilan Agama dengan maksud agar persoalan yang diadukan lebih jelas. Perlu juga ditegaskan disini, bahwa keinginan tersebut berasal dari pihak suami, dan yang diajukan
itu bukanlah suatu surat permohonan tapi surat pemberitahuan yang memberitahukan bahwa ia akan menceraikan istrinya dan untuk itu ia meminta kepada Pengadilan agar
mengadakan siding untuk menyaksikan perceraian itu, agar perceraiannya itu mempunyai kekuatan hokum.
49
Permohonan cerai talak meskipun berbentuk permohonan tetapi pada hakikatnya adalah kontesius, karena di dalamnya mengandung unsur sengketa, oleh sebab itu, harus
diproses sebagai perkara kontesiusuntuk melindungi hak-hak istri dalam mencari upaya hukum dan keadilan.
50
2. Cerai Gugat
Cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya gugatan yang diajukan oleh istri, agar perkawinan dengan suaminya menjadi putus.
51
Definisi lainya disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan cerai gugat ini adalah perceraiana yang disebabkan oleh
adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh pihak istri kepada pihak suami melalui Pengadilan dan dengan suatu putusan Pengadilan.
52
49
Ibid, h. 38
50
A. Muktiarto, Op. Cit, h. 207
51
Departemen Agama, Op. Cit, h. 63
52
K. Wantjik Saleh, Op. Cit, h. 40
Dalam Kompilasi Hukum Islam, istilah cerai gugat dikenal denga nama khulu, dinyatakan dalam pasal 1 bahwa, khulu adalah perceraian ynag terjadi atas permintaan
istri dengan memberikan tebusan atau iwad kepada dan atas persetujuan suaminya. Gugatan cerai cerai gugat diatur dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan pasal 40, jo. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Catatan Perkawinan pasal 20-36, jo. Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama pasal 73-88, yang sudah diamandemen Undang-undang No 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama jo. KHI pasal 113-148.
2. Tata Cara Perceraian.
Sebagaimana halnya dengan akad nikah, maka talak pun adalah semacam akad pula. Hanya saja bedanya ialah, akad nikah semacam perjanjian untuk menjadi
suami istri, sedangkan talak ialah perjanjian melepas buhul akad nikah yang telah disepakati sebelumnya.
Untuk mentalak istri atau melepas kepemilikan terhadap istrinya, dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Suami langsung menjatuhkan talak kepada istrinya, dihadapan dua orang saksi
laki-laki dan denga syarat-syarat dan proses tertentu yang ditentukan syara. b.
Dengan mewakilkan kepada orang lain, tentu saja dengan surat kuasa yang dapat dijadikan sebagai alat bukti jika terjadi peselisihan atau persoalan
dikemudian hari.
c. Dengan surat suami yang diantar seorang yang diberi kuasa oleh pihak suami,
tentu saja surat itu adalah surat yang dapat dijadikan alat bukti prosedurnya seprti nomor satu di atas.
53
Dalam Peraturan Pemerintah tata cara perceraian yang dikategorikan sebagai cerai talak diatur dalam pasal 14, yaitu sebagai berikut:
a. Seorang suami yang perkawinanya dilakukan menurut agama Islam, yang
akan menceraiakan istrinya, mengajukan surat ke Pengadilan Agamadi tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan
istrinya isertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan siding untuk keperluan itu.
b. Pengadilan yang bersangkutan mempelajari isi surat itu dalam waktu
selambat-lambatnya 30 hari memanggil suami istri tersebut untuk diadakan pemeriksaan seperlunya.
c. Dalam setiap kesempatan sebelum terjadi talak, pengadilan harus selalu
berusaha mendamaikan suami istri dan berusaha agar bermaksud untuk mengadakan perceraian tersebut tidak jadi dilaksanakan. Dalam usaha
mendamaikan tersebut Pengadilan dapat meminta bantuan kepada orang yang dipandang perlu atau suatu badan penasehat, seperti BP4 Badan Penasehat
Perkawinan dan Penyelesaian Peceraian, atau badan lain untuk memberi nasehat kepada suami istri tersebut.
d. Bila pengadilan berpendaapat bahwa cukup alasan sebagai dimaksud dala
undang-undang lihat penjelasan pasal 39 UU dan bahwa antara suami istri
53
Suara Muahamadiyah , Mei 2004, No. 10, h. 31
tersebut tidak mungkin lagi dapat didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga, maka pengadilan mengadakan sidnag untuk menyaksikan
suami tersebut mengikrarkan talak kepada istrinya. Jadi ikrar tersebut diucapkan disidang pengadilan dihadapan istri atau wakilnya.
e. Apabila hal ini telah dilaksanakan maka pengadilan mebuat surat keterngan
tentang adanya talak tersebut. Surat keterangan itu dibuat rangkap 5 lima. Helai pertama disimpan di pengadilan, helai kedua dan ketiga dikirim masing-
masing kepada PPN setempat dan PPN tempat penikahan dahulu untuk diadakan pencatatan perceraian, sedangkan helai keempat dan kelima
diberikan kepada suami istri.
D . Akibat Perceraian
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa suatu perkawinan bisa putus karena kematian salah satu pihak dari suami istri, atau karena perceraian suami istri
54
. Adapun akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah sebagai berikut:
1. Mengenai Hubungan Bekas Suami dan Bekas Isteri.
a. Pada perceraian yang memasuki tingkat tidak mungkin dicabut kembali talak bain, persetubuhan tidak boleh lagi, tetapi mereka boleh kawin kembali asal
saja belum melebihi dua pernyataan talak. b.
Dalam hal talak tiga dijatuhkan, perkawinan kembali hanya dapat setelah memenuhi syarat-syarat yang berat, sedang perceraian karena Li’an,
perkawinan kembali tidak mungkin lagi untuk dilakukan selamanya.
54
Djamil Latif, Op cit, hal. 81
c. Suami atau isteri yang meninggal dalam waktu iddah-talak yang dapat dicabut
kembali talak raj’i, berhak berhak mendapat warisan dari harta peninggalan yang meninggal.
d. Pada perceraian yang tidak dapat dicabut kembali talak bain tidak
seorangpun dari suami atau isteri berhak mendapat warisan dari harta peninggalan yang meninggal dunia dalam masa iddah tersebut.
55
2. Mengenai anak
Kalau perceraian suami atau isteri telah memasuki tingkat yang tidak mungkin dicabut kembali, maka yang menjadi persoalan adalah anak-anak di bawah
umur, yakni anak yang belum berakal. Sekarang timbul pertanyaan siapakah diantara suami atau istri yang berhak memelihara dan mengasuh anak tersebut,
yang dalam istilah hukum Islam disebut hak Hadhanah.
56
3. Mengenai Harta Benda
Tentang harta benda di dalam Islam tidak dikenal percampuran harta kekayaan antara suami atau istri karena pernikahan harta kekayaan istri tetap menjadi
milik istri dan dikuasai penuh olehnya. Demikian pula harta kekayaan suami tetap milik suami dan dikuasai penuh olehnya.
Karena itu pula menurut hukum Islam perempuan yang sudah bersuami tetap dianggap cakap bertindak dalam hukum, sehingga ia dapat melakukan segala pebuatan
hukum dalam masyarakat. Hal ini berbeda dengan hukum barat perempuan yang
55
Ibid, hal. 81
56
Ibid, hal. 81.
bersuami tidak cakap bertindak hukum dan hanya dapat ddilakukan perbuatan hukum secara sah, jika dibantu atau dikuasakan secara tertulis oleh suanminya.
Akan tetapi karena menurut Islam, dengan perkawinan sang istri menjadi sang istri kongsi sekutu dengan seorang suami dalam melayani bahtera hidup.
57
Maka antara suami istri terjadilah syarikah abdan perkongsian tenaga dan syarikah mufawwadah
perkongsian tidak terbatas.
58
Jika selama perkawinan diperoleh harta, maka harta ini adalah harta syirkah, yaitu harta bersama yang menjadi milik bersama sari suami isteri. Karena itu dalam Islam ada
harta suami isteri yang terpisah tidak bercampur dan harta kekayaan tidak terpisah yang bercampur.
Dalam hal harta kekayaan yang bercampur yang merupakan harta kekayaan tambahan karena usaha bersama suami istri selama perkawinan, menjadi milik bersama
dari suami istri untuk kepentingan bersama. Karena itu apabila ikatan perkawinan putus baik disebabkan meninggal atau perceraian, maka harta ini dibagi antara suami istri.
Pada pasal 149 Kompilasi Hukum Islam tentang akibat-akibat perceraian talak yaitu:
a. Memberikan mutah yang layak kepada bekas istri, baik berupa uang atau benda,
kecuali bekas istri tersebut qabla dukhul.
57
Hasby Ash Shiddiqy, Pedoman Rumah Tangga, Medan: Pustaka Maju, h. 9
58
Ismuha, Perceraian Bersama Suami Istri, Jakarta: Bulan Bintang 1965, h. 38 dan 61
b. Memberikan nafkah, makan dan kiswah kepada istri selama dalam iddah,
kecuali bekas istri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil
c. Melunasimahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh apabila qobla
dukhul d.
Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang bbelum mencapai umur 21 tahun.
59
59
Departemen Agama RI, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, KHI di Indonesia, Bandung: Humaniora Utama Press, 19911992
BAB III GAMBARAN UMUM PERCERAIAN DI KELURAHAN PULAU TIDUNG