kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena karakteristik hokum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian, sehingga proses perceraian
atas kehendak suami berbeda dengan perceraian atas kehendak istri.
45
1. Cerai Talak
Cerai talak adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya, sehingga perkawinan menjadi putus, dalah bahasa fiqih, cerai seperti ini disebut talak.
46
Istilah cerai talak terdapat pula dalam PP No 9 Tahun 1975 pasal 14 yang merupakan
penegasan dari pasal 39 UU Perkawinan No 1 Tahun 1974. cerai talak ini hanya khusus untuk yang beragama Islam seperti dirumuskan dalam 14 PP No 9 Tahunn 1975 sebagai
berikut: Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam yang akan menceraikan istrinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat
tinggalnya yang berisi pemberitahuan kepada Pengadilan diadakan siding untuk keperluan itu
47
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 117 disebutkan bahwa: talak adalah ikrar suami dihadapan siding Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkawinan, dengan cara sebagaiman dimaksud dalam pasal 129, 130, 131.
48
Dari ketentuan di atas dalam hubungan dan pelaksanaannya, jelas bahwa pengajuan pemberitahuan keinginan cerai itu harus dilakukan dengan cara tertulis surat ke
45
A. Muktiarto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2000, Cet. 3, h. 206
46
Departemen Agama RI, Yanya Jawab Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: PT. Rienaka Cipta, 1992, Cet. 1, h. 274
47
A Mukhtiato, Op.Cit, h. 206
48
K. Wantjik Saleh, Op. Cit. h. 38
Pengadilan Agama dengan maksud agar persoalan yang diadukan lebih jelas. Perlu juga ditegaskan disini, bahwa keinginan tersebut berasal dari pihak suami, dan yang diajukan
itu bukanlah suatu surat permohonan tapi surat pemberitahuan yang memberitahukan bahwa ia akan menceraikan istrinya dan untuk itu ia meminta kepada Pengadilan agar
mengadakan siding untuk menyaksikan perceraian itu, agar perceraiannya itu mempunyai kekuatan hokum.
49
Permohonan cerai talak meskipun berbentuk permohonan tetapi pada hakikatnya adalah kontesius, karena di dalamnya mengandung unsur sengketa, oleh sebab itu, harus
diproses sebagai perkara kontesiusuntuk melindungi hak-hak istri dalam mencari upaya hukum dan keadilan.
50
2. Cerai Gugat