Pengaruh Karakteristik Dokter Terhadap Kinerja Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK DOKTER TERHADAP KINERJA DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH IDI KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

Oleh

SAHMINAN 067013034/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK DOKTER TERHADAP KINERJA DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH IDI KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHMINAN 067013034/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK DOKTER TERHADAP KINERJA DALAM

KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2010 Nama Mahasiswa : Sahminan

Nomor Induk Mahasiswa : 067013034

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.Si) (dr. Fauzi, S.K.M ) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 7 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.Si Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si 3. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK DOKTER TERHADAP KINERJA DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH IDI KABUPATEN ACEH TIMUR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2010

SAHMINAN 067013034/IKM


(6)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah dokter. Permasalahan di RSUD Idi Aceh Timur adalah rendahnya kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis. Survei pendahuluan terhadap 50 berkas rekam medis bulan Nopember Tahun 2009, bahwa persentase kelengkapan rekam medis yang lengkap hanya 55%. Rendahnya kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis tersebut diduga terkait dengan faktor karakteristik dan pengetahuan dokter.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh karakteristik dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian seluruh tenaga dokter di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur sebanyak 30 orang dokter dan seluruhnya dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan melakukan observasi tentang kelengkapan pengisan rekam medis, dianalisis dengan regresi logistik dengan α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel karakteristik dokter (usia, pendidikan, lama kerja, dan pengetahuan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis (p<0,05), sedangkan variabel jenis kelamin tidak berpengaruh (p>0,05). Kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis (53,3%) kategori tidak lengkap. Variabel lama kerja memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis.

Disarankan kepada manajemen rumah sakit RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur untuk:1) Meningkatkan pengetahuan dokter terlebih-lebih yang masih muda dan lama kerja di bawah 5 tahun melalui pembimbingan dan pelatihan dalam rangka melengkapi pengisian rekam medis, 2) Pihak manajemen rumah sakit dapat membuat kebijakan pemberian reward dan punishment, 3) Menetapkan pegawai yang berpendidikan D.III Rekam Medis sebagai petugas yang melakukan monitoring rekam medis rumah sakit, sehingga dapat mendukung dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis.


(7)

ABSTRACT

Quality health services can not be separated from the role of medical personnel and non-medical, one of them is doctor. The problems in Idi East Aceh District Hospital is the performance of doctors in the medical record completeness were still low. Based on a preliminary survey by taking the 50 files of medical records at July 2009 showed that the percentage of completeness only 55%. The low performance of doctors in the medical record completeness of filling were assumed associated with the characteristic and knowledge factors.

The purpose of this study is to analyze the influence of doctors characteristics on the performance in filling the completeness of medical records in Idi East Aceh District Hospital. Type of survey research was explanatory. The population of this study were all of doctors in Idi East Aceh District Hospital as many as 30 doctors and all of them were selected to be sample. The data for this study were obtained through questionnaire based interviews and observation. The data obtained were analyzed through logistic regression test at α = 5%.

The results of this study showed that statistically (age, education, length of service) and knowledge of doctors had significantly influenced on performance in filling the completeness of medical records (p <0.05), while the sex variable did not have any influenced (p>0.05). Performance in the completeness of medical records filling (53.3%) categories were not complete. Variable length of service was the most dominant influenced on performance in filling the completeness of medical records.

The management of Idi East Aceh District Hospital is suggested to: 1) Increased knowledge particularly doctors who are young and of work through

under 5 years by coaching and training in filling the completeness of medical records, 2) The hospital management can make policy granting rewards and punishment provision, 3) Increased knowledge about procedure and application procedures for evaluation of the items on the medical records in accordance with the regulation of health minister 269/Menkes/PER/III/2008 about medical record.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Karakteristik Dokter terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, dan juga kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.


(9)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Rismayani, S.E M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan dr.Fauji, S.K.M, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, dan dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Selanjutnya terima kasih juga kepada dr. Edi Gunawan, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit RSUD Idi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Timur.

Terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Aceh Timur dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Kaya Harahap Ibunda Masnulan atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.


(10)

Teristimewa buat istri tercinta Annalaila, S.Pd, serta anak-anak: Wanhasanah, Hanifmujakir, Jilan Ajijah dan Adik-adik tersayang yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2010 Penulis

Sahminan 067013034/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Sahminan, lahir pada tanggal 16 April 1971 di Kuta Cane, anak Pertama dari Empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Kaya Harahap dan Ibunda Masnulan.

Pendidikan, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri No.6 Tanoh Anou di Aceh Timur Selesai tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Teupin Bate selesai tahun 1988, Sekolah Perawat Kesehatan Depkes Langsa di Aceh Timur selesai Tahun 1991, S-1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammaddiyah Banda Aceh selesai tahun 2004.

Mulai bekerja sebagai staf Puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur tahun 1993 sampai tahun 2006, Staf RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur Tahun 2006 sampai sekarang.

Tahun 2006 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Rekam Medis ... 8

2.1.1. Sistem Rekam Medis ... 9

2.1.2. Prosedur Rekam Medis ... 10

2.1.3. Proses Pengolahan Rekam Medis ... 11

2.1.4. Analisa ... 12

2.1.5. Sistem Kearsipan Rekam Medis ... 13

2.2. Dokter... 14

2.3. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ... 17

2.4. Karakteristik Individu ... 22

2.4.1. Usia ... 22

2.4.2. Jenis Kelamin ... 23

2.4.3. Pendidikan... 23

2.4. Perawat... 18

2.4.1. Definisi Perawat ... 19

2.4.2. Sifat-sifat yang Mendasari Dedikasi Perawat ... 20

2.4.3. Peran Perawat... 21

2.4.4. Pengetahuan ... 24


(13)

2.5. Kinerja... 26

2.6. Landasan Teori... 29

2.7. Kerangka Konsep ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1. Populasi ... 32

3.3.2. Sampel... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1. Data Primer ... 44

3.4.2. Ujicoba Instrumen Penelitian... 33

3.4.3. Data Sekunder ... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.6. Metode Pengukuran ... 36

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas... 37

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 37

3.7. Metode Analisis Data... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 40

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

4.1.1. Tugas dan Fungsi RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur ... 40

4.1.2. Susunan Organisasi dan Administrasi RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur ... 41

4.1.3. Tenaga Para Medis/Non Medis/Tenaga Administrasi dan Tenaga lainnya di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 43

4.3. Pengetahuan ... 44

4.4. Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis ... 48

4.4.1. Catatan Pemeriksaan Fisik ... 49

4.4.2. Catatan Perintah ... 51

4.5. Analisis Bivariat (Uji Chi Square)... 55

4.5.1. Hubungan Karakteristik dengan Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 55

4.5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 57


(14)

BAB 5 PEMBAHASAN... 60

5.1. Pengaruh Karakteristik terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur... 60

5.1.1. Pengaruh Usia terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur... 60

5.1.2. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur ... 62

5.1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur... 63

5.1.4 Pengaruh Lama Kerja terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur... 64

5.2. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur... 65

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 67

6.1. Kesimpulan ... 67

6.2. Saran... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Daftar Kelengkapan Catatan RM di beberapa RS < 100 % ... 3

3.1. Validitas Variabel Pengetahuan ... 35

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas... 37

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 38

4.1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan ... 42

4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 43

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 44

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 48

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelengkapan Catatan Pemeriksaan Fisik dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 49

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelengkapan Catatan Pemeriksaan Fisik dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 51

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Catatan Perintah dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur 51 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelengkapan Catatan Perintah dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur... 54

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kelengkapan Kinerja dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 54


(16)

4.10. Hubungan Karakteristik dengan Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian

Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur 56 4.11. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja dalam Kelengkapan Pengisian

Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur 57 4.12. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik... 58 4.13. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik... 59


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja Menurut Gibson... 30 2.2. Kerangka Konsep Penelitian... 31


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 72

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 75

3. Uji Bivariate dan Univariate ... 76

4 Uji Multivariate... 89

5. Dokumentasi Penelitian ... 90

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 91

7. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur... 92

8. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur ... 93

9. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur... 93


(19)

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah dokter. Permasalahan di RSUD Idi Aceh Timur adalah rendahnya kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis. Survei pendahuluan terhadap 50 berkas rekam medis bulan Nopember Tahun 2009, bahwa persentase kelengkapan rekam medis yang lengkap hanya 55%. Rendahnya kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis tersebut diduga terkait dengan faktor karakteristik dan pengetahuan dokter.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh karakteristik dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian seluruh tenaga dokter di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur sebanyak 30 orang dokter dan seluruhnya dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan melakukan observasi tentang kelengkapan pengisan rekam medis, dianalisis dengan regresi logistik dengan α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel karakteristik dokter (usia, pendidikan, lama kerja, dan pengetahuan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis (p<0,05), sedangkan variabel jenis kelamin tidak berpengaruh (p>0,05). Kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis (53,3%) kategori tidak lengkap. Variabel lama kerja memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis.

Disarankan kepada manajemen rumah sakit RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur untuk:1) Meningkatkan pengetahuan dokter terlebih-lebih yang masih muda dan lama kerja di bawah 5 tahun melalui pembimbingan dan pelatihan dalam rangka melengkapi pengisian rekam medis, 2) Pihak manajemen rumah sakit dapat membuat kebijakan pemberian reward dan punishment, 3) Menetapkan pegawai yang berpendidikan D.III Rekam Medis sebagai petugas yang melakukan monitoring rekam medis rumah sakit, sehingga dapat mendukung dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis.


(20)

ABSTRACT

Quality health services can not be separated from the role of medical personnel and non-medical, one of them is doctor. The problems in Idi East Aceh District Hospital is the performance of doctors in the medical record completeness were still low. Based on a preliminary survey by taking the 50 files of medical records at July 2009 showed that the percentage of completeness only 55%. The low performance of doctors in the medical record completeness of filling were assumed associated with the characteristic and knowledge factors.

The purpose of this study is to analyze the influence of doctors characteristics on the performance in filling the completeness of medical records in Idi East Aceh District Hospital. Type of survey research was explanatory. The population of this study were all of doctors in Idi East Aceh District Hospital as many as 30 doctors and all of them were selected to be sample. The data for this study were obtained through questionnaire based interviews and observation. The data obtained were analyzed through logistic regression test at α = 5%.

The results of this study showed that statistically (age, education, length of service) and knowledge of doctors had significantly influenced on performance in filling the completeness of medical records (p <0.05), while the sex variable did not have any influenced (p>0.05). Performance in the completeness of medical records filling (53.3%) categories were not complete. Variable length of service was the most dominant influenced on performance in filling the completeness of medical records.

The management of Idi East Aceh District Hospital is suggested to: 1) Increased knowledge particularly doctors who are young and of work through

under 5 years by coaching and training in filling the completeness of medical records, 2) The hospital management can make policy granting rewards and punishment provision, 3) Increased knowledge about procedure and application procedures for evaluation of the items on the medical records in accordance with the regulation of health minister 269/Menkes/PER/III/2008 about medical record.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem Rekam Medis (RM) di rumah sakit adalah satu sistem administrasi dokumen tempat mencatat segala transaksi pelayanan medis yang diberikan oleh dokter, perawat ataupun teknisi. Rekam medis dikelola berdasarkan struktur yang standar, dengan ketentuan sistem pelaksanaan dievaluasi untuk menghasilkan informasi dan memiliki standar kerahasiaan yang harus dijaga. Dokumen RM pada prinsipnya disimpan baik di RS sehingga mudah dapat dicari ulang untuk setiap keperluan informasi pelayanan terhadap pasien (Depkes RI, 2008).

Kelengkapan pencatatan RM berdasarkan Permenkes RI No. 269/Menkes/ PER/III/2008, disebutkan ketentuan minimal yang harus dilengkapi oleh petugas pelayanan (termasuk dokter). Ada setidak-tidaknya 7 butir (aspek kelengkapan) di antaranya, wajib dilengkapi oleh dokter yaitu: (1) catatan pemeriksaan fisik pasien; (2); instruksi dan interpretasi pelayanan diagnosa kalau ada ; (3) diagnosa pasien ketika masuk atau pulang dicatat jelas; (4) perintah terapi dan penulisan resep; (5) resume pasien pulang pasien pada setiap dokumen dari pasien di unit rawat inap; (6) kelengkapan dokumen informed consent, dan (7) pembubuhan nama serta tanda tangan dokter pada setiap catatan yang dibuat dokter.

Kepentingan dari kelengkapan RM antara lain untuk : (1) mempersiapkan kewajiban administratif organisasi yang tunduk pada undang-undang terkait


(22)

pengelolaan RS; (2) penunjang legal atas setiap pelayanan medis; (3) menjadi administrasi finansial RS; (4) mempersiapkan bahan layak riset; (5) jadi bahan edukasi di RS; (6) bahan dokumen yang selalu siap dipakai; (7) menjadi media komunikasi dan informasi bagi keselarasan pelayanan pada pasien (Hanafiah dan Amir, 1999).

Undang-Undang Praktik Kedokteran (UUPK) No. 29 tahun 2004 paragraf 3 Rekam Medis Pasal 46 menyatakan : setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran, wajib membuat rekam medis. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus segera dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan kesehatan. Bila yang bersangkutan dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 46 ayat (1), maka dokter / dokter gigi dapat dipidana kurungan 1 tahun atau denda Rp. 50.000.000,-.

Secara umum dokter adalah kelompok profesional yang paling memiliki kesempatan berpendidikan dan bermoral tinggi di RS (Hanafiah & Amir, 1999). Oleh karena itu dokter wajib mengikuti peraturan pelaksanaan RM yang dikeluarkan dan berlaku di rumah sakit.

Pemerintah melalui Undang-Undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 menekankan betapa pentingnya sistem rekam medis diadakan di setiap rumah sakit ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat. Mengingat pentingnya pengelolaan rekam medis, maka Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI) menerbitkan buku Pedoman Manajemen


(23)

Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan yang mempertegas kembali tentang perlunya pemeliharaan dan pengembangan manajemen RM.

Hasil penelitian tentang ketidak lengkapan catatan berkas RM belum ada yang memuaskan sampai 100 % (Rujuk Tabel 1.1), sementara ada keharusan bahwa kelengkapan tersebut demikian penting dan absolut harus dicatat sempurna 100 % (Depkes RI, 1997).

Tabel 1.1. Daftar Kelengkapan Catatan RM di beberapa RS < 100 % No Nama Rumah Sakit Peneliti Tahun Kelengkapan 1 RS Sardjito Yogyakarta Meliala 1990 70 % 2 Harapan Kita Jakarta Hatta 1994 63,8% 3 RS Sardjito Yogyakarta Meliala 1999 97% 4 RS St Elizabeth Medan Waruna 2003 78,6 % 5 Banjarbaru Kalsel Awliya 2007 35 %

Sumber : Meliala (RS Sardjito), Hatta (RS Harapan Kita), Waruna (RS St Elizabeth) dan Awliya (RS Banjarbaru).

Survey pendahuluan tentang kondisi kelengkapan RM di RSUD Idi Aceh Timur tahun 2009, dengan mengambil 50 berkas rekam medis dari ruang rawat inap, terlihat bahwa persentase kelengkapan pengisian rekam medis oleh dokter hanya sebesar 55%. Rendahnya tingkat kelengkapan pengisian rekam medis oleh dokter tersebut terkait dengan faktor karakteristik dan kinerja dokter dalam melengkapi pengisian rekam medis. Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis di RSUD Idi Aceh Timur dapat dijadikan indikator kinerja dokter yang belum baik, karena tenaga dokter merupakan tenaga kesehatan yang diwajibkan mengisi berkas rekam medis


(24)

Secara teoritis, kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian berkas rekam medis, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Gibson (1996), terdapat 3 variabel utama, yaitu (1) variabel individu (2) variabel psikologis dan (3) variabel organisasi. Dalam variabel psikologis salah satunya adalah faktor motivasi.

Menurut Gibson (1996) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu adalah karakteristik individu. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di rumah sakit dipengaruhi oleh karakteristik individu dokter itu sendiri yang meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan lama kerja.

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan kelengkapan berkas rekam medis di rumah sakit adalah penelitian Sevianti (2004) tentang analisis kelengkapan dokumen rekam medis Rumah Sakit Duren Sawit, menyimpulkan 62,50% nama penderita tidak tercantum, 72,22% nomor rekam medis tidak ada, 79,17% laporan - laporan yang diperlukan tidak ada dalam berkas rekam medis, 65,25% laporan keperawatan hilang, 84,72% tanpa nama pengisi rekam medis, 79,17% tidak mencantumkan waktu pemberian pelayanan medis dan 100% praktek pengkoreksian yang tidak sesuai acuan. Jumlah petugas rekam medis yang bertugas untuk mengevaluasi setiap berkas rekam medis yang rnasuk sangat kurang. Petugas tidak mempunyai SOP yang mendasari pekerjaannya sehingga tugas analisis tidak dapat dilakukan setiap hari. Evaluasi pelaksanaan rekam medis tidak mempunyai jadwal tertentu. Petugas rekam medis mempunyai kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan tenaga medis dan pararnedis, terutama yang berkaitan dengan hasil evaluasi


(25)

kelengkapan berkas rekam medis. Kelalaian dokter dan perawat dalam menyalin identitas penderita, kehadiran laporan yang perlu, bukti keabsahan dan praktek pencatatan yang baik. Kebijakan yang dikeluarkan panitia rekam medis tentang sanksi kedisiplinan belum ada serta evaluasi kerja panitia dan tindak lanjut hasil telaahan belum dapat berjalan dengan lancar. Pimpinan rumah sakit perlu membenahi kebijakan khususnya untuk panitia rekam medis dan SOP bagi staf, serta penyediaan tenaga rekam medis yang memadai

Penelitian Prihadi (2001) tentang analisis keterlambatan pengembalian kartu rekam medis berdasarkan dokter yang menangani dan karakteristik penderita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, menyimpulkan bahwa kartu rekam medis yang ditangani oleh Dokter Spesialis 10 % terlambat dan 90 % tidak terlambat. Kartu rekam medis yang ditangani oleh Dokter umum 38,49 % terlambat dan 61,51% tidak terlambat. Pada kelompok Dokter Militer terdapat keterlambatan sebanyak 14,99 % sedang tidak terlambat sebanyak 85,01 %. Pada kelompok Dokter Sipil terdapat keterlambatan 23,51 % dan tidak terlambat atau 76,49 %

Demikian juga penelitian Salami (2008) tentang “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam medis di Badan Pelayanan Kesehatan RSU Sigli, disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan bermakna variabel pengetahuan dan motivasi dengan kinerja dokter melengkapi berkas rekam medis pasien.


(26)

Mengacu kepada permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis.

1.2. Permasalahan

Permasalahan penelitian adalah : bagaimana pengaruh karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pengetahuan) dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pengetahuan) dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.

1.4. Hipotesis

Karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pengetahuan) dokter berpengaruh terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit dalam mengembangkan program peningkatan kelengkapan berkas rekam medik.


(27)

2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga dokter dalam meningkatkan kinerja dengan melengkapi berkas rekam medik.

3. Sebagai bahan masukan bagi program pelayanan kesehatan di rumah sakit melalui pengelolaan rekam medis.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu kesehtan masyarakat yang diimplementasikan dalam pengelolaan rekam medis rumah sakit. 5. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medis

Rekam medik adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek: aspek administrasi (administrasi value), aspek medis (medical value), aspek hukum, aspek keuangan (financial or fiscal value), aspek penelitian (reseach value), aspek pendidikan (education value), aspek dokumentasi (documentary value). Isi rekam medis meliputi: identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa), riwayat penyakit, laporan pemeriksaan fisik, instruksi diagnostik dan terapetik, adanya catatan observasi, laporan tindakan dan penemuan, resume pasien (ringkasan riwayat pulang).

Pelaksanaan rekam medis berdasarkan sumber hukum : Peraturan Pemerintah No.10 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran, Pasal 322 KUHP, Pasal 365 dan 1367 KUH Perdata, Permenkes Nomor 269 tahun 2008 Tentang Rekam Medis/Medical Records.Pasal 10 ayat 1 disebutkan berkas rekam medis adalah milik


(29)

sarana pelayanan kesehatan sedangkan isinya milik pasien, selanjutnya pada Bab II Pasal 7 dijelaskan: lama penyimpanan sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat namun untuk hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan tersendiri.

Rekam medis adalah sarana yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis adalah milik institusi kesehatan yang membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Di samping hak seseorang untuk memperoleh kesehatan yang diakui, pasien juga memiliki hak atas kerahasiaan dan kepercayaan, oleh karena itu sebaiknya rekam medis dijaga kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kesehatan.

2.1.1. Sistem Rekam Medis a. Sistem Penamaan

Sistem penamaan pasien tidak memperhatikan aturan dalam sistem rekam medis (tidak memperhatikan gelar, nama suami, nama ayah dan marga dll). b. Sistem Penomoran

Sistem penomoran yang diterapkan adalah cara seri (Serial Numbering System) yaitu setiap penderita mendapat nomor baru setiap kunjungan ke rumah sakit. Jika ia berkunjung lima kali, maka ia akan mendapat lima nomor yang berbeda. Semua nomor yang telah diberikan kepada penderita tersebut harus dicatat pada “Kartu Indeks Utama Pasien” yang bersangkutan. Sedang


(30)

rekam medisnya disimpan diberbagai tempat sesuai dengan nomor yang telah diperolehnya.

2.1.2. Prosedur Rekam Medis a. Pendaftaran Pasien a.1. Rawat Jalan

Untuk pasien baru rawat jalan diterima di Tempat Penerimaan Pasien (TPP) dan akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data identitas pada formulir Ringkasan Riwayat Klinik.

a.2. Rawat Inap - Pasien Baru

Pasien dari poliklinik dirujuk ke ruang rawat inap, kemudian perawat mendaftarkan pasien tersebut ke bagian Rekam Medis rawat inap, pasien mendapatkan nomor rekam medis baru.

- Pasien Lama (berulang)

Pasien ke ruang rawat inap, di anamnese untuk mengetahui waktu terakhir kali dirawat kemudian petugas mencari nomor rekam medis pasien di ruang rekam medis

- Gawat Darurat

Pasien gawat darurat dari Instalasi Gawat Darurat, mendapatkan nomor baru (untuk pasien baru) dan nomor lama (jika pernah dirawat).

b. Perekaman Kegiatan Rekam Medis


(31)

Yang membuat/mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lain.

- Ketentuan pengisian Rekam Medis

Pengisian Rekam Medis langsung ditulis dalam lembaran rekam medis, jika tidak lengkap dilengkapi oleh waktu 1 X 24 jam.

- Formulir Rekam Medis

Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien, dimana informasi mengenai identitas pasien, diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien seperti anamnese, terapi dicatat didalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu dibuat lembaran ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan kartu indeks utama pasien (KIUP), yang berisi pasien serta ringkasan poliklinik. 2.1.3. Proses Pengolahan Rekam Medis

a. Perakitan (Assembling) Rekam Medis

Perakitan rekam medis untuk menghasilkan berkas rekam medis yang lengkap.

b. Koding

Kegiatan pengkodean yang dilakukan harus mencakup semua penyakit dan tindakan medis.


(32)

c. Indeksing

Kegiatan membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam indeks-indeks dengan menggunakan kartu indeks atau komputerisasi (Indeksing).

d. Pelaporan Rumah Sakit

Laporan intern dan ekstern rumah sakit dilaksanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

e. Korespondensi Rumah Sakit

Korespondensi dilakukan sesuai dengan permintaan pihak-pihak terkait, misalnya surat keterangan lahir, visum dan resume lainnya.

2.1.4. Analisis

a. Analisis Mutu Rekam Medis

Dilakukan analisis terhadap kelengkapan berkas rekam medis b. Analisis Mortalitas dan Operasi

Analisis untuk menilai efisiensi dan efektifitas fasilitas pelayanan dan pengkajian pembiayaan berdasarkan data mortalitas.

c. Analisis Morbiditas

Analisis untuk menilai efisiensi dan efektifitas fasilitas pelayanan dan pengkajian pembiayaan berdasarkan data morbiditas.

d. Analisis kualitatif dan kuantitatif

Analisis kelengkapan berkas atau lembaran Rekam Medis berdasarkan perawatan.


(33)

2.1.5. Sistem Kearsipan Rekam Medis

Menurut Permenkes 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, sistem kearsipan atau penyimpanan Rekam Medis pada rumah sakit di Indonesia sebagai berikut:

a. Sistem penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam Medis

Sistem yang dilaksanakan adalah sistem desentralisasi, yaitu dalam hal pemisahan Rekam Medis poliklinik dan Rekam Medis penderita yang dirawat. b. Sistem penyimpanan menurut nomor

Sistem yang dipergunakan adalah sistem angka akhir yang lazim disebut “terminal digit filling system”.

c. Fasilitas fisik ruang penyimpanan

Alat penyimpanan rekam medis yang tersedia kurang memadai, dimana rak/lemari yang ada tidak mencukupi untuk penyimpanan berkas.

d. Penyusutan dan penghapusan rekam medis

Berkas rekam medis akan dimusnahkan setelah lima tahun terhitung sejak pasien berobat ke rumah sakit terakhir kali.

Formulir rekam medis harus sesuai dengan yang ada di dalam rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan bunyi dari Permenkes 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis/Medical Records, pasal I butir a : Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.


(34)

2.2. Dokter

Pengertian dokter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang–undangan.

Menurut Iswandari (2006), strategi WHO yang dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor dimana setiap dokter diharapkan dapat berperan:

a. Sebagai healthcare provider yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif dengan mempertimbangkan keunikan individu, berdasarkan kepercayaan dalam jangka panjang,

b. Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan pertimbangan etika dan biaya,

c. Sebagai communicator, yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta memberdayakan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,

d. Sebagai community leader, yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama, e.Sebagai manager, yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi


(35)

Hak dan kewajiban yang timbul dalam hubungan pasien dengan dokter meliputi 1) penyampaian informasi dan 2) penentuan tindakan. Pasien wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan keluhannya dan berhak menerima informasi yang cukup dari dokter (right to information) serta berhak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri (right to self determination). Di sisi lain dokter berhak mendapatkan informasi yang cukup dari pasien dan wajib memberikan informasi yang cukup pula sehubungan dengan kondisi serta akibat yang akan terjadi. Selanjutnya dokter berhak mengusulkan yang terbaik sesuai kemampuan dan penilaian profesionalnya (ability and judgement) dan berhak menolak bila permintaan pasien dirasa tidak sesuai dengan norma, etika serta kemampuan profesionalnya. Selain itu, dokter wajib melakukan pencatatan (rekam medik) dengan baik dan benar (Iswandari, 2006).

Menurut Budiarso (2007), pada beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah sakit selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku konsumen belum harmonis. Pada waktu memerlukan layanan kesehatan pada sebuah rumah sakit, seorang pasien hanya mempunyai hak untuk menentukan ke rumah sakit mana pasien tersebut akan pergi. Setelah itu pasien harus menurut tentang semua hal kepada dokter dan rumah sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dan pengobatan apa saja yang harus dijalaninya tanpa didengar pendapatnya. Namun saat ini sudah banyak dicapai kemajuan hubungan antara rumah sakit dan pasien, sudah merupakan kejadian yang biasa bahwa seorang pasien menuntut rumah sakit atas layanan yang dia terima. Akibat dari hal itu, dokter dan rumah sakit sudah lebih hati-hati dalam


(36)

melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah sakit berusaha benar untuk dapat diakreditasi disamping ini merupakan pengakuan atas kualitas produk jasa layanan kesehatan yang dihasilkan. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan ditanggung rumah sakit, di lain pihak pasien akan menikmati layanan kesehatan yang lebih meningkat mutunya.

Saat ini dinas kesehatan memang memiliki fungsi pengawasan. Akan tetapi, fungsi pengawasan ini belum dilaksanakan secara maksimal. Data menunjukkan dari 5.000 dokter yang memiliki izin praktek dari dinas kesehatan, hanya enam sampai tujuh dokter yang izinnya dicabut. Itu juga karena pindah kota. Jadi, bukan karena dokter tersebut terbukti melakukan malpraktek atau kelalaian (Kompas, 2003).

Moeloek (2006) dari Ikatan Dokter Indonesia menyatakan, tuntutan malpraktek harus dilihat kasus per kasus. Tidak bisa digeneralisasi secara keseluruhan seperti apa yang menjadi malpraktek dan mana yang bukan. Oleh sebab itu masalah malpraktek ini harus dilihat dari etika kedokteran, yang terkait dengan kemurnian niat, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmu, integritas sosial, kesejawatan, dan ketuhanan. Mengacu pada etika ini, tidak mungkin seorang dokter bermaksud jahat terhadap pasien. Batasan tegas seorang tenaga medis melakukan malpraktek adalah jika tindakan tenaga medis tersebut sudah melanggar standar prosedur. Masalahnya, saat ini setiap rumah sakit memiliki standar of procedure (SOP) yang berbeda-beda, tergantung fasilitas yang dimilikinya. Sehingga tidak bisa disalahkan jika dokter tidak melakukan SOP yang sama di rumah sakit yang berbeda.


(37)

Jika ternyata masyarakat menemukan kasus-kasus yang dianggapnya malpraktek, dapat membawa masalah ini ke Majelis Kode Etik Kedokteran (Kompas, 2003).

2.3. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medis

Rekam medis merupakan salah satu unsur dalam “trilogi rahasia medis”. Data yang terdapat pada berkas rekam medis bersifat rahasia (confendential). Karena hubungan dokter dengan pasien bersifat pribadi dan khusus, maka segala sesuatu yang dipercayakan pasien kepada dokternya harus dilindungi terhadap pengungkapan lebih lanjut (Guwandi, 2005).

Dalam pelayanan kedokteran yang dilakukan di rumah sakit maupun praktek pribadi, peranan pencatatan rekam medis sangat penting dan sangat melekat dengan kegiatan pelayanan. Sehingga ada ungkapan bahwa rekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter menerima pasien (Hanafiah dan Amir, 1999).

Peranan dokter dalam pengisian rekam medis lebih banyak dalam proses perekaman kegiatan medis, dimana dokter merupakan penanggung jawab pengisian rekam medis. Pengisian rekam medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta formulir rekam medis yang tersedia (Basbeth, 2005).

Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien, dimana informasi mengenai identitas pasien, anamnese, diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, terapi dicatat didalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu dibuat lembaran ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan


(38)

poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP), yang berisi data pasien serta ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien/keluarganya, tingginya biaya pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia diseluruh dunia. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya berisikan kewajiban-kewajian dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga belum memuat semua hak dan kewajiban pasien.

Banyaknya kasus kelalaian dan malpraktik menandakan bahwa perlindungan konsumen kesehatan di Indonesia kurang baik. Padahal, UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen telah mengatur hak-hak konsumen dan sanksi yang ditetapkan kepada badan usaha yang merugikan konsumen. Namun, sering kali dokter tidak dianggap sebagai badan usaha, sehingga tidak terkena aturan tersebut. Selain itu, tindakan kelalaian dan malpraktik sering kali sulit dibuktikan, karena pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit dan tindakan medis yang dilakukan dokter terhadapnya.


(39)

Menurut Guwandi (2005) bahwa pokok yang terpenting dari suatu rekam medis adalah bisa merupakan suatu dokumen yang bersifat legal. Dengan demikian maka rekam medis ini menjadi sesuatu yang esensial pada pembelaan tuntutan malpraktek medis. Hal ini menjadi bertambah penting karena tuntutan demikian banyak terjadi setelah 2 sampai 5 tahun kemudian. Dengan akibat bahwa rekam medis rumah sakit seringkali merupakan hanya satu-satunya catatan yang dapat memberikan informasi mendetail tentang apa yang sudah terjadi dan dilakukan selama pasien itu dirawat di rumah sakit. Orang-orang yang telah ikut dalam pemberian perawatan tersebut kemungkinan juga tidak bisa dihadirkan lagi sebagai saksi untuk pembelaan tertuduh.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan dari undang-undang tersebut adalah:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri,

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa,

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen,

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,


(40)

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

Menurut Depkes.RI (1997) tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis oleh staf lain rumah sakit dia mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medik seperti riwayat penyakit, pemeriksaan penyakit, pemeriksaan fisik dan ringkasan keluar (resume).

Dalam pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia (2008) disebutkan bahwa rumah sakit melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat/mengisi rekam medis. Petugas yang membuat/mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya meliputi:

a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit

b. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit

c. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik

d. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang langsung terlihat di dalam antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata rontgen, rehabilitasi medis dan lain sebagainya.


(41)

e. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.

Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien. Selain itu juga sebagai sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 1997).

Penyajian informasi harus disesuaikan dengan nilai kegunaan, kedudukan dan fungsi masing-masing bagian. Dokter misalnya, tidak membutuhkan laporan keuangan pelayanan kesehatan. Begitu pula dengan manajer yang perlu mengetahui informasi dalam bentuk laporan dan statistik dari masing-masing bagian untuk mendukung dalam pengambilan keputusan. Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisis secara formal, dengan cara yang benar dan secara efektif, sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan manajemen (Sabarguna, 2005).

Dalam buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia (1997) disebutkan tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan kesehatan di rumah sakit tanpa didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam medik yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi dirumah sakit akan berhasil sebagaiman yang diharapkan.


(42)

Hatta (2008), dasar pemikiran tentang pentingnya kelengkapan rekam medis rumah sakit mengacu kepada Permenkes 269 tahun 2008 dalam bab 5 pasal 13 menyebutkan rekam medis dapat dimanfaatkan sebagai: (a) pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, (b) alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi, (c) keperluan pendidikan dan penelitian, (d) dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan, dan (e) data statistik kesehatan.

Di antara semua manfaat rekam medis, yang terpenting adalah aspek legal rekam medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam rekam medis, petugas hukum dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut.

2.4. Karakteristik Individu

Faktor karakteristik yang terkait dengan kinerja (Gibson, 1996) yang diimplementasikan dalam pelayanan kesehatan antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan dan lama kerja.

2.4.1. Usia

Menurut Siagian (2002) karakteristik dari individu yang bersifat khas salah satunya adalah usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan usia dengan tingkat


(43)

kedewasaan seseorang, yang dimaksud disini adalah kedewasaan teknis yaitu keterampilan melaksanakan tugas.

2.4.2. Jenis Kelamin

Implikasi jenis kelamin para pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siagian (2002)

2.4.3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang sampai mendapatkan sertifikat kelulusan/ijazah, baik itu pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemapuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu usaha pembentukan watak yaitu nilai dan sikap disertai dengan kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan ketrampilan.

Seperti diketahui bahwa pendidikan formal penduduk di Indonesia umumnya tingkat sekolah dasar dan menengah. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik sehingga memungkinkan untuk menyerap informasi-informasi juga dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi informasi-informasi atau setiap masalah yang dihadapi.


(44)

2.4.4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakuan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.

Pengetahuan/kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek), interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus, evaluation, (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, dan trial, dimana seseorang telah mencoba berprilaku baru (adaption), dimana seseorang telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dengan sikapnya dengan stimulus.

Notoatmodjo (2002), mengemukakan bahwa penilaian pengetahuan dapat dikategorisasi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

a. Tinggi apabila > 75% responden memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden yang benar diatas 75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan tinggi.

b. Sedang apabila 40% - 75% responden memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban


(45)

responden yang benar antara 40% - 75% maka dikategorikan memiliki pengetahuan sedang.

c. Rendah apabila 40% responden memberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang diajukan, atau dengan kata lain bahwa apabila jumlah jawaban responden yang benar dibawah 40% maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah.

2.4.5. Lama Kerja

Dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena masa kerja merupakan salah satu indikator kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi organisasional seperti produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.

Tenaga dokter yang sudah lama bertugas diharapkan semakin baik perannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi jika tidak didukung dengan adanya pembinaan atau latihan tentang pengelolaan berkas rekam medis akan terjadi sebaliknya yaitu dokter semakin menurun kinerjanya dalam penyelenggaraan kesehatan.

Penelitian Chairunnisa (2001) tentang kajian aspek kelengkapan dan legalitas mutu rekam medis Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, menyimpulkan dalam pengelolaan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita beberapa formulir tidak diisi dengan lengkap dan legal sehingga tidak memenuhi standar rekam medis rawat inap sebagaimana ditetapkan. Ditemukan juga beberapa faktor yang


(46)

mempengaruhi pengisian formulir rekam medis. Faktor-faktor tersebut berupa sumber daya tenaga, sarana/prasarana, biaya dan prosedur yang ada. Untuk meningkatkan kelengkapan dan legalitas isi rekam medis, panitia rekam medis harus lebih aktif melakukan pertemuan antar unit. Keberadaan unit yang memberikan perlindungan hukum di rumali sakit tampaknya sangat diperlukan

2.5. Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Yang dimaksud dengan kinerja adalah produk atau jasa yang dihasilkan melalui aktivitas dalam suatu proses kerja oleh seseorang atau sekelompok orang, hasil kerja tersebut sesuai dengan standart dan kriteria yang telah ditentukan.

Kinerja yang berbeda antara pekerja satu dengan pekerja lainnya secara garis besar dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor-faktor individu dan faktor-faktor situasi. Hal ni dapat dijelaskan bahwa prestasi yang dicapai antara pegawai tersebut berbeda karena adanya faktor-aktor individu yang berbeda karena adanya pekerjaan kemampuan dan faktor individu lainnya. Faktor-aktor situasi juga berpengaruh pada tingkat kinerja yang dicapai seseorang dalam situasi yang mendukung seperti kondisi ruangan yang tenaga, gaya kepemimpinan yang positif, pengakuan atas pendapat sistem kerja yang baik

Kinerja berarti harus mempunyai daya tahan terhadap tekanan. Setiap anggota organisasi selalu mendapat tekanan baik dari dalam diri maupun dari luar. Sehingga


(47)

perlu menemukan cara efektif untuk meningkatkan daya tahan anggota organisasi untuk menhadapi dan mengatasi tekanan yang timbul.

Pengukuran kinerja dokter dalam pengisian rekam medis di rumah sakit merupakan salahsatu upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Pengelolaan rekam medik yang baik dan benar perlu didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan staf sub bagian rekam medis, peningkatan fungsi dan peran panitia rekam medis, peningkatan kompensasi, peningkatan disiplin waktu kerja, peningkatan sosialisasi buku pedoman pengelolaan rekam medis, peningkatan prasarana fisik dan sarana, dilaksanakan sistim pemberian penghargaan dan teguran terhadap petugas yang telah melaksanakan pengelolaan dengan baik dan tidak baik serta untuk masa akan datang digunakan sistim komputerisasi rekam medis dimana bila salah satu petugas tidak mengisi rekam medis maka secara otomatis jasa produksi tak keluar (Depkes RI, 1997).

Di institusi pelayanan kesehatan rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan, karena di dalam rekam medis berisi data klinis pasien selama proses diagnosis dan pengobatan (treatment). Oleh karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat untuk setiap pasien dan setiap petugas kesehatan wajib mengisi rekam medis dengan benar, lengkap dan tepat waktu. Dengan berkembangnya evidence based medicine dimana pelayanan medis yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medis yang berkualitas


(48)

terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data klinis dari rekam medis. Data klinis yang bersumber dari rekam medis semakin penting dengan berkembangnya rekam medis elektronik, dimana setiap entry data secara langsung menjadi masukan (input) dari sistem/manajemen informasi kesehatan.

Manajemen informasi kesehatan adalah pengelolaan yang memfokuskan kegiatannya pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menerjemahkannya ke berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan, pasien dan masyarakat. Penanggung jawab manajemen informasi kesehatan berkewajiban untuk mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data pelayanan kesehatan primer dan sekunder, mendesiminasi informasi, menata sumber informasi bagi kepentingan penelitian, pendidikan, perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi.

Rekam medis sangat terkait dengan manajemen informasi kesehatan karena data-data di rekam medis dapat dipergunakan sebagai (a) alat komunikasi (informasi) dan dasar pengobatan bagi dokter, dokter gigi, (b) dalam memberikan pelayanan medis, (c) masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi (data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen rumah sakit, (d) masukan untuk menghitung biaya pelayanan, (d) bahan untuk statistik kesehatan, dan (e) sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data.Agar data di rekam medis dapat memenuhi permintaan informasi diperlukan standar universal yang meliputi :


(49)

(a) struktur dan isi rekam medis, (b) keseragaman dalam penggunaan simbol, tanda, istilah, singkatan dan ICD, dan (c) kerahasiaan dan keamanan data (Hatta, 2008).

Penelitian Setyawan (2005) tentang pengelolaan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta menyimpulkan pengisian berkas rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta yang dilakukan oleh tenaga pelaksana belum dilaksanakan dengan baik, karena masih ada beberapa tenaga medik, maupun tenaga paramedis yang belum sempurna dalam melakukan pengisian karena kendala-kendala yang ada. Untuk mengatasi hat tersebut, prosedur pengelolaan rekam medis yang sudah bagus terutama untuk rawat inap memang perlu setiap kali disosialisasikan khususnya kepada tenaga pelaksana rekam medis di Rumah Sakit Haji Jakarta.

Penelitian Kodyat (2005) tentang pemanfaatan rekam medik sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan manajemen rawat inap di Rumah Sakit Puri Cinere, menyimpulkan bahwa dengan bergesernya paradigma baru pengelolaan rekam medik, sudah dituntut agar rekam medik harus diolah secara profesional untuk memperoleh baik informasi manajemen yang berguna untuk perencanaan dan pengembangan rumah sakit, dan infornasi untuk pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu.

2.6. Landasan Teori

Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh dokter merupakan salah satu indikator kinerja dokter dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Adanya fenomena tentang berkas rekam medis rumah sakit yang tidak lengkap di isi


(50)

oleh dokter, merupakan bukti empiris yang menunjukkan rendahnya kinerja dokter dalam melakukan pengisian berkas rekam medis.

Mengacu kepada pendapat Gibson (1987) yang telah diuraikan pada latar belakang, bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain faktor individu. Maka dalam konteks pengelolaan rekam medis di rumah sakit, faktor individu yang diamati adalah: usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan lama kerja.

Secara skematis teori Gibson (1996) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dapat dilihat pada Gambar 2.1

KINERJA

Faktor Psikologis − Persepsi

− Sikap − Kepribadian − Motivasi Faktor Individu

- Kemampuan dan Keterampilan

(mental dan fisik)

- Latar Belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman) - Demografis (umur,

etnis, jenis kelamin)

Faktor Organisasi - Kepemimpinan - Imbalan

- Prosedur Tetap - Struktur - Sumber daya - Supervisi - Kontrol

Gambar 2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja Menurut Gibson

Berdasarkan skema pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dokter dalam pengisian rekam medis yang mempunyai karakteristik usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan yang sesuai, pengetahuan


(51)

yang memadai, serta pengalaman (lama kerja) akan menentukan kelengkapan rekam medis di rumah sakit.

Adanya permasalahan seperti berkas rekam medis yang tidak lengkap, terkait dengan sistem pengelolaan berkas rekam medis kiranya perlu dilakukan telaah lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu terhadap kinerja dokter di rumah sakit, dengan melihat variabel-variabel yang diuraikan pada kerangka konsep penelitian.

2.7. Kerangka Konsep

Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut.

Karakteristik Dokter - Usia

- Jenis Kelamin - Pendidikan - Pengetahuan - Lama kerja

Kinerja Dokter

dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory atau penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilaksanakan penelitian yang serupa.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan survey awal sampai seminar hasil penelitian direncanakan berlangsung selama 2 bulan, yaitu dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan Maret 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga dokter (dokter spesialis dan dokter umum) yang bertugas di RSUD Idi, Kabupaten Aceh Timur sebanyak 30 orang.


(53)

3.3.2. Sampel

Sesuai dengan kepentingan penelitian bahwa tenaga dokter (dokter spesialis dan dokter umum) yang terkait dengan pengisian rekam medis. Berdasarkan data dari Bidang Kepegawaian RSUD Idi, Kabupaten Aceh Timur (2010) diperoleh jumlah tenaga dokter sebanyak 30 orang. Mengingat jumlah populasi relatif kecil maka seluruh populasi diambil sebagai sampel (sampel jenuh).

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian, serta didukung studi dokumentasi tentang karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja pengetahuan), dengan penjelasan kuesioner secara lengkap sebagai acuan pewawancara dalam melakukan wawancara dan melakukan observasi terhadap kartu rekam medis. Data primer berikutnya adalah hasil pemeriksaan langsung terhadap sampel berkas rekam medis pasien unit rawat inap yang disesuaikan dengan pasien yang ditangani oleh sampel dokter yang menjadi responden.

3.4.2. Ujicoba Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan) untuk digunakan dalam wawancara dengan responden. Oleh karena itu perlu dilakukan ujicoba pada kelompok yang menyerupai responden penelitian sebelum digunakan pada penelitian sebenarnya.


(54)

Sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat (Gozhali, 2005). Instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur

Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Corelation Coeficient ( r ), dengan ketentuan : a) Bila r hitung > t tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r hitung < t tabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Gozhali, (2005) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach's Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan : a) Jika nilai r Alpha > r tabel maka dinyatakan reliable danb) Jika nilai r Alpha < r tabel maka dinyatakan tidak reliable.

Setelah dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan pada variabel pengetahuan dokter terhadap kinerja dalam kelengkapan pengisian


(55)

rekam medis valid dan reliabel untuk digunakan pada penelitian ini, hasil perhitungan (lampiran 2) dengan hasil berikut :

Tabel 3.1. Validitas Variabel Pengetahuan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0.6853 0.444 Valid 2 0.6306 0.444 Valid 3 0.7487 0.444 Valid 4 0.7252 0.444 Valid 5 0.5330 0.444 Valid 6 0.4764 0.444 Valid 7 0.5081 0.444 Valid 8 0.5429 0.444 Valid 9 0.5963 0.444 Valid 10 0.6232 0.444 Valid 11 0.4901 0.444 Valid 12 0.5384 0.444 Valid 13 0.5933 0.444 Valid 14 0.7009 0.444 Valid 15 0.7601 0.444 Valid 16 0.7601 0.444 Valid Sumber : hasil penelitian, 2010

Berdasarkan Tabel 3.1. diatas dapat dilihat bahwa seluruh variabel pengetahuan sebanyak 16 soal mempunyai nilai r-hitung >0,444 (r-tabel) dengan nilai Cronbach Alpha 0.9209, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan valid dan reliable.

3.4.3. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari registrasi dan laporan pelayanan di RSUD Idi, Kabupaten Aceh Timur.


(56)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. Usiaadalah umur dokter yang bertugas di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur serta melakukan pengisian berkas rekam medis.

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin dokter yang bertugas di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur serta melakukan pengisian berkas rekam medis.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang terakhir pernah ditempuh dokter yang bertugas di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.

4. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan dokter mengenai pelaksanaan kegiatan pengelolaan pengisian berkas rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur. 5. Lama kerja adalah masa kerja dokter di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur, yang

dihitung dari pertama kali responden menjadi dokter rumah sakit sampai saat penelitian.

6. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya melalui aktivitas dalam suatu proses kerja serta dibandingkan dengan standar dan kriteria tang telah ditentukan.

Kinerja dokter dalam melengkapi berkas rekam medis adalah persentase jumlah item rekam medis yang di isi oleh dokter dibandingkan dengan item yang harus di isi dalam berkas rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.


(57)

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel karakteristik individu dokter (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan lama kerja) menggunakan skala ordinal.

Adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a) Variabel karakteristik individu dokter (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan lama kerja) dalam pengisian rekam medis dikembangkan berdasarkan kepentingan penelitian, khusus variabel pengetahuan dikembangkan menjadi 16 pertanyaan (berdasarkan pendapat Gibson (1996) tentang faktor karakteristik.

b) Setiap pertanyaan mempunyai 2 (dua) pilihan jawaban.

c) Setiap pilihan jawaban diberi bobot nilai (skor) dengan ketentuan sebagai berikut: jawaban ”Ya” diberi bobot nilai = 2, sedangkan jawaban “Tidak” diberi bobot nilai = 1

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Nama

Variabel Indikator Bobot nilai Skor Kategori

Skala Ukur

Usia - - - < Usia rata-rata

Usia rata-rata Interval Jenis Kelamin - - - a. Laki-laki

b. Perempuan Nominal

Pendidikan - - -

a. Dokter Spesialis b. Dokter Umum

Nominal Ya =2 24-32 a.Baik

Pengeta huan 16 Tidak =1

16-23 b.Tidak baik Interval Lama Kerja - - - ≤ 5 tahun


(58)

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat (kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis) dilakukan dengan mengambil 15 berkas rekam medis pasien sesuai dengan dokter yang mengisi rekam medis tersebut. Masing-masing rekam medis ditelaah setiap item yang di isi dan yang tidak di isi. Dari 15 rekam medis masing-masing dokter dibuat persentase kelengkapan berdasarkan rata-rata jumlah item yang di isi pada setiap rekam medis.

Selanjutnya dilakukan pengkategorian menggunakan skala pengukuran ordinal, di mana pengukurannya dilakukan dengan membagi masing-masing varibabel ke dalam 2 kategori, yaitu lengkap, dan tidak lengkap. Penilaian kategori tersebut dilakukan berdasarkan hasil check list terhadap berkas rekam medis pasien di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur.

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel Jumlah Indikator

Bobot nilai indikator

tertinggi

Kategori Skala ukur 8-16 Lengkap

Kinerja Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam

Medis

16

0-7 Tidak lengkap


(59)

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik pada α=5% untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan lama kerja) terhadap kinerja dokter dalam melengkapi berkas rekam medis di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur, dengan persamaan sebagai berikut:

Y = b0 + bIX1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Di mana :

Y = Kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian berkas rekam medis X1 = Usia

X2 = Jenis Kelamin

X3 = Pendidikan

X4 = Pengetahuan

X5 = Lama kerja

b0 = Intercept

b1 – b5 = Koefisien Regresi

e = error of term

Kriteria pengambilan kesimpulan dari uji regresi logistik adalah sebagai berikut : a. Jika thitung < ttabel 5% maka hipotesis bahwa variabel X mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Y ditolak.

b. Jika thitung≥ ttabel 5% maka hipotesis bahwa variabel X mempunyai pengaruh yang


(60)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Idi didirikan pada tanggal 12 Desember 1959 di atas areal tanah seluas 2.270 m2. Pada tahun 1973 terjadi peralihan menjadi Puskesmas Idi Rayeuk. Selanjutnya pada tahun 2006 oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor 035 tanggal 14 Maret tahun 2006 tentang pembentukan susunan organisasi pelayanan kesehatan Puskesmas Idi Rayeuk berubah statusnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur.

4.1.1. Tugas dan Fungsi RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur

Berdasarkan Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor 035 tanggal 14 Maret tahun 2006 pasal 4 menyebutkan tugas pokok RSUD Idi adalah: menyelenggarakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan dan melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut di atas, maka RSUD Idi mempunyai fungsi :

a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis


(61)

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

h. Menyelenggarakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugasnya

4.1.2. Susunan Organisasi dan Administrasi RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur Susunan kepegawaian di RSUD idi Kabupaten Aceh Timur terdiri dari : - Direktur

- Sub Bagian Tata Usaha

- Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Anggaran - Seksi Keperawatan

- Seksi Pelayanan Medis

- Kelompok Jabatan Fungsional - Instalasi

- Dewan Penyantun - Satuan Pengawas Intern

Adapun tugas pokok dan fungsi pejabat struktural maupun fungsional sesuai dengan Peraturan Bupati tersebut di atas bahwa secara keseluruhan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan memiliki tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi


(62)

baik pengelolaan program, sumber daya manusia dan peralatan rumah sakit secara teknis operasional, bertnggung jawab kepada Bupati AcehTimur.

4.1.3. Tenaga Para Medis/Non Medis/Tenaga Administrasi dan Tenaga lainnya di RSUD Idi Kabupaten Aceh Timur

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum maupun peserta asuransi kesehatan dilaksanakan oleh tenaga para medis maupun tenaga kesehatan lainnya yang berjumlah 124 orang yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 4.1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur

No Jenis Tenaga Jumlah

PNS Honor

1 Dokter Spesialis 3 4

2 Dokter Umum 23

3 Dokter Gigi 3

4 Apoteker 1

5 S.1 Keperawatan 1

6 S.1 Kesehatan Masyarakat 5 2

7 D.IV Kebidanan 1

8 D III Analis 2

9 D III Gizi 1

10 D III Apikes 1

11 D III Keperawatan 37 9

12 D III Kebidanan 2

13 D III Penata Rontgen 2

14 Bidan 8

15 SPK 19 7

16 SPRG 1

17 SAA/SMF 2 1

18 Pekarya 3

19 SMA/sederajat 8 1

20 SMP/Sederajat 2 1

21 SD/Sederajat 1 3

Jumlah 124 30


(63)

4.2. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah dokter yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur. Karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur

No Karakteristik Jumlah Persentase

(%) 1. Usia

≤ 40 tahun 15

50.0

> 40 tahun 15

50.0

Jumlah 30 100.0

2 Jenis Kelamin Laki-laki

21 70.0

Perempuan 9 30.0

Jumlah 30 100.0

3. Pendidikan

Dokter Umum 23 76.7

Dokter Spesialis 7 23.3

Jumlah 30 100.0

4. Lama kerja

< 5 Tahun 16 53.3

≥ 5 Tahun 14 46.7


(64)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui responden yang berusia diatas 40 tahun sebanyak 50.0%. Responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu 70.0%. Responden dengan tingkat pendidikan Dokter Umum lebih banyak daripada pendidikan Dokter spesialis, yaitu 76.7%. Responden yang mempunyai lama kerja dibawah 5 tahun lebih banyak daripada masa kerja diatas 5 tahun, yaitu 53.3%.

4.3. Pengetahuan

Berdasarkan aspek pengetahuan dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur

Jawaban

Ya Tidak Jumlah

No Pengetahuan dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis

n % n % n %

1

Apakah Bapak/Ibu dalam memeriksa pasien harus mencatat ke dalam rekam medis

20 66.7 10 33.3 30 100.0

2

Apakah Bapak/Ibu memberi catatan medik bila terdapat hal-hal perlu tentang

kesadaran pasien 21 70.0 9 30.0 30 100.0 3

Apakah Bapak/Ibu memberi catatan medik bila terdapat hal-hal perlu tentang kondisi kepala dan leher pasien

14 46.7 16 53.3 30 100.0

4

Apakah Bapak/Ibu memberi catatan medik bila terdapat hal-hal perlu tentang kondisi dada pasien

11 36.7 19 63.3 30 100.0

5

Apakah Bapak/Ibu memberi catatan medik bila terdapat hal-hal perlu tentang keadaan abdomen pasien


(1)

Pendidikan * Kinerja

Crosstab

14 9 23

12.3 10.7 23.0 87.5% 64.3% 76.7% 46.7% 30.0% 76.7%

2 5 7

3.7 3.3 7.0

12.5% 35.7% 23.3% 6.7% 16.7% 23.3%

16 14 30

16.0 14.0 30.0 100.0% 100.0% 100.0% 53.3% 46.7% 100.0% Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Dokter Umum

Dokter Spesialis Pendidikan

Total

Tidak Lengkap

Kurang Lengkap Kinerja

Total

Chi-Square Tests

2.249b 1 .134

1.139 1 .286

2.291 1 .130

.204 .143

2.174 1 .140

30 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.27.


(2)

Pengetahuan * Kinerja

Crosstab

13 8 21

11.2 9.8 21.0 81.3% 57.1% 70.0% 43.3% 26.7% 70.0%

3 6 9

4.8 4.2 9.0

18.8% 42.9% 30.0% 10.0% 20.0% 30.0%

16 14 30

16.0 14.0 30.0 100.0% 100.0% 100.0% 53.3% 46.7% 100.0% Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Tidak Baik

Baik Pengetahuan

Total

Tidak

Lengkap Lengkap Kinerja

Total

Chi-Square Tests

2.066b 1 .151

1.078 1 .299

2.088 1 .148

.236 .150

1.997 1 .158

30 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.20.


(3)

Lama Kerja * Kinerja

Crosstab

9 2 11

5.9 5.1 11.0

56.3% 14.3% 36.7% 30.0% 6.7% 36.7%

7 12 19

10.1 8.9 19.0 43.8% 85.7% 63.3% 23.3% 40.0% 63.3%

16 14 30

16.0 14.0 30.0 100.0% 100.0% 100.0% 53.3% 46.7% 100.0% Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total Count

Expected Count % within Kinerja % of Total < 5 Tahun

>= 5 Tahun Lama

Kerja

Total

Tidak

Lengkap Lengkap Kinerja

Total

Chi-Square Tests

5.662b 1 .017

3.999 1 .046

6.016 1 .014

.026 .021

5.473 1 .019

30 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.13.


(4)

Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi

Logistic Regression

Block 1: Method = Enter

Model Summary

22.610a .466 .623

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

12 4 75.0

2 12 85.7

80.0 Observed

Tidak Lengkap Kurang Lengkap Kinerja

Overall Percentage Step 1

Tidak Lengkap

Kurang Lengkap Kinerja

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

2.918 1.425 4.191 1 .041 18.498 1.132 302.153

-1.445 1.619 .797 1 .372 .236 .010 5.630

3.030 1.536 3.891 1 .049 20.690 1.020 419.828

3.388 1.626 4.342 1 .037 29.603 1.223 716.672

4.021 1.945 4.271 1 .039 55.743 1.231 2524.645

-18.849 7.212 6.831 1 .009 .000

usia gender didik lamker tahu Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usia, gender, didik, lamker, tahu. a.


(5)

Block 1: Method = Enter

Model Summary

23.467a .451 .602 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

16 0 100.0

5 9 64.3

83.3 Observed

Tidak Lengkap Kurang Lengkap Kinerja

Overall Percentage Step 1

Tidak Lengkap

Kurang Lengkap Kinerja

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

2.616 1.335 3.840 1 .050 13.676 1.000 187.118 2.612 1.403 3.464 1 .063 13.623 .871 213.188 2.604 1.221 4.543 1 .033 13.512 1.233 148.060 3.272 1.641 3.975 1 .046 26.358 1.057 657.387 -17.120 6.476 6.990 1 .008 .000

usia didik lamker tahu Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper 95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: usia, didik, lamker, tahu. a.

Block 1: Method = Enter

Model Summary

32.346a .262 .350 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. a.


(6)

Classification Tablea

13 3 81.3

5 9 64.3

73.3 Observed

Tidak Lengkap Kurang Lengkap Kinerja

Overall Percentage Step 1

Tidak Lengkap

Kurang Lengkap Kinerja

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

2.025 .870 5.424 1 .020 7.579 1.378 41.671

1.796 1.277 1.979 1 .159 6.028 .493 73.646

-6.417 2.882 4.957 1 .026 .002

lamker tahu Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: lamker, tahu. a.

Block 1: Method = Enter

Model Summary

34.746a .200 .268

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a.

Classification Tablea

12 4 75.0

4 10 71.4

73.3 Observed

Tidak Lengkap Kurang Lengkap Kinerja

Overall Percentage Step 1

Tidak Lengkap

Kurang Lengkap Kinerja

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

2.015 .827 5.941 1 .015 7.500 1.484 37.905

lamker Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009

3 56 121

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008

2 48 123

ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM MENGISI REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN Analisis Kepatuhan Dokter Dalam Mengisi Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boyolali.

2 8 15

PENDAHULUAN Analisis Kepatuhan Dokter Dalam Mengisi Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boyolali.

0 6 6

ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM MENGISI REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN Analisis Kepatuhan Dokter Dalam Mengisi Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boyolali.

0 4 19

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 18

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 2

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis dengan di Moderasi Karakteristik Individu (Studi di Rumah Sakit Islam Unisma Malang)

0 1 9

TESIS UPAYA PENINGKATAN KINERJA DOKTER BERDASARKAN HASIL ANALISIS RISK AWARENESS DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA SIDOARJO

0 0 19

TESIS UPAYA PENINGKATAN KINERJA DOKTER BERDASARKAN HASIL ANALISIS RISK AWARENESS DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA SIDOARJO

0 4 18