Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008

(1)

Elynar Lubis : Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, 2009

USU Repository © 2008

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN

REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) TAHUN 2008

TESIS

Oleh

ELYNAR LUBIS 067012007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Elynar Lubis : Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, 2009

USU Repository © 2008

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN

REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan ( M Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh ELYNAR LUBIS

067012007/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Elynar Lubis : Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, 2009

USU Repository © 2008

Judul Tesis : Pengaruh karakteristik individu dan motivasi

ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) tahun 2008

Nama Mahasiswa : Elynar Lubis

Nomor Induk : 067012007

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. IdaYustina, Msi) Ketua

(Drs. Amru Nasution, M Kes) Anggota

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T Chairun Nisa, B, MSc)


(4)

Elynar Lubis : Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, 2009

USU Repository © 2008

Telah diuji pada tanggal : 25 Februari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ida Yustina, MSi

Anggota : 1. Drs.Amru Nasution, M Kes

2. Prof. dr. Aman Nasution, MPH


(5)

Elynar Lubis : Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, 2009

USU Repository © 2008

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN

REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) TAHUN 2008

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 25 Februari 2009.

Elynar Lubis


(6)

i

ABSTRAK

Salah satu indikator untuk menunjukkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medis yang baik dan lengkap. Survei awal yang dilakukan pada tiga rumah sakit PTPN IV, menunjukkan kelengkapan pengisian rekam medis masih jauh dari standar Depkes, berturut-turut Rumah Sakit Pabatu 18 %, Rumah Sakit Laras 26 %, Rumah Sakit Balimbingan 11 % Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis tersebut sebagian besar terdapat pada kolom catatan yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik responden dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap. Jenis penelitian ini explanatory research. Populasi penelitian adalah 45 dokter tenaga tetap, honorer dan konsultan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi, serta analisa data menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis adalah kondisi kerja dengan nilai p =0,001 < p = 0,05 dan supervisi dengan nilai p = 0,047 < p = 0,05 .

Disarankan kepada ketiga Rumah Sakit PTPN IV agar meningkatkan kondisi kerja dan melakukan supervisi berkala untuk pengisian rekam medis, mempunyai bagan organisasi sesuai dengan standar Depkes yang mempunyai komite medik di tiap rumah sakit untuk melakukan pengawasan rekam medis.


(7)

ii

ABSTRACT

One of the indicators showing the quality of health service in a hospital is the data or information obtained from a good and complete medical record. Initial survey conducted in three hospitals of PTPN IV shows that the completeness of filling out the medical record Pabatu Hospital is 18 %, Laras Hospital is 26 %, Balimbingan Hospital is 11 % respectively. This result is still far from the standard decided by the Ministry of Health. Most of the incompleteness of filling out the medical record is found in the column of note which should be filled out by the doctor who takes the medical action.

The purpose of this explanatory reseach study is to analyze the influence of the characteristics of respondents and extrinsic motivation on the doctor’s performance in completing the filling out of the medical record of in- patient patients. The population of this study is 45 doctors with permanent, part–time and consultant status. The data for this study were obtained through interviews and observations. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test.

The result of this study shows that the variables which have an influence on the doctor’s performance in the completeness of filling out the medical record are work condition with p = 0,001 < p = 0,05 and supervision with p = 0,047 < p = 0,05.

The three hospitals of PTPN IV is suggested to improve their work condition and provide periodic supervision for medical record completion, have the chart of organization according to the standard set by the Ministry of Health having a medical committee in each hospital to implement a medical record control.

Key words : Medical record, performance


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas segala Rahmat dan Karunianya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul : “Pengaruh karakteristik individu dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) tahun

2009”.

Penulisan tesis merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairudin P Lubis, DTM & H, SpA (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.

Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B MSc, beserta staf yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Dr. Drs. Surya Utama, MS, beserta staf yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan sarana untuk penyelesaian tesis ini.


(9)

iv

Ketua komisi pembimbing Prof. Dr. Ida Yustina, MSi yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran demi selesainya tesis ini.

Drs. Amru Nasution, M Kes selaku anggota pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga selesainya tesis ini.

Prof. dr. Aman Nasution, MP, dr Yulianti, SpP MARS, dr. Fauzi SKM, dan Dr. Khaira Amalia F.,SE.Ak,MBA,MAPPI (Cert) selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini .

Direktur Sumber Daya Manusia & Umum Bapak Rusdi Lubis, SH MMA dan Kepala bagian SDM PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ibu Ir. Deriati, MM yang telah memberikan izin dan dorongan untuk mengikuti pendididikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ibu dr. Sri Sulastri selaku Manajer Rumah Sakit Pabatu beserta seluruh karyawan Rumah Sakit Pabatu yang telah banyak membantu dalam mendapatkan data bagi penyelesaian tesis ini.

Bapak dr. Mazrisyaf Muaz selaku Manajer Rumah Sakit Laras beserta seluruh karyawan Rumah Sakit Laras yang telah banyak membantu dalam mendapatkan data bagi penyelesaian tesis ini.

Bapak drg. Syaiful Anwar Nasution selaku Manajer Rumah Sakit Balimbingan beserta seluruh karyawan Rumah Sakit Balimbingan yang telah banyak membantu dalam mendapatkan data bagi penyelesaian tesis ini.


(10)

v

Terima kasih tak terhingga kepada adik – adik serta seluruh keluarga besar almarhum H. M. Rasyid Lubis yang memberikan dukungan do’a, nasihat serta dukungan moril dan materil yang terus menerus sehingga selesainya tesis ini.

Terima kasih tak terhingga kepada rekan- rekan di bagian SDM PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) , Bapak M. Usman Nasution, Bapak Rahmad Abadi, Bapak Eka Priari, Saudara Swelli Sholihah, Saudara Sugito, Saudara Sunarko, Saudara Yurlansyah, Saudara T Nurdiana, Saudara Indah.

Terima kasih kepada rekan-rekan di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan do’a, nasihat serta dukungan moril dan materil sehingga selesainya tesis ini, terutama sahabatku Erika.

Penulis menyadari penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya masukan dan saran untuk kesempurnaan penulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Februari 2009 Penulis


(11)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : ELYNAR LUBIS

Tempat/ tanggal lahir : Medan 18 November 1958 Agama : Islam

Riwayat Pendidikan

1965 – 1971 : SD Y. P. Medan Putri Medan 1971 – 1974 : SMP Negeri I Medan

1974 – 1977 : Sekolah Asisten Apoteker Nasional Surakarta.

1977 – 1983 : Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2006 – 2009 : Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Pekerjaan

1987 – 1990 : Staf Bagian Kesehatan & Lingkungan PTP VI

1990 - 1994 : Apoteker Rumah Sakit Tinjowan Kabupaten Simalungun 1994 - 2004 : Staf Penunjang Medis Rumah Sakit Pabatu

2004 – 2005 : Kepala Dinas Penunjang Medis Rumah Sakit Laras 2005 – sekarang : Kepala Urusan Kesehatan PTPN IV


(12)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar belakang...1

1.2 Permasalahan ...8

1.3 Tujuan penelitian... 9

1.4 Hipotesis penelitian...9

1.5 Manfaat penelitian...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

2.1 Rumah sakit...10

2.1.1 Mutu pelayanan rumah sakit ...11

2.1.2 Dokter...12

2.1.3 Rekam Medis ...14

2.1.3.1 Sejarah Rekam Medis ...15

2.1.3.2 Kegunaan Rekam Medis ...17

2.1.3.3 Pemilik dan penyimpanan rekam medis ...19

2.2 Kinerja...20

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja...21

2.2.2 Motivasi ...23

2.2.2.1 Jenis-jenis Motivasi...25

2.2.2.2 Teori motivasi dua faktor dari Hezberg ...26

2.3 Landasan teori ...27

2.4 Kerangka konsep...29

BAB III METODE PENELITIAN ...30


(13)

viii

3.2 Lokasi dan waktu penelitian...30

3.3 Populasi dan sampel...30

3.3.1 Populasi ...30

3.3.2 Sampel...31

3.4 Metode pengumpulan data ...31

3.4.1 Data Primer ...31

3.4.2 Data Sekunder ...31

3.4.3 Uji Validitas ...31

3.4.4 Uji Reliabilitas ...32

3.5 Variabel dan definisi operasional...33

3.5.1 Variabel Independen ...34

3.5.2 Variabel Dependen...35

3.6 Metode pengukuran...35

3.6.1 Metode pengukuran untuk variabel bebas...35

3.6.2 Metode pengukuran untuk variabel terikat ...37

3.7 Metode analisis data...37

Uji regresi linear ganda...38

BAB IV HASIL PENELITIAN...39

4.1 Deskripsi umum lokasi penelitian...39

4.1.1 Rumah Sakit Pabatu ...39

4.1.2 Rumah Sakit Laras ...41

4.1.3 Rumh Sakit Balimbingan ...43

4.1.3.1 Cakupan Kerja...43

4.1.3.2 Letak Geografis...44

4.2 Deskripsi karakteristik responden ...46

4.2.1 Umur ...46

4.2.2 Jenis Kelamin ...46

4.2.3 Tingkat Pendidikan ...47

4.2.4 Masa Kerja Dokter ...47

4.2.5 Kompensasi ...47

4.2.5.1 Besarnya kompensasi ...48

4.2.5.2 Kepuasan responden terhadap kompensasi...49

4.2.6 Kondisi Kerja ...49

4.2.7 Status Pegawai ...50

4.2.7.2 Kepuasan pegawai terhadap fasilitas yang diberikan...50

4.2.8 Prosedur Kerja...51

4.2.9 Supervisi...51

4.3 Kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis...52

4.4 Hasil analisis statistik...53


(14)

ix

BAB V PEMBAHASAN ...56

5.1 Pengaruh karakteristik umur terhadap kelengkapan rekam medis...56

5.2 Pengaruh karakteristik jenis kelamin terhadap kelengkapan rekam medis ...57

5.3 Pengaruh karakteristik tingkat pendidikan terhadap kelengkapan rekam medis ...58

5.4 Pengaruh karakteristik lama kerja terhadap kelengkapan rekam medis ...58

5.5 Pengaruh karakteristik kompensasi terhadap kelengkapan rekam medis ...59

5.6 Pengaruh karakteristik kondisi kerja terhadap kelengkapan rekam medis ...60

5.7 Pengaruh karakteristik status kepegawaian terhadap kelengkapan rekam medis ...61

5.8 Pengaruh karakteristik prosedur kerja terhadap kelengkapan rekam medis ...62

5.9 Pengaruh karakteristik supervisi terhadap kelengkapan rekam medis ...63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...66

6.1 Kesimpulan ...66

6.2 Saran...68


(15)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kinerja dokter. ...33

3.2 Metode pengukuran untuk variabel bebas...36

4.1 Distribusi Responden berdasarkan umur ...46

4.2 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin ...46

4.3 Distribusi Responden berdasarkan tingkat pendidikan ...47

4.4 Distribusi Responden berdasarkan masa kerja...47

4.5 Distribusi Responden berdasarkan kompensasi ...48

4.6 Distribusi Responden berdasarkan kepuasan kompensasi ...48

4.7 Distribusi Responden berdasarkan kondisi kerja ...49

4.8 Distribusi Responden berdasarkan status kepegawaian...50

4.9 Distribusi Responden berdasarkan kepuasan fasilitas...50

4.10 Distribusi Responden berdasarkan prosedur kerja...51

4.11 Distribusi Responden berdasarkan supervisi ...52

4.12 Distribusi Responden berdasarkan kinerja dokter...53

4.13 Nilai Determinasi karakteristik dan Motivasi ekstrinsik responden ...54


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi individu...23

2.2 Kerangka konsep...29

4.1 Struktur organisasi Rumah Sakit Pabatu...40

4.2 Struktur organisasi Rumah Sakit Laras...42


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...73

2. Izin Penelitian dari sekolah Pascasarjana...76

2. Izin Penelitian dari Kantor Koordinasi PTP-N Wilayah-I Sumatera ...77

3. Izin Penelitian dari Bagian SDM PTPN-IV ...78

4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Bagian SDM PTP-IV ...79

5. Master Data Uji Validitas dan Reliabilitas ...82

6. Master Data ...83

7. Master Data Kinerja Dokter ...84

8. Master Data Uji Regresi...86

9 Output Tabel Distribusi...87

11 Output Uji Reliabilitas ...93

12 Output Uji Validitas ...94


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rumah sakit adalah tempat di mana pasien mendapat pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap atau pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh dokter, perawat atau tenaga medis lainnya, di mana tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dapat dipertanggung jawabkan dari segi medis. Dalam kaitan itu setiap tindakan yang dilaksanakan harus tercatat dan terdokumentasi.

Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga berbagai disiplin ilmu diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit ( Pohan, 2007)

Pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit harus mempunyai paling sedikit tiga dimensi atau unsur, yaitu pertama dimensi konsumen, kedua dimensi profesi, dan yang ketiga dimensi manajemen atau proses bagaimana layanan kesehatan menggunakan sumber daya yang paling efisien dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pasien untuk itu. Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan dan atau telah dilaksanakan ( Pohan, 2007).


(19)

2 Disamping itu rumah sakit juga harus mempunyai komitmen terhadap lingkungan kerja, kondisi organisasi dan manajemen, pembelajaran, komunikasi, pengawasan, kepemimpinan, monitoring, komite medik, standar pelayanan dan protap yang harus sesuai dengan ketentuan. Untuk monitoring tindakan medis yang telah dilakukan terhadap pasien rawat jalan atau rawat inap dicatat di rekam medis. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya cidera atau komplikasi yang tidak diinginkan yang diakibatkan oleh kesalahan manajemen medis (Persi, 2006)

Rekam medis menurut Permenkes Nomor: 749a/Menkes/PER/XII/1989 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan pasien kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Setiap sarana kesehatan wajib membuat rekam medis. Untuk pengisian rekam medis dimaksud harus dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang terkait dan dibuat serta dibubuhi tandatangan yang memberikan pelayanan, segera setelah pasien menerima pelayanan.

Tujuan pengelolaan rekam medis di rumah sakit adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka mencapai tujuan rumah sakit, yaitu peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Oleh sebab itu dalam mengelola rekam medis, setiap rumah sakit harus mengacu kepada pedoman umum yang dikeluarkan oleh Depkes dan pengelolaaan rekam medis yang secara tehnis dibuat oleh rumah sakit yang bersangkutan.


(20)

3 Pendokumentasian informasi medis seorang pasien harus dilakukan tepat waktu, up to date, cermat, lengkap, dipercaya, dan obyektif. Hal ini mengingat informasi tersebut merupakan bukti sah dan otentik yang dapat memberikan perlindungan hukum. Perlindungan hukum bisa diberikan baik kepada pemberi jasa pelayanan maupun penerima jasa pelayanan kesehatan dalam suatu sidang pengadilan, atau badan resmi lainnya (Persi,2006)

Rekam medis menjadi sangat penting karena menjadi aspek Hak Asasi Manusia dan hukum internasional. Hal ini sesuai pula dengan UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, serta UU No 23 tahun 1992 yang menjamin hak pasien memperoleh pendapat kedua, hak atas rahasia penyakit kliennya, hak memperoleh pelayanan standar, dan hak persetujuan suatu tindakan medik (Persi, 2006)

Pendokumentasian informasi medis harus mengandung data yang profesional, metode penyimpanan dan prosedur harus dijaga, khususnya untuk administrasi pelayanan yang memadai. Tujuan pokoknya pendokumentasian informasi medis untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun pra rumah sakit (Persi, 2006).

Fakta di Indonesia menunjukkan bahwa pelaksanaan rekam medis di rumah sakit belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Permenkes No 749a/Menkes /Per/XII/1989.

Menurut Awliya (2007) kelengkapan pengisian rekam medis di rumah sakit milik pemerintah Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan 35%, penelitian Hatta (1994)


(21)

4 di Rumah sakit Harapan Kita Jakarta rekam medis yang lengkap 63,8 %, penelitian Meliala (2004) pada tahun 1990 rekam medis pasien epilepsi di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta terisi lengkap 70 %, penelitian pada tahun 1999 kelengkapan rekam medis RS Sardjito 0 % sampai 96,97 %, di bangsal kesehatan anak kelengkapan rekam medis 7,19 %, bangsal perawatan bayi kelengkapan rekam medis 36,88 %. Sebelum pelatihan kepada klinisi dari 92 rekam medis yang diteliti ke lengkapannya 60,9 %, setelah dilakukan pelatihan kelengkapan rekam medis mecapai 96,7 %. Dari data penelitian di atas menunjukkan bahwa pengisian rekam medis baik di rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta masih jauh di bawah ketentuan standar Departemen Kesehatan yang menyatakan kelengkapan pengisian rekam medis adalah 100 %, hal ini menunjukkan belum dilaksanakannya rekam medis sesuai ketentuan (Meliala,2004)

Hasil penelitian terdahulu oleh Waruna di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan (2003) ditemukan kelengkapan rekam medis yang dilakukan oleh dokter 78,6% sedang yang dilakukan oleh perawat 68,2%, penelitian Anggraini di Rumah Sakit Djasamen Saragih Pematang Siantar (2007) menemukan bahwa kelengkapan rekam medis sebesar 65,9%, yang penyimpanannya tidak tepat pada tempatnya sebesar 59,03%.

P T Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan perusahaan perkebunan peninggalan Belanda yang mempunyai komoditi tanaman kelapa sawit, teh dan kakao dan mempunyai tenaga kerja, pensiunan dan keluarganya lebih dari 100.000 orang yang pelayanan kesehatannya menjadi tanggungan perusahaan.


(22)

5 P T Perkebunan Nusantara IV (Persero) mempunyai 3 (tiga) unit rumah sakit yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan bagi karyawan, pensiunan dan keluarganya. Ketiga rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Pabatu di dekat kota Tebing Tinggi, Rumah Sakit Laras dekat kota Serbelawan dan Rumah Sakit Balimbingan di Tanah Jawa kabupaten Simalungun. Ketiga rumah sakit tersebut telah mempunyai fasilitas untuk empat jenis pelayanan dasar. Tenaga medis yang bekerja di ketiga rumah sakit tersebut terdiri dari dokter tetap, dokter honor dan dokter konsultan sebanyak 45 dokter, di mana 91,11 % merupakan tenaga konsultan dan honorer Banyaknya dokter konsultan yang bekerja di rumah sakit P T Perkebunan Nusantara IV (Persero) hal ini merupakan suatu kebijakan dari pihak manajemen mengingat kasus untuk pelayanan kesehatan satu jenis spesialisasi belum terlalu banyak dan rumah sakit masih menganut sistem anggaran berimbang di mana pendapatan yang berdasarkan kontribusi dari perusahaan dibanding dengan biaya operasional rumah sakit diusahakan seimbang, maka untuk tenaga dokter spesialis dibuat sistem honor berdasar banyaknya pasien yang dilayani.

Dua dari ketiga rumah sakit tersebut telah mempunyai izin operasional dari Depkes RI, di mana persyaratan yang tercantum dalam izin rumah sakit yaitu dalam waktu satu tahun rumah sakit harus mengikuti akreditasi sebagai sarana untuk menuju Indonesia Sehat 2010. Melalui continuous quality improvement pelayanan rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan bermanfaat untuk masyarakat. Penilaian pada akreditasi


(23)

6 tingkat dasar meliputi : administrasi manajemen, pelayanan medik, gawat darurat, keperawatan dan rekam medis (Depkes RI, 2007)

Dari penelitian awal yang dilakukan di ketiga rumah sakit yang mengambil sampel masing-masing sebanyak 100 berkas rekam medis pasien rawat inap di masing- masing rumah sakit, diketahui bahwa kelengkapan pengisian rekam medis yang menjadi tanggung jawab dokter, didapat data kelengkapan rekam medis sebagai berikut: Rumah Sakit Pabatu 18 %, Rumah Sakit Laras 26 %, Rumah Sakit Balimbingan 11 % hal ini masih jauh dari standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu 100 %.

Kelengkapan rekam medis dan ketepatan waktu pengembaliannya masih menjadi persoalan bukan hanya di negara berkembang, namun di negara maju pun keadaan ini masih sering dijumpai. Fenomena ini terjadi di Korea misal di 11 rumah sakit tersier sangat jauh dari ideal. Di Organisasi pelayanan kesehatan Inggris melalui

The Audit Commission on National Health Service menyimpulkan adanya defisiensi yang serius dalam pengelolaan rekam medis mulai pengisian sampai dengan penyimpanan ( Meliala, 2004).

Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dalam pengisian rekam medis memberikan dampak yang kurang akurat pada proses pelayanan kesehatan kepada pasien, karena terdapat hal – hal yang seharusnya menjadi informasi tetapi tidak terdata. Hal ini mengakibatkan analisa untuk tindakan medik yang seharusnya dilakukan tidak dapat dilakukan, karena tidak didukung dengan data yang dibutuhkan, serta pertanggung jawaban pekerjaan kurang terdukung.


(24)

7 Catatan pada rekam medis sangat berguna untuk mengingatkan dokter dengan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan kepada pasien, hal ini berguna untuk mempermudah strategi pengobatan pasien.(Hanafiah 1999).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengisian rekam medis di rumah sakit mutunya masih rendah antara lain masih kurang lengkapnya hal hal yang harus diisi oleh dokter maupun perawat, penyimpanan oleh tenaga rekam medis belum sesuai ditempatnya, waktu yang dibutuhkan untuk mencari kembali relatif lama, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah motivasi dari dokter.

Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu , orang- orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak (Robins 2002) . Dengan adanya karyawan yang termotivasi diharapkan performa karyawan tersebut akan meningkat dan produktivitas juga meningkat.

Menurut Sedarmayanti dalam Riduan (2008), motivasi sebagai keseluruhan proses pemberian motif kerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.

Motivasi dokter yang bekerja di Rumah Sakit PTPN-IV adalah untuk menjalankan profesi kedokteran yang telah dimilikinya untuk menolong pasien yang berobat ke rumah sakit tanpa memperhatikan unsur administrasi yang seharusnya juga dilaksanakan oleh para dokter.


(25)

8 Banyaknya tenaga dokter yang bukan merupakan tenaga tetap diduga hal ini berpengaruh terhadap kinerja dokter tersebut dalam kelengkapan pengisian rekam medis, dimana jika dilihat dari fasilitas yang diperoleh dan ikatan kerja mereka lebih lemah dibanding dengan dokter tetap. Dokter honorer dan dokter konsultan dalam hal pekerjaan mereka tidak mendapat kompensasi intrinsik yang meliputi: promosi, penghargaan atas prestasi kerja, kesempatan kerja yang lebih baik, mereka hanya memperoleh kompensasi ekstrinsik yang berupa gaji atau honor. Untuk itu motivasi yang coba dianalisa yang berpengaruh terhadap kinerja adalah motivasi ekstrinsik yang meliputi : kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi. Disamping hal tersebut diatas karakteristik dokter yang bekerja di Rumah Sakit PTPN IV juga sangat beragam dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik individu dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis diruang rawat inap rumah sakit PT Perkebunan Nusantara IV.

1.1.Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini apakah karakteristik individu (usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi) berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah sakit P T Perkebunan Nusantara IV.


(26)

9

1.2.Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi) terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah sakit P T Perkebunan Nusantara IV

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh antara karakteristik individu (usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi) terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit P T Perkebunan Nusantara IV.

1.5. Manfaat Penelitian:

1. Sebagai bahan masukan kepada Manajemen Rumah Sakit P T Perkebunan Nusantara IV untuk membuat kebijakan yang tepat dalam meningkatkan kinerja pelayanan rumah sakit.

2. Memberikan kontribusi pemikiran dan pengetahuan terhadap pengembangan ilmu kebijakan kesehatan bagi pemerhati/praktisi kesehatan.


(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 159b/Men Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Menurut WHO (1957) rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh (integral) dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif dimana pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan, dan rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian bio sosial ( Depkes, 1997).

Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spesialistik dan subpesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) pasien (Depkes,1989). Sesuai dengan fungsi utamanya tersebut, perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan lebih berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) (Ilyas, 2001).


(28)

11

2.1.1. Mutu Pelayanan Rumah sakit

Menurut Azwar (1996), program menjaga mutu pelayanan kesehatan ditinjau dari waktu pelaksanaannya dapat dibedakan atas tiga macam, yakni: 1) Program menjaga mutu prospektif (prospective quality assurance), yakni program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan, temasuk di dalamnya: a) standarisasi, b) perizinan c) sertifikasi d) akreditasi; 2) Program menjaga mutu konkuren (concurent quality assurance) yakni program menjaga mutu yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Perhatian utama lebih ditujukan pada unsur proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis dan non medis yang dilakukan, apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai standar yang ditetapkan berarti mutu pelayanan kesehatan kurang bermutu; 3) Program menjaga mutu retrospektif (retrospective quality assurance) adalah program yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan, di mana perhatian ditujukan pada unsur keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan apakah sesuai standar atau tidak. Salah satu contoh adalah review rekam medis. Pada review rekam medis semua catatan yang ada dalam rekam medis dibandingkan dengan standar untuk menentukan apakah pelayanan yang diberikan bermutu atau tidak.

Pada era globalisasi, perumahsakitan di Indonesia akan dihadapkan pada suatu keadaan persaingan yang cukup ketat. Secara lambat atau cepat rumah sakit akan dituntut oleh sistem untuk mengubah visinya dari product oriented kepada customer satisfaction oriented (Mambodiyanto, 1999)


(29)

12 Ini berarti bahwa tingkat kepuasan pelanggan menjadi salah satu parameter mutu pelayanan rumah sakit. Pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan rumah sakit akan menjadi triger zone terjadinya suatu tuntutan pasien kepada rumah sakit. Dalam kaitan itu kita perlu menyamakan persepsi mutu pelayanan dari berbagai sudut pandang, baik dari masyarakat, provider, pemilik maupun manajemen. Biasanya yang paling krusial adalah persepsi mutu pelayanan dari pandangan masyarakat dan provider, khususnya pada mutu pelayanan rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap (Mambodiyanto, 1999)

Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang pelayanan kesehatan. Mengingat fungsi utama sebuah rumah sakit adalah melaksanakan pelayanan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya manusia adalah bagian yang sangat penting dalam manajemen administrasi Rumah sakit (Adikoesoemo, 1995)

2.1.2. Dokter

Dokter adalah tenaga kesehatan yang telah dan mendapatkan pendidikan profesi dari Fakultas Kedokteran. Dokter berkompeten atau mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan kedokteran di semua bidang ilmu kedokteran hingga batas tertentu. Ia bisa melakukan pembedahan minor, mengobati penyakit apa saja dan lain sebagainya. Pengetahuan dan ketrampilannya terbatas pada bidang kedokteran, luas namun tidak mendalam sebagaimana dokter yang mengambil spesialisasi dalam


(30)

13 bidang tertentu. Jadi, dokter bisa saja melakukan pengobatan atau tindakan medis kepada pasien-pasiennya, namun apabila terjadi penyulit yang bisa membahayakan pasien atau dirinya sendiri, atau apabila ia menemui kasus kasus yang ia tidak mampu menanganinya, ia wajib merujuk pasien ke dokter spesialis yang sesuai yang mampu menangani kasusnya. Dalam memberikan pelayanan medis, dokter terikat pada ketentuan yang mengatur batasan kewenangan sesuai dengan kemampuannya (Konsil Kedokteran Indonesia, 2007)

Dokter spesialis adalah dokter yang memperoleh keahliannya dengan mengikuti pendidikan spesialistik di bidang yang menjadi pilihannya, sesudah lulus sebagai dokter dari Fakultas Kedokteran. Sesudah menjadi dokter spesialis, ia memusatkan pengetahuannya pada satu bidang hingga kemampuannya di bidang spesialisasi itu semakin dalam. Dengan demikian ia menjadi lebih kompeten dibandingkan dengan dokter atau dokter spesialis bidang lainnya. Hak dan kewenangan profesi dokter ahli, spesialis, sub spesialis, atau spesialis konsultan diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 1992 pasal 32 ayat 4, dan keahliannya tersebut diakui oleh perhimpunan dokter ahli yang bersangkutan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesi (PDGI) serta kewenangannya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Konsil Kedokteran Indonesia, 2007).


(31)

14

2.1.3.Rekam medis

Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran No 29 tahun 2004, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Kedua pengertian rekam medis tersebut menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak menyebutkan sarana kesehatan. Hal ini menunjukkan pengaturan rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.

Rekam medis (Menurut Permenkes 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis & Undang-Undang No.29/2004 tentang praktik kedokteran) adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap baik dikelola pemerintah maupun swasta. Setiap sarana kesehatan wajib membuat rekam medis, dibuat oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lain yang terkait, harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan, dan harus dibubuhi tandatangan yang memberikan pelayanan.


(32)

15 Dokter boleh memaparkan isi rekam medis jika sudah mendapat izin tertulis dari pasien. Secara lebih rinci dalam Permenkes tersebut disebutkan berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit namun isi rekam medis merupakan milik pasien. Pada praktiknya pelaksanaan akses pasien terhadap rekam medis miliknya bisa terwujud dengan pemberian salinan atau foto copy, tapi berkas asli tetap berada di rumah sakit (Depkes, 1989).

2.1.3.1. Sejarah Rekam medis

Pertama kali rekam medis dijumpai di gua batu di Spanyol pada zaman Paleoliticum (diduga 25.000 yang lalu), di Mesir dijumpai didinding pyramid, di tulang belulang, pohon, daun kering, atau papyrus ± 3000 – 2000 SM.

Aesculapius, Hippocrates, Galen dan lain-lain telah membuat catatan tentang pengobatan yang telah diberikan, demikian juga dengan para tabib di Cina. Aviscenna (Ibnu Sina) yang hidup pada tahun 980 – 1037 M banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan pengalamannya mengobati pasien.

Di Inggris, atas anjuran William Harvey Rumah sakit St Batholomous pada abad pertengahan telah mulai melaksanakan rekam medis pada sebagian pasien yang dirawat, demikian juga dengan dokter Franklin H Martin (1913) sebagai ahli bedah telah menggunakan rekam medis bagi pelayanan, dan pendidikan bagi calon ahli bedah.

Di Indonesia pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan telah dicatat pada daun lontar atau sarana lain sesuai dengan zamannya. Pada tahun 1972


(33)

16 baru dimulai dibuat peraturan resmi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 031/Birhup/1972 yang menyatakan bahwa semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting, dan hospital statistic, keputusan ini kemudian diikuti dengan Kep Men Kes No 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit. Selanjutnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No 134/menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah sakit menyebutkan sub bagian pencatatan medik mempunyai tugas mengatur pelaksanaan kegiatan pencatatan medik.

Untuk meningkatkan mutu dan peranan rekam medis dalam pelayanan kesehatan, IDI mengeluarkan SK No 319/PB/A4/88 tentang informed concent yang menekankan praktek profesi kedokteran harus membuat rekam medis baik di rumah sakit maupun di praktek pribadi. Untuk mempertegas rekam medis tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis sehingga rekam medis mempunyai landasan hukum yang kuat.

Guna melengkapi ketentuan pasal 22 Permenkes tersebut diatas Direktorat Jenderal Pelayanan Medik telah membuat suatu Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit Indonesia dengan nomor SK Dirjend Pelayanan Medik No 78 tahun 1991( Hanafiah, 1999).


(34)

17 2.1.3.2. Kegunaan Rekam medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. 2. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.

3. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

4. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan.


(35)

18 Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

6. Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi tetang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi sipemakai.

7. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah :

a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.

b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.


(36)

19 c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit

dan pengobatan selama pasien berkunjung, dirawat di rumah sakit.

d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya,

f. Menyediakan data- data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.

g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.

h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.(Depkes, 1997)

2.1.3.3. Pemilik dan penyimpanan Rekam medis

Menurut Permenkes No 749a/Menkes/Per/XII/1989 pasal 9 pemilik rekam medis adalah rumah sakit, isinya milik pasien.

Apabila pasien menginginkan isi dari rekam medis ada beberapa kebijakan yang ditempuh, ada yang mengizinkan pasien mengkopisecara lengkap isi dari rekam medis, ada yang membuat ringkasan saja sesuai dengan kebutuhan pasien, semua kebijakan ini harus mendapat persetujuan terlebih dulu dari dokter yang merawat pasien dan direktur rumah sakit.


(37)

20 Penyimpanan rekam medis dilakukan selama 5 (lima) tahun terhitung tanggal terakhir pasien berobat. Apabila ada hal- hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan tersendiri. Sedangkan rekam medis yang tidak aktif dapat dibuat mikrofilm atau bentuk arsip lainnya.

Di India rekam medis untuk pasien rawat jalan disimpan selama 3-5 tahun, sedang untuk pasien rawat inap selama 10 tahun. Di Amerika penyimpanan rekam medis dalam perkara disimpan selama 10 tahun setelah perkara terakhir selesai, dalam keadaan biasa penyimpanan dilakukan selama 5 tahun dari terakhir kunjungan pasien. Di Inggris penyimpanan rekam medis untuk pasien obstetri selama 25 tahun, rekam medis anak-anak dan usia muda sampai ulang tahun yang ke 25, atau 8 tahun setelah kunjungan yang terakhir. Rekam medis pasien gangguan mental 20 tahun sesudah dokter yang merawat menyatakan sudah sembuh, rekam medis yang lain 8 tahun setelah resume akhir dibuat (Hanafiah,1999).

2.2. Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personil, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi (Ilyas,2001)

Soeprihantono (1988) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan sesorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai


(38)

21 kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil dari aktivitas pekerja dalam melaksanakan uraian kerja yang menjadi tanggung jawabnya untuk mendukung tujuan perusahaan dan dapat dievaluasi secara periodik oleh manajemen dari perusahaan tempat dimana dia bekerja.

2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Dalam pelayanan kesehatan sangat penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesional menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Ilyas,2001).

Menurut Gibson terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi prestasi dan perilaku dari individu yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu tersebut. Adapun variabel tersebut terdiri dari : varibel individu; variabel organisasi dan variabel psikologis.

Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, sedangkan sub-variabel latar belakang: keluarga, tingkat sosial dan pengalaman serta sub-variabel demografis: umur, asal-usul dan jenis kelamin memberikan efek yang tidak langsung kepada kinerja individu.


(39)

22 Umur menurut Gibson (1994) berpengaruh terhadap kinerja individu dimana pada usia 40-54 tahun individu memasuki tahap perawatan yang ditandai dengan usaha stabilisasi dari hasil usaha masa lampaunya. Pada tahap ini individu membutuhkan penghargaan, sebahagian individu merasa tidak nyaman secara psikologis pada masa ini yang diakibatkan oleh pengalaman kritis dimasa karirnya dimana individu tidak mencapai kepuasan dalam masa kerjanya, kesehatan yang buruk dan perasaan khawatir akan masa kerjanya. Sehingga sebahagian individu merasa tidak membutuhkan peningkatan kinerja sampai dengan masa penarikan (55-65 tahun).

Variabel organisasional terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan yang mengatur pekerjaan secara individu maupun kelompok yang dapat mengoptimalkan kemampuan individu mencapai tujuan organisasi.

Variabel psikologis terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.Varibel ini menurut Gibson (1997) banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.Variabel psikologis ini merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur, juga sulit menyatakan atau mencapai kesepakatan tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi pada usia, etnis, latar belakang budaya, dan ketrampilan berbeda satu dengan lainnya. Perilaku dan prestasi kerja individu dipengaruhi oleh Variabel individu,variabel organisasi dan variabel psikologis seperti yang terlihat pada Gambar 2.1


(40)

23 Gambar 2.1 Varibel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi individu dikutip dari

Gibson et al (1997)

2.2.2. Motivasi

Menurut Rusyam (1989), pengertian motivasi sebagai berikut: “motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.” Wahjosumidjo (1987) memberikan definisi : “motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.”. Gerungan (2000), menambahkan bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

Variabel Individu Kemampuan dan Keterampilan Mental Fisik Latar Belakang Keluarga Tingkat Sosial Pengalaman Demografis Umur Asal-Usul Jenis kelamin Perilaku individu (apa yang dikerjakan

orang) Prestasi

(hasil yang diharapkan)

Variabel organisasi Sumber daya Kepemimpinan Imbalan Struktur

Desain pekerjaan

Variabel psikologis Persepsi Sikap Kepribadian Belajar Motivasi


(41)

24 menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, 2004).

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

Istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu:

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan organisasi maka tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.

b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu. c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha

tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu pada diri seseorang.


(42)

25 Menurut Gitosudarmo (1986), motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerjasama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu:

a) Motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif. b) Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk

finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya (Luthan, 2007)

2.2.2.1. Jenis- Jenis motivasi

Jenis-jenis motivasi yang terjadi atas dasar pembentukannya menurut Sardiman (1986) terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu : (a) motivasi bawaan, yaitu motivasi yang telah dibawa sejak lahir dan terjadinya tanpa dipelajari. Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar, dan (b) motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia. Motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta sengaja dipelajari manusia. Motivasi yang dipelajari atau motivasi sekunder muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang.


(43)

26 2.2.2.2.Teori motivasi dua faktor dari Herzberg

Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi . Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang puas ( dissatifiers – satisfiers ) atau faktor- faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik – intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut.

Pertama ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job context), yang menghasilkan ketidakpuasan di kalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, maka tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor- faktor yang membuat orang merasa tidak puas ( dissatisfier)

atau disebut juga faktor iklim baik (hygiene factor) karena fakor tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang paling rendah yaitu “tidak adanya ketidakpuasan“. Faktor- faktor ini mencakup :a) Upah, b) jaminan pekerjaan, c) Kondisi kerja, d) Status, e) prosedur perusahaan, f) supervisi, g) mutu hubungan antar pribadi di antara rekan sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan.

Kedua serangkaian kondisi intrinsik, isi pekerjaan (job content), yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, maka tidak akan timbul rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor- faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator, yang meliputi: a) prestasi (achievement), b) pengakuan (recognition), c) tanggungjawab (responsibility)), d) kemajuan (advancement), e) pekerjaan itu sendiri (the work itself), f) Kemungkinan


(44)

27 berkembang (the possibility of growth). Metode Herzberg pada dasarnya mengasumsikan bahwa kepuasan bukanlah konsep berdimensi satu. Penelitiannya menyimpulkan bahwa diperlukan dua kontinum untuk menafsirkan kepuasan kerja secara tepat (Gibson,1997).

2.3. Landasan Teori

Menurut teori motivasi kepuasan dua faktor Herzberg, untuk memberi kepuasan kerja kepada pekerja harus terdapat kondisi intrinsik yang disebut pemuas atau motivator jika kondisi ini ada maka tidak akan timbul rasa ketidakpuasan yang berlebihan dan kondisi ekstrinsik yang menghasilkan ketidakpuasan di kalangan karyawan jika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, maka tidak perlu memotivasi karyawan. Kondisi tersebut adalah faktor- faktor yang membuat orang merasa tidak puas ( dissatisfier) atau disebut juga faktor iklim baik (hygiene factor) karena faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang paling rendah yaitu “tidak adanya ketidakpuasan ( Gibson, 1997)

Menurut Gibson terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi prestasi dan perilaku dari individu yang dapat mempengaruhi kinerja dari individu tersebut. Adapun variabel tersebut terdiri dari : varibel individu; variabel organisasi dan variabel psikologis.

Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, sedangkan sub-variabel latar belakang: keluarga, tingkat sosial dan


(45)

28 pengalaman serta sub-variabel demografis: umur, asal-usul dan jenis kelamin memberikan efek yang tidak langsung kepada kinerja individu

Pada penelitian ini akan diukur pengaruh dari karakteristik individu dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis pada pasien rawat inap di Rumah Sakit P T Perkebunan Nusantara IV (Persero), seperti yang terlihat pada Gambar 2.2


(46)

29

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2: Kerangka konsep penelitian

• Karakteristik individu Ü Usia

Ü Jenis kelamin Ü Tingkat pendidikan Ü Lama Kerja

Kinerja dokter dalam kelengkapan

pengisian rekam medis

• Motivasi Ekstrinsik Ü Kompensasi Ü Kondisi kerja Ü Status kepegawaian Ü Prosedur kerja Ü Supervisi tehnis


(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk survey explanatory, yaitu jenis penelitian survey

yang bertujuan menjelaskan pengaruh karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi) terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga rumah sakit rujukan milik PTPN IV yaitu Rumah Sakit Pabatu, Rumah Sakit Laras dan Rumah Sakit Balimbingan. Pelaksanaan penelitian direncanakan di bulan Oktober – Nopember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua dokter yang terlibat pada pelayanan rawat inap di tiga Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV, baik yang berstatus pegawai tetap, honorer, maupun konsultan. Dokter-dokter tersebut meliputi pelayanan dokter umum maupun spesialis berjumlah 45 orang,yang terdiri dari :a) dokter pegawai tetap 4 orang b) dokter honorer 15 orang c) dokter konsultan 26 orang.


(48)

31

3.3.2.Sampel

Sampel yang diambil merupakan keseluruhan populasi yang terdiri dari semua dokter tetap, honorer dan konsultan yang berjumlah 45 orang, dengan menggunakan teknik sampling jenuh di mana semua anggota populasi ditetapkan sebagai sampel (Sugiyono, 2006).

3.4.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder :

3.4.1 Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan menggunakan keusioner kepada dokter tentang karakteristik individu dan motivasi ekstrinsik.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan menganalisis data rekam medis rawat inap di ketiga rumah sakit PTPNIV dengan mengamati rekam medis pasien rawat inap yang opname pada bulan Oktober- Nopember 2008, dan data lain yang diperlukan.

3.4.3 Uji Validitas

Untuk mengetahui sejauhmana kesamaan antara yang diukur peneliti dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan, maka dilakukan uji validitas terhadap kuesioner yang telah disiapkan dengan formula Alpha Cronbach sebagai berikut :


(49)

32 r = N ( ∑ x y ) - ( ∑ x ∑ y )

{[ N ∑ x2 - ( ∑ x2)] [ N ∑2 . (∑ y2 )]}1/2

Dimana :

x= Skor tiap-tiap variabel y= Skor total tiap variabel N= Jumlah responden

3.4.4. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang- ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan formula Alpha Cronbach sebagai berikut:

Rtt = M ( Vt.Vx )

M. 1(Vt)

Dimana :

Vt = Variasi total Vx = Variasi butir-butir


(50)

33 Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner motivasi ekstrinsik Butir

pertanyaan

T Hitung t Tabel status Cronbach Alpha

Kriteria Status

1 6,872 1,684 Valid ,893 0,297 Reliabel

2 3,362 1,684 Valid ,899 0,297 Reliabel

3 4,991 1,684 Valid ,894 0,297 Reliabel

4 3,362 1,684 Valid ,899 0,297 Reliabel

5 6,005 1,684 Valid ,893 0,297 Reliabel

6 4,272 1,684 Valid ,895 0,297 Reliabel

7 6,005 1,684 Valid ,893 0,297 Reliabel

8 4,272 1,684 Valid ,897 0,297 Reliabel

9 3,362 1,684 Valid ,899 0,297 Reliabel

10 6,249 1,684 Valid ,890 0,297 Reliabel

11 3,168 1,684 Valid ,900 0,297 Reliabel

12 6,005 1,684 Valid ,893 0,297 Reliabel

13 4,991 1,684 Valid ,894 0,297 Reliabel

14 4,743 1,684 Valid ,895 0,297 Reliabel

15 6,872 1,684 Valid ,893 0,297 Reliabel

16 4,608 1,684 Valid ,896 0,297 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.1 di atas diketahui bahwa butir butir pertanyaan umtuk varibel motivasi ekstrinsik seluruhnya memenuhi persyaratan validitas yakni nilai t hitung pertanyaan lebih besar dari nilai t tabel ( Sugiyono, 2006), semua butir pertanyaan juga mempunyai nilai cronbach alpha lebih besar dari kriteria (Riduwan, 2006) sehingga semua pertanyaan dapat digunakan untuk penelitian.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini kinerja dokter dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap dipengaruhi oleh variabel independen yaitu karakteristik dokter dan motivasi ekstrinsik yang didefinisikan sebagai berikut :


(51)

34

3.5.1 Variabel Independen :

1. Umur : Usia dokter responden pada waktu dilakukan penelitian

2. Jenis kelamin : Jenis kelamin dokter yang menjadi responden penelitian 3. Tingkat pendidikan: tingkat pendidikan dokter yang menjadi responden

penelitian

4. Lama kerja : lama kerja dokter responden yang bekerja di RS PTPN IV. 5. Kompensasi

Kompensasi adalah gaji atau honor dokter. Untuk dokter pegawai tetap gaji per bulan berdasarkan peraturan kepegawaian, dokter honorer dan dokter konsultan berdasarkan perjanjian kerja.

6. Kondisi kerja

Kondisi kerja yang dirasakan oleh dokter yang bekerja di Rumah Sakit PTPN-IV, yang meliputi suasana tempat kerja dan dukungan pihak yang terkait di Rumah Sakit PTPN- IV yang memungkinkan setiap dokter dapat melakukan pengisian rekam medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

7. Status kepegawaian

Status kepegawaian dokter yang menjadi responden penelitian, terdiri atas: a. dokter pegawai tetap

b. dokter honorer c. dokter konsultan,


(52)

35 Pada penelitian ini dilakukan analisa pengaruh kepuasan dokter responden terhadap fasilitas yang diterima terkait dengan status kepegawaian terhadap kinerjanya pada pengisian rekam medis..

8. Prosedur kerja

Pedoman atau acuan kerja dokter yang memungkinkan dokter dapat melakukan pengisian rekam medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 9. Supervisi

Evaluasi yang diberikan pihak manajemen terhadap dokter dalam melakukan pengisian rekam medis.

3.5.2 Variabel Dependen

Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap;

Perilaku kerja dokter dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap yang meliputi pencatatan semua tindakan dan pertangungjawabannya meliputi: anamnese, riwayat penyakit, diagnosa, persetujuan tindakan medik, tindakan pengobatan, catatan observasi klinis, resume akhir dan evaluasi pengobatan disertai tanda tangan di setiap pencatatan yang menjadi kewajibannya

3.6.Metode Pengukuran

3.6.1. Metode Pengukuran Untuk Variabel Bebas

Untuk variabel bebas dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PTPN IV, metodenya diuraikan seperti pada Tabel 3.2 berikut:


(53)

36 Tabel 3.2 : Metode pengukuran untuk variabel bebas

No Variabel Kategori dan Range Bobot Skala ukur

1 Umur 1.20-40 tahun

2.41-60 tahun 3.> 60 tahun

Ordinal

2 Jenis kelamin 1.Pria 2.Wanita

Nominal 3 Tingkat

pendidikan

1.Dokter umum 2.Dokter spesialis

Nominal 4 Lama kerja 1.1-4 tahun

2.5-9 tahun 3.10-13 tahun

Ordinal

5 Kompensasi 1. Puas: bila responden menyatakan puas dengan nilai gaji /honor yang diterima, skor = 1

2.Tidak puas bila responden menyatakan tidak puas dengan gaji/honor yang diterima,skor = 0

1

0

Ordinal

6 Kondisi kerja 1.Nyaman:bila dokter merasa nyaman dengan kondisi kerja RS PTPN IV, skor ≥3

2.Tidak Nyaman:Bila dokter tidak nyaman selama bekerja di RS PTPN IV skor < 3

1

0

Ordinal

7 Status kepegawaian

1.Puas : bila responden merasa puas dengan fasilitas yang diterima sesuai dengan status kepegawaiannya,skor ≥ 2 2.Tidak Puas: bila responden merasa

puas dengan fasilitas yang diterima sesuai dengan status kepegawaianny, skor < 2

1

0

Ordinal

8 Prosedur kerja 1.Baik :bila dokter memahami prosedur kerja yang tertulis maupun tidak tertulis, skor ≥ 2

2.Tidakbaik: bila tidak memahami prosedur kerja yang tertulis maupun tidak tertulis, skor < 2

1

0

Ordinal

9 Supervisi 1.Baik : bila pernah dilakukan evaluasi terhadap kelengkapan pengisian rekam medis oleh dokter,skor ≥2

2.Tidak baik: bila tidak pernah dilakukan evaluasi terhadap kelengkapan

pengisian rekam medis oleh dokter,skor < 2

1

0


(54)

37

3.6.2Metode Pengukuran Untuk Variabel Terikat

Pengukuran yang digunakan untuk variabel kinerja dokter dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PTPN IV menggunakan skala ordinal, dengan kategori sebagai berikut:

1. Baik: apabila dokter di RS PTPN IV melaksanakan hampir seluruh pekerjaan yang harus dilakukan dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap ( > 70 % dari kelengkapan pengisian)

2. Cukup: apabila dokter di RS PTPN IV melaksanakan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap ( 40 % - 70 % dari kelengkapan pengisian )

3. Kurang : apabila dokter di RS PTPN IV melaksanakan sebagian kecil pekerjaan yang harus dilakukan dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap ( < 40 % dari kelengkapan pengisian).

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diedit dan dikoding secara manual, data dianalisa dengan menggunakan uji regresi linear ganda dengan tingkat kepercayaan = 0,05 untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu (meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja) dan motivasi ekstrinsik (meliputi : Kompensasi, Kondisi Kerja, Status kepegawaian, Prosedur kerja dan Supervisi teknis) terhadap kinerja dokter pada pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV.


(55)

38 Persamaan regresi yang digunakan adalah:

Y = o + 1X11+ 2X12+ 3X13+ 4X14+ 5X21+ 6X22+ 7X23+ 8X24+

9X25,dimana:

Y = variabel terikat (kinerja dokter pada pengisian rekam medis) 1– 9 = koefisien regresi

X1õ = Usia

X12 = jenis kelamin

X13 = tingkat pendidikan

X14 = lama kerja

X2õ = kompensasi

X22 = kondisi kerja

X23 = status kepegawaian

X24 = prosedur kerja


(56)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Rumah Sakit Pabatu

Rumah Sakit Pabatu semula adalah Rumah Sakit Pembantu yang terdapat di Kebun Pabatu PTP VI Pabatu yang terletak di Kabupaten Deli Serdang lebih kurang 7 Km dari Kota Tebing Tinggi dengan luas areal ± 25.000 m2.

Jarak Rumah Sakit Pabatu dengan Kebun/Unit yang menjadi wilayah kerja RS.Pabatu adalah :

Kebun Pabatu : 1 Km

Kebun Adolina : 50 Km

Kebun Tinjowan I : 94 Km Kebun Tinjowan II : 94 Km Kebun Tinjowan III : 94 Km

Kebun Pulu Raja : 129 Km

Kebun Air Batu : 118 Km

Kebun Tanah Itam Ulu : 57 Km Kantor Pusat/Polikpus Medan : 89 Km

Sejak tahun 1994 sesuai dengan SK Direksi nomor 06.Dir/Kpts/14/1994 tanggal 28 Pebruari 1994 Rumah Sakit Pabatu berubah fungsi menjadi rumah sakit


(57)

40 rujukan PTP VI, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi biaya kesehatan di PTP VI dengan cara mengkoordinir pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit luar.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pabatu MANAJER UNIT Kepala Dinas Pelayanan Medik Kepala Dinas Penunjang dan Perawatan Kepala Dinas Tata Usaha Kepala Puskesbun Adolina Kepala Puskesbun Tinjowan Kepala Puskesbun Pulu Raja KOMITE MEDIS Kepala Perawatan Kepala Penunjang Medis - Poly - UGD

- OK/Post OP

- OBS - Kls.I - Kls.II - Kls.III - BKIA/KB - Chemo - HD - Km.Bersalin

- Ka Jaga - Ka. Ruangan

- Apotik - Rontgen - Laborant

- USG

ADM DAPUR TEKNIK

- Gudang - Akuntansi - SDM - IT - KB - K.Ruang Limbah - Bangunan - Lapangan - Transpot - Listrik


(58)

41

4.1.2.Rumah Sakit Laras

Rumah Sakit Laras semula didirikan oleh perusahaan pemerintah Belanda (HVA) tahun 1923 dengan nama Rumah Sakit Bahapal yang terletak di Desa Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun + 25 km dari kota Pematang Siantar dengan luas bangunan : 6.977,75 m2, pada tanah seluas 15,57 hektar dengan kapasitas tempat tidur 110 buah. Pada tahun 1957 Rumah Sakit Bahapal berubah nama menjadi Rumah Sakit Laras di mana pengelolaannya dilaksanakan oleh PTP. VII dan menjadi Rumah Sakit Rujukan PTP VII. Penetapan Rumah Sakit Laras sebagai pusat rujukan ini didasarkan atas kebutuhan untuk efisiensi biaya kesehatan di mana Rumah Sakit Laras berfungsi sebagai koordinator pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Saat ini Rumah Sakit Laras merupakan salah satu unit fasilitas kesehatan yang ada di PT Perkebunan Nusantara IV Medan yang melayani karyawan PTPN-IV dan keluarganya serta masyarakat umum sekitarnya. Rumah Sakit Laras membawahi beberapa Puskesbun dan Poliklinik Kebun / Unit seinduk.


(59)

42 Gambar 4.2 Struktur organisasi Rumah Sakit Laras

MANAJER UNIT

KEPALA DINAS MEDIS KEPALA DINAS TATA USAHA

Kepala Perawatan Kepala Pelayanan Medis Kepala Penujang Medis Kepala Puskesbun Mayang Kepala Puskesbun Bah Jambi Kepala Penunjang Non Medis Poliklinik Umum Poliklinik Spesialis Poliklinik Gigi Poliklinik KB UGD LF. RS Laboratorium Rontgen USG Fisiotheraphy Kelas I Kelas II Kelas III R.R Dapur/ Gizi Kelas I Kelas II Kelas III R.R Dapur/ Gizi OK Rawat Jalan Rawat Inap Penunjang Medis Penunjang Non Medis Administrasi SMK3 Lapangan Kebersihan Keamanan Lintas Sektoral Loundry Tata Usaha

Kas / Bank, Petugas Umum, Transpor, Tata Buku


(60)

43

4.1.3 Rumah Sakit Balimbingan

Rumah Sakit Balimbingan adalah salah satu Unit Rumah Sakit di P T Perkebunan Nusantara IV selain RS.Laras dan RS.Pabatu. Didirikan pada tahun 1926 oleh HVA (Belanda), hingga saat ini bangunan dan bentuknya ± 80% masih original bangunan Belanda. RS.Balimbingan adalah eks PT.Perkebunan VIII sebelum bergabung dengan PTP.Nusantara IV. Ruangan rawat terdiri dari 10 bangsal ditambah 1 Unit ruangan Kelas I. Kapasitas tampung berkisar sampai 400 orang pasien yang dulunya diperuntukkan bagi seluruh karyawan kebun HVA di Kabupaten Simalungun. Setelah kebun-kebun di Simalungun dikelompokkan menjadi beberapa PNP/PTP dan berdirinya RS.Pembantu Sidamanik, kapasitas RS.Balimbingan dikurangi menjadi 120 tempat tidur dengan memakai 9 ruangan perawatan ditambah 1 Unit Kelas I.

4.1.3.1. Cakupan kerja

RS.Balimbingan membawahi Puskesbun Sidamanik dan Puskesbun Pasir Mandoge. Pasien yang dirawat di RS.Balimbingan adalah sebagai berikut :

1. Rujukan Langsung dari : Kebun Balimbingan, Kebun Marjandi, Kebun Bah Birong Ulu, Unit RS.Balimbingan, Kebun Marihat, Kebun Tonduhan, Kebun Bah Jambi Afd.III,V, VI & VIII.

2. Rujukan melalui Puskesbun Sidamanik : Kebun Sidamanik + Kebun Sibosur, Kebun Tobasari, Kebun Bah Butong


(61)

44

3. Rujukan melalui Puskesbun Pasir Mandoge : Kebun Sei Kopas, Kebun Pasir Mandoge

4. Pasien Umum

4.1.3.2 Letak geografis

• Berada ± 300 meter diatas permukaan laut sehingga suhu udaranya sedang. • Jarak dari Pematang Siantar - RS.Balimbingan ± 20 Km. Dikelilingi

kebun-kebun PTP.Nusantara IV dengan jarak sebagai berikut :

a. Kebun Balimbingan = 2 Km

b. Kebun Marihat = 12 Km

c. Kebun Bah Jambi Afd.VI,VII,VIII = 2 Km

d. Kebun Tonduhan = 17 Km

e. Kebun Marjandi = 38 Km

f. Kebun Bah Birong Ulu = 40 Km

g. Kebun Sidamanik = 45 Km

h. Kebun Bah Butong = 48 Km

i. Kebun Tobasari = 56 Km

j. Kebun Pasir Mandoge = 45 Km


(62)

45 Gambar 4.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Balimbingan

MANAJER UNIT Pj.Ka.Pus kesbun Pasir Mandoge Ka. Puskes bun Sidamanik Asisten Kesehatan

Komite Dinas Medis

Kepala Instalasi Farmasi Asisten SDM & Umum Puskesbun Pasir Mandoge Puskesbun

Sidamanik Apotik /

Farmasi

Admi &

Umum Umum/ Keamanan KOMITE MEDIS Asisten Kesehatan Asisten Kesehatan Asisten Kesehatan Penenj. Medis Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Jalan Rawat Inap Penj.Medis Admi Rawat Jalan Rawat Inap Penj. Medis Admi Poli Kary. Pimpinan Poli Dokter Spesialis Poli 24 Jam

Klinik Gigi Klinik KB Poli. Marihat Poli Tonduhan Posyandu Kls.I Kls.II Pria KlsII Wnita Kls.III Pria Kls.III Wnta Rng Pasca Bedah Rng Bersalin Rng Trauma Rng Isolasi Medcal Record Laboratorium Kamar Ronsen EKG / USG Physioteraphy Instalasi Gizi Kamar Operasi (OK) Tata Buku Finansial Anggaran Komputer Gudang Ratel Teknik/Supir Pemel. Emplasmen Dapur Dobi/Laundry


(1)

IV (Sig>0,005). Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh tidak langsung kepada kinerja individu, dan juga sejalan dengan pendapat Rivai (2007) yang mengasumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti dalam produktivitas antara laki-laki dan perempuan.

Pada penelitian ini jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada jenis kelamin, kinerja ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan, walaupun pada pekerjaan ini diperlukan suatu ketelitian dan kesabaran yang menyebabkan baiknya kinerja tersebut. 3. Tingkat Pendidikan

Hasil analisia menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig>0,005). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan ungkapan Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003). Dalam proses dalam penyampaian informasi sampai dapat dipahami oleh seseorang tergantung pada tingkat intelektualnya. Demikian juga ungkapan dari Arikunto (2006), tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada perilaku manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu informasi atau konsep.

Pada penelitian ini tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada tingkat pendidikan keahlian dokter; kinerja ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan dan Undang undang yang berlaku yang mengharuskan bahwa setiap dokter yang melakukan pekerjaan pelayanan kesehatan melaksanakan pengisian rekam medis ( Undang Undang RI No 29/2004 tentang praktik kedokteran), 5. Lama Kerja

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tidak ada pengaruh lama kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig>0,005). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja individu.

Pada penelitian ini lama kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada lama kerja responden, karena dalam melakukan pekerjaan rutinnya responden di lokasi penelitian melakukan berbagai jenis tindakan pelayanan kesehatan dan rekam medis merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan dan melaksanakan pekerjaan tersebut tidak memerlukan


(2)

suatu ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya, tetapi didasarkan pada kewajiban mememnuhi suatu ketentuan yang dibuat oleh manajemen setempat yang terikat dengan Undang- Undang yang berlaku.

B MOTIVASI EKSTRINSIK 1. Kompensasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tidak ada pengaruh kepuasan kompensasi yang diterima terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig>0,005) Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa perilaku dan prestasi individu dipengaruhi oleh imbalan. Pada penelitian ini kompensasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada kompensasi yang diterima responden, karena kompensasi yang diterima responden berdasarkan ketentuan yang telah disepakati sedangkan kelengkapan pengisian rekam medis merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan terikat dengan standar prosedur yang telah ditetapkan dan Undang Undang yang berlaku. Jadi dapat dipahami bahwa kompensasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap.

2. Kondisi Kerja

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ada pengaruh kondisi kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig<0,005). Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa kondisi kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja. Pada penelitian ini kondisi kerja berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi kerja yang menyebabkan ketidak nyamanan pada waktu pengisian rekam medis, untuk itu diharapkan manajemen rumah sakit secara keseluruhan dapat mengantisipasi hal tersebut dengan membuat susana ruangan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengisian rekam medis senyaman mungkin untuk dapat menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan

3. Status Kepegawaian

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tidak ada pengaruh status kepegawaian terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig>0,005). Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebahagian besar dokter konsultan yang merupakan pegawai negeri telah mengetahui sanksi apabila tidak melakukan pengisian rekam medis, karena rumah sakit tempat mereka bekerja telah melaksanakan akreditasi. Sedangkan dokter honorer


(3)

berusaha bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan agar mereka tetap dapat dipekerjakan di RS PTPN IV. Dokter pegawai tetap mengisi rekam medis berdasarkan pada standar prosedur kerja yang ada, supervisi dan sanksi dari Undang Undang yang berlaku.. Jadi walaupun terdapat tiga macam status kepegawaian yang bekerja di Rumah Sakit PTPN IV tetapi semua status kepegawaian tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis. Hal ini dapat dipahami karena ketiga kelompok tersebut bekerja dibawah pengawasan manajemen yang sama, prosedur yang sama dan sanksi Undang- Undang yang sama.

4. Prosedur Kerja

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tidak ada pengaruh prosedur kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig>0,0050. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa prosedur kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja.

Prosedur kerja pengisian rekam medis di Rumah Sakit PTPN IV dibuat berdasarkan versi masing-masing rumah sakit walaupun mengacu kepada peraturan pmerintah yang berlaku tetapi belum seragam untuk ketiga Rumah Sakit PTPN IV. Walaupun pada periode yang diamati kinerja kelengkapan rekam medis dari responden menunjukkan kinerja yang sedang dan baik, tetapi hal ini harus tetap diperbaiki prosedur kerja yang

baku yang seragam antara ketiga rumah sakit,

5. Supervisi

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh supervisi terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV(Sig<0,005). Menurut Herzberg dalam teori kepuasan dua faktor supervisi termasuk kedalam faktor higiene dan bukan faktor motivasi maknanya faktor ini mencegah ketidak puasan individu tetapi tidak mampu memotivasi. Pelaksanaan pengawasan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen rumah sakit. Keberhasilan pengawasan sangat dipengaruhi oleh supervisor. Dalam hal ini bisa atasan langsung, pimpinan kantor, aparat fungsional, maupun masyarakat (Nirwan dan Zamzami, 1999). Menurut Saydam (1996), jika supervisor ini dekat dengan karyawan dan menguasai liku-liku pekerjaan serta penuh dengan sifat- sifat kepemimpinan maka suasana kerja akan bergairah dan bersemangat dan sebaliknya, apabila supervisor tersebut angkuh, mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan, akan menciptakan situasi kerja yang tidak mengenakkan, dan dapat menurunkan semangat kerja. Pengawasan tetap dibutuhkan untuk mencegah ketidakpuasan pada kinerja.

Pengawasan yang dilakukan di Rumah Sakit PTPN IV karena belum adanya Komite medik ditiap Rumah Sakit dilakukan oleh Manajemen tertinggi di Rumah Sakit berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh petugas rekam medis secara periodik dan


(4)

disampaikan secara umum pada waktu rapat.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1.Tidak terdapat pengaruh umur,jenis kelamin, tingkat pendidikan,lama kerja,kompensasi, status kepegawai an dan prosedur kerja.

2.Ada pengaruh kondisi kerja dan supervisi.

3.Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kelengkapan [pengisian rekam medis pasien rawat inap adalah kondisi kerja.

Saran

1. Manajemen rumah sakit mem perbaiki kondisi kerja yang berhubungan dengan pengisian rekam medis agar dapat menimbulkan kinerja yang diharapkan. dan supervisi juga harus dilaksanakan secara tepat dan sesuai periode yang ditetap kan.

2. Bagan organisasi ke tiga rumah sakit dibuat berdasarkan PerMenkes No 983/SK/Menkes/XI /92 pada tiap bagan organisasi harus ada komite medik yang bertugas menyusun standar pelayanan, dan mengevaluasi pelaksanaan rekam medis

Daftar Pustaka

Adikoesoemo.S,1995,Manajemen Rumah Sakit, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Anggraini.S.S, Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Dr

Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2007 (Tesis) : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Arikunto S,2006, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan edisi revisi, Jakarta, Bumi Aksara.

Awliya.N, 2007,Evaluasi angka kelengkapan rekam medis dokter pada pasien rawat inap sebelum dan sesudah pelatihan di RSUD Banjarbaru Kalimantan Selatan tahun 2007 (Tesis) : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Azwar.A,1996, Pengantar

Administrasi Kesehatan, Jakarta Bina Rupa Aksara.

Depkes RI, Permenkes No

749a/Menkes /Per/XII/1989 tentang rekam medis.

_________, Keputusan Menteri Kesehatan nomor

131/menkes/SK/II/2004 tenang Sistem Kesehatan Nasional. _________, Pedoman Pengelolaan

Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia,1997.

Gibson.J.L,Ivancevich.J.M,Donelly.J. H,1994, Organisasi dan

Manajemen, Perilaku Struktur Proses, Edisi keempat, Jakarta, Binarupa Aksara.

__________,1997, Organisasi jilid 1 edisi kelima (penterjemah Agus Dharma), Jakarta,Penerbit Erlangga.

Hanafiah.M.J ,Amir.A, 1999,Etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 3, Jakarta EGC.

Hasibuan.M, 1996,Organisasi dan motivasi, Jakarta, Bumi Aksara.


(5)

Handoko.T.H,2001,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta. BPFE Press,

Harapan.B,2004, Kepuasan kerja dan hubungannya dengan kinerja perawat di bagian rawat inap rumah sakit Permata Bunda Medan ( Tesis) : Program Magister Administrasi rumah sakit Program Studi Ilma Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ilyas.Y,2001,Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta

Karina, Komitmen Organisasi,http: //rumah belajar

psikologis.com/index.php/komitmen -organisasi.html

Konsil kedokteran Indonesia, 2007, Manual Rekam medis.

________, 2007, Kesetaraan dokter- pasien

Kuntjoro.Z.S, 2002, Komitmen

Organisasi,www.Psikologi.com/ma salah/250702.html

Kusnanto,2004,Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional, Jakarta EGC.

Luthans.F, 2006,Perilaku Organisasi,Yogyakarta,Andi.

Lumbantobing. M.T.A, 2004,Analisis pengaruh karakteristik individu, organisasi dan psikologis terhadap kinerja bidan di desa dalam pencatatan pelaporan program KIA di Kabupaten Aceh Timur (Tesis),Medan : Program Magister Administrasi dan kebijakan Kesehatan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mambodyanto,1999,Peran Sistem Manajemen Rumah sakit dalam mencegah dan menangani tuntutan hukum terhadap tenaga medis (Makalah Seminar),Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mangkunegara.A.P, 2001,Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, , Bandung. P T Remaja

Rosdakarya.

Meliala.A,Sunartini,Telaah Rekam medis pendidikan dokter spesialis sebelum dan sesudah pelatihan di IRNA II RSUP Sardjito

Yogyakarta,www.jmpk- online.net/files/vol-07-03-2004-9.pdf.

Nirwan, Zamzami F, 1999, Motivasi Kerja Pegawai Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jurnal Manajemen & Bisnis 2 (1) Notoatmodjo S, 2003, Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan, Jakarta,Rineka Cipta.

Pohan.I.S,2007,JaminanMutu Layanan Kesehatan,Penerbit buku kedokteran, Jakarta EGC.

Puri.H.I, 2004, Analisis kepuasan kerja pelanggan internal dan mutu pelayanan pada pelanggan eksternal di Rumah sakit Permata Bunda Medan ( Tesis), Medan : Program Magister Administrasi Rumah sakit Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Petugas Rekam medis, Aktor

BelakangLayar?


(6)

Riduwan , 2006, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung, Alfabeta.

________, 2008, Skala pengukuran variabel-variabel penelitian, Bandung, Alfabeta.

Rivai.V,2005, Perfomance Appraisal, Jakarta, P T Raja Grafindo Persada.

________,2007, Kepemimpinan dan perilaku organisasi, Jakarta, P T Raja Grafindo Persada. Robbins.S.P,2002, Perilaku organisasi,

Jakarta, Penerbit Erlangga. Saydam G,1996, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Jakarta, Jambatan. Singarimbun.M,Effendi.S,1989,

Metode penelitian survai, Jakarta, LP3ES.

Soeprihantono,J,1988,Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Pengembangan Karyawan, Yogyakarta, BPFE Press.

Sugiyono, 2006, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R& D, Bandung, Alfabeta.

Tarigan.N,2006,Pengaruh kepuasan kerja dokter spesialis terhadap tindakan merujuk pasien ke RSUP H Adam Malik Medan (Tesis),Medan : Program Magister Administrasi dan kebijakan Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat program

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Trisnantoro.L,2005,Aspek strategis Manajemen Rumah Sakit, Yogyakarta, Andi.

Waruna .S.M, 2003, Analisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pecatatan rekam medis pasien rawat inap di Rumah sakit Santa Elisabeth Medan ( Tesis), Medan : Program Magister Administrasi rumah sakit Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wichaksana.A,2000,Rekam medis dan Kinerja Rumah sakit, Cermin Dunia Kedokteran No 129,2000,49, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di RSU Kabanjahe Kabupaten Karo

5 45 157

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009

3 56 121

Pengaruh Karakteristik Dokter Terhadap Kinerja Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Idi Kabupaten Aceh Timur

5 80 104

Pengaruh Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Terhadap Kelengkapan Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Rekam Medis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan

13 124 173

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Psikologis Terhadap Kinerja Perawat Dalam Kelengkapan Rekam Medis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 37 89

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN Analisis Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Hyperplasia Of Prostate Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri Tahun 2013.

0 2 15

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN Analisis Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Hyperplasia Of Prostate Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri Tahun 2013.

0 3 17

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis dengan di Moderasi Karakteristik Individu (Studi di Rumah Sakit Islam Unisma Malang)

0 1 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rekam Medis 2.1.1 Pengertian Rekam Medis - Pengaruh Karakteristik Individu, Iklim Kerja dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kelengkapan Rekam Medik dalam Manajemen Klaim Pasien Rawat Inap di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit U

0 0 44

TESIS UPAYA PENINGKATAN KINERJA DOKTER BERDASARKAN HASIL ANALISIS RISK AWARENESS DALAM KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA SIDOARJO

0 0 19