Cet. Ke-15, h. 187. Review Studi Terdahulu

menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. 11 Jumlah responden dalam penelitian kualitatif bersifat fleksibel, sangat tergantung pada kebutuhan peneliti itu sendiri. Dalam melakukan penelitian, metode pembahasan yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif-kualitatif sebagai upaya eksplorasi dan klarifikasi mengenai efek poligami terhadap psikologis wanita dan anak-anak. Sedang pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam hal ini, peneliti ingin membahas pandangan pribadi orang. Karena masing-masing orang berbeda. Perbedaan pandangan ini sangat jelas. Bagaimanapun juga, kadang-kadang pandangan orang agak mirip. Untuk mengetahui selisih perbedaan pandangan yang sedikit ini, alasan informan dan penjelasan secara rinci perlu digali. Penulis ingin memahami dan menggambarkan pandangan informan yang rumit itu secara mendalam, bukan secara garis besar saja. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif dianggap paling cocok untuk penelitian ini. Adapun skripsi ini ditulis dengan berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Review Studi Terdahulu

Dari sekian banyak literatur skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang ada di Perpustakaan dan berbagai wacana yang berkaitan dengan poligami. Penulis mengambil beberapa skripsi dan wacana tersebut untuk dijadikan sebagai bahan 11 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001, Cet. Ke-15, h. 187.

perbandingan. Diantaranya adalah: Penulis yang bernama Erlia Mukti, SJAS 2006, dengan judul skripsi “Pengaruh Poligami Terhadap Kesejahteraan Keluarga Studi Kasus Di Depok”. Skripsi ini lebih menekankan kepada hak atas anak dan pengaruh poligami terhadap kesejahteraan keluarga. Menurut skripsi ini kesejahteraan keluarga tidak hanya diukur dengan banyaknya materi, namun juga diukur dengan immateri yaitu, perasaan kasih sayang dan rasa cinta yang mengalir dalam anggota keluarga. Pada umumnya keluaga poligami mengalami kekurangan kesejahteraan, khususnnya kesejahteraan dalam hal materi, yaitu 50 pelaku poligami berpenghasilan kurang dari 500.000 perbulan padahal kebutuhan saat ini semakin mahal sehingga tak jarang isteri harus memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Jangankah untuk biaya pendidikan, urusan dapur pun sangat sulit untuk dipenuhi. Sedangkan Penulis yang bernama Ely Faizatun Na’imah, menulis wacana “Poligami Dan Perempuan”. Penulis menguraikan salah satu faktor yang dianggap menyuburkan terjadinya praktik poligami adalah teks-teks keagamaan. Pertama, bagi para pelaku yang taat beragama dalam artian memahami dan menjalankan agama secara ketat, biasanya mereka melakukan hal itu karena alasan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. Kedua, Surat an-Nisa ayat 3, sering sekali dijadikan sebagai teks legitimasi bagi pelaku polgami. 12 Sedangkan Desertasi yang dibuat oleh Nina Nurmila, PhD untuk meraih 12 Ely Faizatun Na’imah, Poligami Dan Perempuan, diakses tgl.3-8-07, http:www.lingkarpeduliperempuan.blogspot.comhtml. gelar Doktornya tentang “Poligami Dalam Perspektif Sosial, Ekonomi Dan Budaya”. Menurut penelitian penulis, dari pihak perempuan, poligami banyak dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi untuk dapat keluar dari kemiskinan. Selain mengatasi kemiskinan, perempuan yang mau dimadu, biasanya menganggap poligami juga dapat meningkatkan status sosial yang lebih tinggi melalui status sosial suaminya. Penyebab lainnya adalah faktor ketertarikan fisik dan mengakhiri masa lajang. Penulis mengungkapkan, di lain pihak mayoritas kaum adam berpoligami karena berawal dari selingkuh dan adanya asumsi bahwa poligami merupakan fitrah laki-laki sehingga mendorongnya untuk mencari pelepasan hasrat seksual pada lebih dari satu pasangan. Selain itu, ketidaksetaraan relasi jender antara suami dan istri serta kampanye poligami juga dapat turut menjadi penyebab atau pendorong praktik poligami. Undang-Undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia juga bisa menjadi faktor pendorong untuk berpoligami pada laki-laki yang merasa mampu memenuhi kriteria yang disayaratkan untuk berpoligami. 13 Berbeda dengan skripsi-skripsi terdahulu dan wacana yang ada, skripsi yang penulis buat ini membahas tentang bagaimana para pelaku poligami membahas dan menjelaskan perilaku poligami mereka yang sangat jarang tersentuh, sehingga sering kali poligami itu dianggap sebagai suatu penyimpangan dan mengundang kontroversi dari berbagai kalangan serta mencari tahu bagaiman poligami itu dilakukan dengan menggunakan beberapa teori yaitu, Teori Gender, Teori Keadilan dan Teori Hak-Hak 13 Nina Nurmila, Poligami Dalam Perspektif Sosial,Ekonomi Dan Budaya, diakses tgl. 29-8-

07, http:www.gatra.comartikel.html.