hal. 39. Poligami dalam Hukum Islam

setelah perang Uhud, dimana banyak sahabat wafat di medan perang. Sejumlah besar para wanita dan anak-anak ditinggalkan tanpa tempat perlindungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Allah swt mewahyukan ayat yang mengizinkan lelaki berpoligami. Namun, meskipun poligami diizinkan, Allah swt membataskan jumlah isteri hanya kepada empat orang saja. 28 Ayat ini memungkinkan lelaki Muslim mengawini janda atau anak yatim jika dia yakin itu merupakan cara melindungi kepentingan anak-anak yatim tersebut dan juga untuk melindungi hartanya dengan penuh keadilan. 29 Sayyid Qutb menggambarkan bahwa pada masa jahiliyah banyak kebiasaan- kebiasaan buruk yang telah berlangsung saat datangnya Islam di tanah Arab. di antaranya adalah hak-hak anak yatim dirampas khususnya anak-anak yatim perempuan di dalam kangkangan keluarga, para wali dan penanggung jawab. Hartanya yang baik, ditukar dengan yang buruk, dihambur-hamburkan dengan rakus, karena khawatir bila anak-anak yatim itu telah besar akan mengambilnya. Anak-anak yatim yang kaya ditahan untuk dijadikan istri oeh para walinya, karena tamak kepada harta mereka bukan karena menginginkan mereka. Atau diberikan kepada anak lelaki para wali, untuk tujuan yang sama, agar harta tidak keluar dan jatuh ke tangan orang lain. 30 28 Sisters in Islam 18 Agustus 1990, diakses tgl 17-12-2007, sumber: http:www.sistersinislam.org.mySIS20Malay20web2letterstoeditorsMalay18081990.htm. 29 Lily Zakiyah Munir, Wabah Itu Bernama Poligami, Kompas Jakarta, 14 Desember

2006, hal. 39.

Kebiasaan ini juga berlangsung di awal Islam, hingga Al-Qur’an datang melarang dan menghapuskannya dengan berbagai pengarahan luhur dan mengembalikan masalah ini kepada hati nurani. Dalam ayat lain QS. 4: 129 ⎯s9uρ þθãè‹ÏÜtFó¡n βr θä9ω÷ès? t⎦÷⎫t Ï™|¡ÏiΨ9 öθs9uρ öΝçFô¹tym Ÿξsù θè=ŠÏϑs? ¨≅à2 È≅øŠyϑø9 yδρâ‘x‹tGsù Ïπs¯=yèßϑø9x. 4 βÎuρ θßsÎ=óÁè? θà−Gs?uρ χÎsù © tβx. Y‘θàxî VϑŠÏm§‘ ∩⊇⊄®∪ Artinya : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Secara kategoris menyatakan, tidak mungkin seorang lelaki dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, betapapun dia menginginkannya. Ayat ini dapat disimpulkan, Islam pada dasarnya agama monogami. Oleh karena itu, Sayyid Qutb menegaskan bahwa, Islam tidak menumbuhkan poligami, tetapi hanya membatasinya. Tidak memerintahkan poligami, tetapi hanya memberikan rukhshah dan menentukan syarat di dalam pelaksanaannya. Islam memberikan rukhshah dalam hal ini untuk menghadapi berbagai realitas kehidupan ummat manusia dan berbagai darurat fitrah kemanusiaan. Jika tidak demikian, maka rukhshah yang diberikan, tidak boleh dilakukan. 31 Jika kita menoleh ke sejarah perkawinan Nabi SAW, akan kita jumpai bahwa Nabi berpoligami pada masa hanya sepuluh tahun di akhir usianya. Sementara dua 30 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an, terj. Ainur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Rabbani Press, 2001, Jilid 2, hal. 599. puluh lima tahun sebelum itu Nabi menjalani kehidupan monogami bersama Khadijah binti Khuwailid sampai Khadijah wafat dan Nabi saat itu telah berumur 50 tahun. Tiga tahun setelah itu barulah Nabi menjalani poligami. 32 Wanita yang dinikahi Rasul adalah semuanya janda, kecuali ’Aisyah r.a, dan semuanya untuk tujuan menyukseskan dakwah, atau membantu dan menyelamatkan wanita yang kehilangan suami. Mereka umumnya bukanlah wanita-wanita yang dikenal memiliki daya tarik memikat. 33 31 Sayyid Qutb, Op. Cit., hal. 650-1. 32 Siti Habiba 30 Agustus 2005, Poligami Dalam Perspektif Al-Quran Sunnah, diakses tgl. 16-12-2007, http:www.selayar.comislamislam001.html. 33 Quraish Shihab, Op. Cit. hal. 326.

BAB III POLIGAMI DALAM BERBAGAI TEORI