12
Untuk mengetahui IMT orang dewasa digunakan data berat badan dan tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur di atas 18
tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Batas ambang IMT untuk Indonesia menggunakan klasisikasi IMT Asia Pasifik. Tabel 2. 4 Klasifikasi indeks massa tubuh Asia Pasifik
Kategori IMT kgm
2
Underweight 18,5
Normal 18,5-22,9
Overweight 23,0-24,9
Obese 25,0
Sumber : World Health Organization 2000
2.4 Survei Konsumsi Makanan
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
2.4.1 Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food record atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta
untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga URT atau menimbang dalam ukuran berat gram
13
selama periode tertentu 2-4 hari berturut-turut, termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
Langkah-langka pelaksanaan food record: Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram
nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan Petugas memperkirakanestimasi URT ke dalam ukran berat gram untuk
bahan makanan yang dikonsumsi tadi. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
Membandingkan dengan AKG. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati
sebenarnya true intake tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.
Kelebihan metode estimated food record: Metode ini relatif murah dan cepat.
Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar. Dapat diketahui zat gizi sehari
Hasilnya relatif lebih akurat. Kekurangan metode estimated food record:
Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden mengubah kebiasaan makannya.
Tidak cocok untuk responden yang buta huruf. Sangat bergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
14
2.4.2 Metode Frekuensi Makanan Food frequency
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tetapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunanakan dalam penelitian epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi konsumsi makanan tersebut pada periode tertentu.
Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.
Langkah-langkah metode frekuensi makanan: Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang
tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya.
Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat
gizi tertentu selama periode tertentu pula. Kelebihan metode frekuensi makanan:
Relatif murah dan sederhana. Dapat dilakukan sendiri oleh responden.
Tidak membutuhkan latihan khusus. Dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makan.
15
Kekurangan metode frekuensi makanan: Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari.
Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data. Cukup menjemukan bagi pewanwancara.
Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.
Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.
2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia