2.3.1 Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan aktivitas organisme, sebab pada umumnya organisme memiliki kisaran suhu tertentu supaya dapat
melakukan aktivitas optimalnya. Suhu tidak dapat diawetkan sehingga harus diukur di lapangan, sampel yang dibawa ke laboratorium untuk dianalisis juga
sering kali harus diukur lagi supaya suhunya di laboratorium sebab boleh jadi ada pengaruhnya terhadap hasil analisis. Alat pengukur suhu namanya termometer.
Berbagai macam alat telah tersedia di pasaran untuk pengukuran suhu mulai dari yang paling sederhana, yaitu termometer alkohol sampai dengan yang
menggunakan elektroda. Ketika mengukur suhu, ketelitian yang diminta pada umumnya sampai dengan 0,1
o
C. Satuan suhu yang sering digunakan adalah Celcius lambangnya
o
C Hariyanto, 2008. Dibandingkan dengan udara, air mempunyai kapasitas panas yang lebih
tinggi. Untuk memanaskan sebanyak 1 kg air dari 15
o
C menjadi 16
o
C misalnya, dibutuhkan energi sebesar 1 kcal. Untuk hal yang sama, udara hanya
membutuhkan energi sebesar seperempatnya. Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 10
o
C hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2 -3 kali
lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara di lain pihak dengan naiknya temperatur akan
menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi
Barus, 2004.
2.3.2 pH
Keberadaan dan keadaan organisme di alam sangat dipengaruhi oleh faktor nonbiotik selain faktor biotik. Faktor nonbiotik yang biasa diukur dalam studi
ekologi adalah faktor fisik dan faktor kimia. Ada kalanya kedua faktor itu disatukan menjadi faktor fisikokimia, tetapi ini hanya sekedar penamaan saja.
Faktor fisik yang biasanya diukur adalah temperatur, kelembapan, intensitas
Universitas Sumatera Utara
cahaya, komposisi substrat berdasar teksturnya, dan arus. Faktor kimia yang sering diukur adalah salinitas, pH, DO, BOD, CO, kadar nutrien, fosfat, N, nitrat
dan nitrit amonia, dan kandungan logam berat. Unsur kimia lain yang diukur adalah P, N, amonia, natrium, Si dan nitrat. Faktor lain yang biasa diukur adalah
pH. Harap diperhatikan bahwa sekalipun pH sifatnya diukur, tetapi skalanya tidak linear dan terbatas, oleh karena itu data pH tidak dapat diuji dengan statistik biasa
parametrik Hariyanto, 2008. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,
didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH=log 1H
+
, dimana H
+
adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan
organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium yang bersifat toksik, semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme
air. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH diatas netral akan
meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme Barus, 2004.
2.3.3 Penetrasi cahaya