4.2.4. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi pendidikan orang tua responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia
No Pendidikan
Miopia Tidak Miopia
Total Persentase
f F
1 SD-SMP
6 10,00
6 16,67
12 12,50
2 SMA-Strata
54 90,00
30 83,33
84 87,50
Total 60
100,00 36
100,00 96
100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 54 orang 90,00 orang tuanya
berpendidikan SMA-Strata, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami miopia memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan seseorang sering digunakan untuk menghubungkan lamanya waktu bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang
– orang yang berpendidikan tinggi. Hasilnya adalah orang yang berpendidikan tinggi lebih
banyak yang mengalami miopia
25
. Banyaknya buku yang dibaca per minggu merupakan salah satu petanda
aktivitas melihat dekat yang secara independen berhubungan dengan tingkat pendidikan dan perilaku orang tua serta status ekonomi keluarga. Keluarga
dengan tingkat penddidikan tinggi dan perilaku suka membaca akan mendorong anaknya untuk membaca atau melakukan aktivitas melihat dekat yang lebih
banyak
26
.
4.2.5. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi penghasilan orang tua responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia
No Penghasilan
Miopia Tidak Miopia
Total Persentase
f f
1 Rp 1.2500.000,00
3 5,00
2 5,56
5 5,21
2 Rp 1.250.000,00 - Rp
5.000.000,00 24
40,00 16
44,44 40
41,67 3
Rp 5.000.000,00 33
55,00 18
50,00 51
53,13
Total
60 100,00
36 100,00
96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 33 orang 55,00 orang
tuanya memiliki penghasilan lebih dari Rp 5.000.000, ini dapat disimpulkan bahwa responden miopia cenderung memiliki orang tua dengan penghasilan
tinggi. Berbagai penelitian mendapatkan prevalensi miopia meningkat dengan
meningkatnya penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan
1
. Keluarga dengan status ekonomi yang lebih tinggi mempunyai
kemampuan lebih baik untuk membeli buku dan fasilitas untuk pergi ke perpustakaan atau toko buku serta membeli fasilitas lainnya
26
.
4.2.6. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi aktivitas melihat dekat responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia
No Aktivitas
Melihat Dekat Miopia
Tidak Miopia Total Persentase
f f
1 5 jam
26 43,33
20 55,56 46 47,92
2 5 - 10 jam
24 40,00
12 33,33 36 37,50
3 10 jam
10 16,67
4 11,11 14 14,58
Total 60
100,00 36
100,00 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden terlihat bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 34 orang 56,67 melakukan aktivitas
melihat dekat lebih dari 5 jam sedangkan sebanyak 20 orang 55,56 responden tidak miopia melakukan aktivitas melihat dekat kurang dari 5 jam . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa responden miopia melakukan aktivitas dekat lebih lama dibandingkan dengan responden tidak miopia.
Aktivitas melihat dekat dari beberapa penelitian diketahui dapat meningkatkan terjadinya miopia
26
. Aktivitas melihat dekat menyebabkan akomodasi terus menerus, sehingga menyebabkan meningkatnya suhu pada bilik
mata depan yang selanjutnya akan meningkatkan produksi cairan intraokular. Peningkatan tersebut akan meningkatkan tekanan bola mata yang berhubungan
dengan miopia
27
. Aktivitas melihat dekat menyebabkan stress induces distant accomodation
yang terus menerus dan mengakibatkan perubahan biokimia dari sklerayaitu fibroblas sklera yang merupakan suatu mekanisme kimia untuk peregangan,
terjadi setelah 30 menit saat berakomodasi. Akumulasi akomodasi yang terus menerus menyebabkan memanjangnya waktu mekanisme peregangan yang
berdampak pada meregangnya sklera, sehingga bayangan objek pada aktivitas melihat dekat jatuh di depan retina
18
. Bukti lain ditemukan pada anak muda China di Hongkong yang miopia
menunjukkan adanya kecenderungan tingginya blur driven nearwork-induced transient myopia yang terus menerus setelah aktivitas melihat dekat. Hal ini
diperkirakan dapat mengeksaserbasi predisposisi genetik mata miop yang selanjutnya dapat mengalami progresivitas
24
. Miopia lebih banyak terdapat pada orang-orang yang pekerjaannya
memerlukan fokus mata jarak dekat dalam kurun waktu yang lama, seperti pekerjaan yang berhubungan dengan komputerlaptop
20
.
4.3. Keterbatasan Penelitian