Proses Melihat Kelainan Refraksi

dengan korpus siliaris 11 , berfungsi dalam menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama akomodasi 14 . f. Retina merupakan jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata, membentang ke depan dan berakhir di tepi ora serrata, mengandung fotoreseptor 11 . g. Korpus Vitreus merupakan badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua per tiga dari volume dan berat mata, berisi air 99, sisanya 1 meliputi kolagen dan asam hialuronat sehingga mirip gel yang membantu mempertahankan bentuk mata 11,14 .

2.1.2. Proses Melihat

Berkas cahaya akan berbelok berbias mengalami refraksi apabila berjalan dari satu medium ke medium lain dengan kepadatan yang berbeda kecuali apabila berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus permukaan 14,15 . Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui melalui media transparan lain misalnya air dan kaca. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium yang densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat sebaliknya juga berlaku 14 . Gambar 2.3. Proses Melihat Sumber: www.google.com Dengan masuknya sinar kedalam mata, terjadilah proses penglihatan yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap sintesa fotokimia, tahap pengiriman sinyal sensoris dan tahap persepsi di pusat penglihatan. Tahap pembiasan terjadi di kornea, lensa, badan kaca, dimana titik hasil pembiasan tergantung pada panjang sumbu bola mata. Sedangkan proses fotokimia terjadi pada fovea di makula. Proses kimia yang terjadi akan merangsang dan menimbulkan impuls listrik potensial. Selanjutnya impuls listrik ini akan diantar oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di otak untuk diproses sehingga terjadi persepsi penglihatan 9 . Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina. Fotoreseptor pada retina mengumpulkan informasi yang ditangkap mata, kemudian mengirimkan sinyal informasi tersebut ke otak melalui saraf optik. Semua bagian tersebut harus bekerja simultan untuk dapat melihat suatu objek 11,16 . Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot siliaris akan berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat 14 .

2.1.3. Kelainan Refraksi

Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi dengan panjang bola mata yang seimbang. Hal ini memungkinkan bayangan benda setelah melalui media tersebut tepat dibiaskan di retina pada mata yang tidak mengalami akomodasi atau istirahat untuk melihat jauh, sehingga memiliki tajam penglihatan 66. 1 Semakin bertambah usia maka status refraksi berangsur-angsur menjadi emetropia. Emetropisasi penyesuaian komponen bola mata dan kekuatan sistem optik yang mengakibatkan benda dari jarak jauh akan difokuskan secara tepat di retina tanpa akomodasi sifatnya bervariasi pada setiap individu, sehingga pada sekelompok individu dapat menimbulkan ametropia. Kelainan refraksi merupakan istilah yang dipakai untuk keadaan ametropia akibat dari satu atau lebih komponen optik bola mata memperlihatkan variasi yang signifikan dari nilai variasi biologis normal, bukan merupakan penyakit atau kelainan bola mata kongenital, yaitu berupa miopia, hipermetropia, astigmatisma. 17 2.1.4. Miopia 2.1.4.1.Definisi