Teori S-O-R URAIAN TEORITIS

pengetahuannya. Kemudian ia pun aktif memasuki berbagai macam corak kehidupan hingga terkadang menampakkan sikap yang kontroversi. Setelah melewati masa pubertas maka remaja memasuki masa adoleson 18 – 20 tahun. dalam masa ini anak sudah mulai membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentukan jalan hidup way of life yang hendak ditemuinya. Dalam masa remaja inilah akan muncul segala perilaku seksual dalam diri remaja yang dodorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan yang sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini ada bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai pada pacaran atau berhubungan intim layaknya suami-istri. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku ini memang tidak berdampak apa-apa terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang ditimbulkannya.

II.4 Teori S-O-R

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus- Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-O-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi- Universitas Sumatera Utara reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang S dan menghasilkan tanggapan R yang kuat pula. S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya adalah keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara perasaan dan reaksi komunikan. Menurut model ini organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu. Maksudnya keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respons tertentu jika ada stimulus respons tertentu pula Effendy, 2003 : 254. Jadi unsur-unsur model ini adalah ; a. Pesan Stimulus, S b. Komunikan Organism, O c. Efek Response, R Universitas Sumatera Utara Hosland 1953 mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : a. Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Mar’at Effendy, 2003 : 255, dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu a. Perhatian b. Pengertian c. Penerima Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3 Model S-O-R Sumber : Effendy, 2002 : 253 Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti. Kemempuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Maka setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan yang terjadi adalah ; Stimulus Respon Peningkatan wawasan Organisme :  Perhatian  Pengertian  Penerima Universitas Sumatera Utara a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada komunikan, bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan. b. Perubahan afektif, dalam hal ini adapun tujuan komunikator bukan saja hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya timbul suatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu, gembira, puas, dan lain sebagainya. c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Pada penelitian ini, perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan kognitif, yaitu pesan yang disampaikan akan menimbulkan pengaruh terhadap pikiran komunikan, dimana dengan mengetahui atau melihat situs porno di internet komunikan akan terpengaruh pemikirannya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lain Rakhmat, 2004:27. Dalam hal ini adalah pengaruh situs porno di internet terhadap persepsi remaja tentang seks pra nikah di kalangan pelajar SMA Kota Medan . Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh diantara variabel-variabel tersebut. III. 2 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga sekolah di Kota Medan yaitu di SMAN 3 Medan Jl. Budi Kemasyarakatan No.3, SMA Panca Budi Jl. Gatot Subroto KM 4,5 Medan, dan SMA Shafiyyatul Amaliyyah Jl. Setia Budi No.191. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2009. III.2.2 SMA Negeri 3 Medan III.2.2.1 Sejarah SMAN 3 Medan SMA Negeri 3 Medan didirikan pada tahun 1954 dan dikepalai oleh Bapak Iskandar Simanjuntak dari tahun 1954 sd 1957. Pada awal berdirinya, lokasi SMA Negeri 3 Medan berada di Jalan Seram, kemudian pindah ke Simpang Limun tahun 1957 sd 1961, dikepalai oleh Bapak Ardion Sutan Kaliraja Siregar. Pada tahun 1961, lokasi SMA Negeri 3 Medan dipindahkan ke Jalan Pelajar dan Universitas Sumatera Utara