14
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah salah alat komunikasi yang sangat penting bagi setiap manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu
orang manusia yang dapat mempertahankan kehidupannya bila tidak ada bahasa. Banyak orang yang belum dapat menyadari bagaimana pentingnya bahasa bagi
manusia karena bahasa tidak dapat dilihat seperti wadah benda konkret lainnya yang sering dilihat oleh masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, umpamanya buku,
pensil, rumah, atau yang lain. Sebenarnya, bahasa itu adalah satu hal yang dapat dilihat dengan jelas. Seorang filosof Perancis, Rene Descartes di dalam Stumpf
1977:250 mengatakan “I think, therefore I am Cogito ergo sum”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bila seseorang tidak berpikir maka dia tidak ada,
sebab dia ada karena dia bisa berpikir dengan menggunakan otaknya. Dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan produk budaya dan bersumber dari proses
berpikir melalui otak. Jika bahasa tidak ada, maka manusia pun tidak ada karena tidak dapat berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa bila ada manusia maka bahasa pun sudah
jelas ada. Selanjutnya, dapat juga disadari bahwa untuk melakukan suatu kegiatan yang sangat mudah ataupun sangat kecil, seseorang harus menggunakan otak dan
bahasa, misalnya ketika seseorang bermimpi pun memakai bahasa. Tanpa kehadiran bahasa dalam mimpi tersebut maka mimpi pun tidak bisa terjadi.
Universitas Sumatera Utara
15 Ullman 2006:235 berkata,”Language is rooted in the biology of the brain.”
Sesuai pernyataan Ullman dan Descartes bahwa bahasa dan otak dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan bila bahasa tidak ada maka manusia pun tidak ada.
Bahasa Karo adalah salah satu bahasa daerah yang termasuk kelompok bahasa Austronesia Barat yang digunakan oleh masyarakat Karo secara umum. Bahasa Karo
adalah juga bahasa daerah yang penuturnya juga disebut suku Karo. Suku Karo mayoritas berdomisili di Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat yang bukan suku Karo
beranggapan bahwa suku Karo hanya tinggal di Kabupaten Karo, tetapi masyarakat suku Karo ada yang tinggal di Deli Serdang, dan Langkat. Di samping itu, dapat
dijumpai suku Karo yang berdomisili atau tinggal di Kabupaten Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, Aceh Tenggara, dan Kodya Medan serta di tempat lain di luar daerah
Sumatera Utara. Penelitian dialektologi sangat menarik untuk diterapkan terhadap bahasa
Karo. Dapat dipastikan bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini pada mulanya mempunyai protobahasa. Bynon 1979:71 dalam Nadra 2006:102 menyatakan
bahasa purba protobahasa addalah merupakan rakitan teoritis yang dirancang dengan sistem bahasa-bahasa dialek-dialek yang mempunyai hubungan kesejarahan
melalui rumusan kaidah-kaidah secara singkat. Secara sepintas dapat dikatakan bahwa sebelum kelima bahasa-bahasa Batak menjadi lima bahasa yang berbeda satu
dengan lainnya maka dia berada dalam satu bahasa yang merupakan protobahasa bahasa purba Batak. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan
teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penuturnya maka bahasa Karo
Universitas Sumatera Utara
16 sekarang ini sudah menjadi suatu protobahasa. Pada awalnya, ada satu bahasa yang
diguakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi, kemudian menjadi protobahasa sebab di antara penuturnya sudah terjadi adanya perbedaan wicara yang selanjutnya
menjadi perbedaan subdialek, kemudian menjadi dialek, dan ahirnya di waktu mendatang yang belum dapat ditetapkan kapan akan mencapai perbedaan bahasa.
Demikian juga bahasa Karo yang merupakan salah satu dari bahasa-bahasa Batak. Bahasa-bahasa Batak ada lima, yaitu bahasa Batak Karo, Batak Mandailing, Batak
Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Toba. Hal ini, nama bahasa-bahasa Batak dan penuturnya juga disebut Batak maka dapat diasumsikan bahwa bentuk protobahasa
bahasa purba dari bahasa-bahasa Batak itu ada. Sejak kapankah bahasa Batak sudah menjadi protobahasa belum dapat dikethui karena belum pernah diteliti. Nadra
2006 menjelaskan bahwa suatu bahasa akan menjadi protobhasa ketika bahasa tersebut sudah mempunyai dialek atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
perpisahan dialek dalam suatu bahasa akan meninggalkan protobahasa. Menurut pengetahuan peneliti, belum ada ahli bahasa yang tertarik meneliti
geografi dialek bahasa Karo. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menelitinya. Di samping itu, hal yang belum pernah diteli, berarti topik itu adalah topik baru.
Anttila 1972:47 menyatakan, “There is no language without variation, and this is true of nature in general: no two natuarl items are exactly alike. Such
variation does not always attract our attention, but it has its uses; … Linguists always stress the point that no speaker pronounces the same sound twice in exactly
the same ways.” Seiring dengan pendapat Anttila bahwa tidak ada bahasa yang tidak
Universitas Sumatera Utara
17 mempunyai variasi, hanya tingkat perbedaan yang beraneka ragam. Untuk itu maka
diberikan suatu tabel yang merupakan ukuran dan patokan untuk menentukan tingkat perbedaan dalam satu bahasa itu. Ayatrohaedi 1979 dan 2002 mengatakan bahwa
Meillet memberikan ciri-ciri dialek seperti perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa belum ada alasan
seseorang untuk mengatakan kapan suatu dialek akan berakhir dan kapan pula suatu bahasa dimulai.
Ada kecenderungan bahwa unsur satu bahasa bisa ditemukan berbeda yang disebabkan oleh faktor geografisnya. Cara penulisan di dalam satu bahasa bisa saja
serupa, tetapi cara mengujarkannya bisa berbeda. Hal tersebut merupakan ciri beda fonologis. Antara lain dapat diambil contoh beda fonologis di dalam bahasa Inggris
America. Secara umum orang Amerika untuk mengujarkan kata visit ditemukan dua versi, yaitu [visit] dan [vwisit], untuk kata coffee diujarkan [ka:fi] dan [ko:fi], untuk
kata pot diujarkan [pot] dan [pa:t], dan lai-lain. Demikian juga di dalam bahasa Karo ada ditemukan untuk kata ‘padi’ diucapkan [pag
ε], [pagai], dan [pagei]. Untuk bahasa Inggris Amerika tersebut dikatakan bahwa untuk kata visit ucapan [v] adalah
koresponsi dengan [vw], untuk kata coffee [a:] adalah koresponsi dengan [o:], untuk kata pot diucapkan ucapan [o] adalah koresponsi dengan [a:]. Dalam bahasa Karo
untuk kata ‘padi’ tersebut ucapan [ ε] mempunyai variasi [ai] dan [ei].
Kenyataan menunjukkan bahwa bahasa Karo sangat penting posisinya di kalangan mayarakat Karo. Hal ini dapat diketahui dengan munculnya mata pelajaran
bahasa Karo di Sekolah Tingkat Dasar SD dan Sekolah Tingkat Menengah Pertama
Universitas Sumatera Utara
18 SMP sebagai mata pelajaran yang bersifat muatan lokal. Hal ini seiring dengan
perkembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya maka bahasa Karo juga harus dapat mengikuti perkembangan tersebut.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ayarohaedi 1983 bahwa suatu bahasa bisa saja mengalami dua situasi, yaitu 1 menjadi bahasa baku di kalangan mayarakat
pemakai bahasa tersebut dan 2 menjadi punah. Berkenaan dengan kemungkinan situasi tersebut dapat dilihat bahwa bahasa Karo juga sama halnya dengan bahasa
daerah lainnya yang ada di Indonesia, yaitu boleh saja mengalami hal yang serupa. Di sini dapat dilihat bahwa bahasa Karo juga sudah berkembang sedemikian rupa
sehingga diperkirakan sudah berkembang dengan mengalami variasi, hanya saja sejauhmana variasi tersebut berkembang belum dapat diperkirakan sebelum
penelitian ini selesai dilaksanakan. Penelitian dialektologi bahasa Karo tidak kalah penting dengan penelitian
linguistik lainnya karena hasil penelitian ini akan dapat menunjukkan variasi bahasa Karo sesuai pertumbuhan bahasa Karo di ketiga kabupaten. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk meneliti bahasa Karo di luar daerah yang sudah diteliti sekarang.
Perrin 1980:142 berkata, “A dialect is the speech words, sounds, stress, phrasing, grammatical habits characteristic of a firly definite region or group, or
more accurately, it is speech that does not attract attention to itself among the residents of a region regional dialect or among members of a group group or class
dialects, but that would be recognizably different to an outsider”. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
19 dapat diketahui bahwa dialek itu adalah perbedaan unsur satu bahasa disebabkan oleh
perbedaan daerah penggunanya dalam satu bahasa yang dipakai oleh sekelompok penuturnya berbeda di suatu daerah dengan daerah lain. Perbedaan atau pun variasi
bisa saja terjadi dalam bidang fonologi leksikon. Dialek bisa saja dikaji menurut tingkat status sosial pemakainya ataupun menurut letak geografi di mana bahasa
tersebut dipakai oleh penuturnya. Jika seseorang akan mengkaji dialek berdasarkan
status sosialnya, maka ilmu yang digunakan ialah sosiolinguistik, tetapi bila
seseorang mengkaji variasi yang terjadi dalam satu bahasa menurut geografi, maka
yang digunakan adalah geografi dialek. Kedua bidang ilmu ini termasuk ke dalam bidang ilmu dialektologi.
1.2 Masalah