21 3 Bagaimanakah gambaran peta variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo di
ketiga kabupaten tersebut? 4 Ada berapa banyak dialek bahasa Karo di ketiga kabupaten tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan bahasa melalui geografi dialek. Suatu penelitian geografi dialek dapat menunjukkan gejala kebahasaan. Penelitian ini
dapat menunjukkan daerah yang memakai bahasa Karo di ketiga kabupaten, yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat sesuai dengan
variasi dialek bahasa Karo. Untuk mencari jumlah dialek bahasa Karo yang digunakan masyarakat penutur asli
bahasa Karo di tiga kabupaten tersebut. 1 Mendeskripsikan variasi fonologis bahasa Karo di ketiga kabupaten
tersebut. 2 Mendeskripsikan variasi leksikal bahasa Karo di ketiga kabupaten
tersebut. 3 Memetakan variasi fonologis dan leksikal yang berbeda ditemukan di
setiap titik tempat pengamatan. 4 Menentukan jumlah dialek bahasa Karo di ketiga kabupaten terebut.
5 Menganalisis peta variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo di ketiga kabupaten terebut.
Dengan tercapainya keempat tujuan di atas, dapat ditunjukkan kepada masyarakat Karo dan pemerintah daerah serta para pembaca mengenai dialek bahasa
Universitas Sumatera Utara
22 Karo yang merupakan ciri khas masyarakat suku Karo. Dapat diketahui bahwa bila
penelitian dialek bahasa Karo ini tidak dilakukan secara dini, maka masyarakat suku Karo akan rugi karena mereka tidak dapat mengetahui ciri khas mereka yang
berkaitan dengan bahasa dan budaya. Sekarang ini pemerintah sedang giatnya mengembangkan atau memekarkan daerah, untuk itu hasil penelitian geogrfi dilek
bahasa Karo dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1 menambah publikasi mengenai bahasa Karo,
2 menambah publikasi tentang geografi dialek, 3 menunjukkan variasi fonologis dan leksikal bahasa Karo secara rinci fonologi
dan leksikon. 4 memenuhi salah satu pokok pikiran yang termaktub di dalam kitab UUD 1945
yang berisikan tentang bahasa daerah, salah satu di antaranya adalah bahasa Karo, 5 menunjang serta memperkaya kosa kata bahasa Indonesia,
6 menghilangkan perasaan negatif antarpenutur bahasa Karo, 7 membantu mereka yang ingin menambah wawasannya mengenai geografi dialek,
khususnya dalam bahasa Karo, dan 8 laporan akhir studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
1. 5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar suatu penelitian merupakan jawaban tentatif terhadap suatu masalah yang akan dianalisis dalam suatu penelitian yang dirumuskan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
23 pengetahuan yang ada dan tersebar. Pengetahuan ataupun pendapat yang belum pasti
ini akan dijawab melalui penelitian ini. Mahsun 2005 mengatakan bahwa suatu penelitian bahasa yang bersifat kualitatif dan deskriptif tidak harus mencantumkan
suatu anggapan dasar atau hipotesis terhadap penelitian yang akan dilakukan. Peneliti setuju dengan pendapat Mahsun tersebut, tetapi berhubung individu-individu
masyarakat Karo sudah yakin bahwa bahasa Karo sudah mempunyai dialek maka peneliti memberikan suatu hipotesis untuk penelitian ini.
Sehubungan dengan luasnya daerah pemakaian bahasa Karo dan juga perkembangan kebudayaan masyarakat Karo, maka prestise salah satu dialek bahasa
Karo juga semakin meningkat. Misalnya dialek bahasa Karo yang selalu muncul di upacara-upcara adat termasuk dialek menurut sosial dan geografi. Hal ini
mengakibatkan bahwa sewaktu mereka kembali ke desanya akan dibawanya juga variasi yang mereka temukan. Di kalangan masyarakat Karo, mereka, masyarakat
Karo yang tinggal di Kabupaten Langkat disebut Karo Jahe, mereka yang tinggal di Deli Serdang disebut Karo Deli, dan yang tinggal di Kabupaten Karo disebut Karo
Gugung. Karo Gugung tersebut sudah terbagi menjadi tiga daerah, yaitu Karo Singalor Lau yang tinggal di Kecamatan Juhar, Tiga Binanga, Lau Baleng, dan
Mardingding; Karo Deleng-Deleng bagi mereka yang tinggal di Kecamatan Kuta Buluh, Tiga Nderket, Naman, dan Payung; Karo Julu bagi mereka yang tinggal di
Kecamatan Barus Jahe, Tiga Panah, Berastagi, dan Merek.
Universitas Sumatera Utara
24
II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
2.1 Masyarakat Karo
Masyarakat Karo menggunakan bahasa Karo untuk berkomunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa masyarakat etnis Karo adalah
penutur asli bahasa Karo. Secara keseluruhan, masyarakat etnis Karo lebih banyak tinggal di luar kabupaten Karo, tetapi bila dilihat dalam satu daerah kabupaten maka
di Kabupaten Karolah yang terdapat jumlahnya paling banyak. Sesuai dengan kenyataan, walau di mana pun mereka berdomisili bahwa mereka selalu meng-
gunakan bahasa Karo untuk berkomunikasi antarsesama etnis Karo. Kesetiaan mereka untuk menggunakan bahasa Karo memang sangat tinggi.
Masyarakat Karo yang berdomisili di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat mayoritas adalah petani. Mereka menanam sawit, karet, dan palawija.
Mereka tidak ada yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, walaupun mereka tinggal di tepi pantai. Di luar pekerjaan tersebut memang ada juga yang
bekerja sebagai PNS, ABRI, dan berdagang. Secara umum, masyarakat Karo yang berdomisili di Kabupaten Karo bertani
dengan menanam padi basah dan padi kering, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Hal itu diakibatkan oleh keadaan alamnya yang menunjang, yaitu tanahnya subur dan
udaranya sejuk disertai curah hujan yang cukup. Masyarakat Etnis Karo yang tinggal di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat pada umumnya adalah petani karet dan
sawit, walaupun ada juga yang menanam palawija.
Universitas Sumatera Utara
25 Bila ditinjau dari sudut demokrasi ataupun gotong-royong dapat ditemukan
bahwa pada masyarakat Karo yang tinggal di daerah Kabupaten Karo lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat
karena di kedua kabupaten tersebut tidak ditemukan lagi Aron. Aron artinya ‘sekelompok orang yang mempunyai kepentingan bersama’, atau dengan kata lain
‘mempunyai kepentingan yang hampir bersamaan’. Aron ini mempunyai anggota dalam satu kelompok antara 10 orang hingga 25 orang. Anggota Aron tidak
membedakan jenis kelamin. Cara mereka bekerja adalah dengan sistem bergilir. Maksudnya, tanggal 1 pada bulan itu semua anggota akan bekerja bersama-sama di
ladang si A selama 4 jam 4 x 60” untuk satu periode mulai dari pukul 08.00 pagi sampai dengan pukul 12.00 tengah hari. Selama satu hari mereka mempunyai waktu
bekerja dua tahapan, yaitu pagi empat jam dan sore hari selama empat jam pukul 13.00 sampai dengan pukul 17.00. Bila ladang si A dapat diselesaikan selama satu
tahap maka tahap yang lain boleh berpindah ke tempat bekerja lainnya atau ke ladang anggota yang lain. Hal ini biasa dilihat dari situasi dan kondisi ladang para anggota
kelompok kerja. Jadi, ketua kelompok beserta anggota kelompok dapat mengetahui keperluan setiap anggota. Perpindahan tempat bekerja untuk setiap tahap akan diatur
oleh ketua kelompok. Bila dilihat dari sudut pandang agama, masyarakat Karo ada yang beragama
Protestan, Katolik, dan Islam. Jumlah penganut masing-masing agama belum pernah diteliti oleh para ahli ataupun ilmuwan. Akan tetapi, secara sepintas dapat
diasumsikan bahwa masyarakat Karo yang berdomisili di daerah Kabupaten Deli
Universitas Sumatera Utara
26 Serdang dan Langkat mayoritas adalah Islam, sedangkan di Kabupaten Karo
penduduknya mayoritas beragama Kristen. Masyarakat etnis Karo tidak membenarkan menikah dengan orang yang
mempunyai nama keluarga Merga dan Beru yang sama, kecuali Sembiring Miala, Kembaren, Guru Kinayan, Pelawi, dan Pandia. Umpamanya si Azis Sembiring tidak
diperbolehkan menikah dengan seorang wanita yang Beru Sembiring di luar yang terkecuali tersebut. Jadi, dapat dipilih wanita lain yang mempunyai nama keluarga
yang berbeda, yaitu sebanyak empat lagi karena semua nama keluarga ada lima jenis. Peraturan ini dibuat karena sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat etnis
Karo adalah paterliniage dan maderliniate sehingga bila ada orang yang mempunyai nama keluarga itu suatu pertanda bahwa mereka berasal dari satu nenek.
Untuk mengenal anggota masyarakat Karo kita harus mengetahui nama keluarga masyarakat Karo yang disebut Merga. Kata Merga di dalam bahasa Karo
artinya Meherga mahal. Merga akan dimiliki oleh setiap individu suku Karo. Merga selalu diwariskan oleh ayahnya kepada setiap anaknya. Hal ini terjadi
semenjak ada suku Karo lahir ke dunia ini. Merga ini berbeda istilah di antara anak laki-laki dan anak perempuan, untuk anak laki-laki disebut Merga dan untuk anak
perempuan disebut Beru. Lebih rinci lagi dapat kita ketahui bahwa setiap individu suku Karo mempunyai empat ciri nama keluarga selain nama. Jadi, walaupun tidak
dituliskan akan dipanggil setiap berkomunikasi, maka sebenarnya ada lima kata paling sedikit dimiliki oleh seseorang, misalnya Boy Sembiring Milala Bere-bere
Perangin-angin Bangun. Boy adalah nama, Sembring adalah Merga, Milala adalah
Universitas Sumatera Utara
27 sub-Merga Sembiring, Perangin-angin adalah Merga dan Bangun adalah sub-
Perangin-angin. Sembiring Milala diwariskan oleh nenek moyangnya ke generasinya secara
turun-temurun. Bere-bere diwariskan oleh ibu kandungnya. Sejalan dengan perolehan nama keluarga bagi setiap anggota masyarakat Karo maka timbullah bahasa atau
istilah kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Karo dapat dilihat pada diagram kekerabatan pada halaman berikutnya
. Akan tetapi, sebelum sampai pada diagram
tersebut, ada baiknya jika diterakan terlebih dahulu semua Merga suku Karo beserta sub-Merga tersebut berikut desa yang mereka bangun pada masa tempo dulu. Adapun
ciri khas anggota masyarakat Karo yang lima jenis secara umum dapat diuraikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
28 Tabel 1
Merga Sembiring dan Cabang-Cabangnya No.
Merga Sub-Merga
Desa asal bangunannya 1. Sembiring
Milala Depari
Busuk Bunuaji
Brahmana Colia
Gurukinayan Keling
Muham Pandia
Pelawi Pandebayang
Sinukapor Tekang
Keloko Kembaren
Sinulaki Sinupayung
Sarinembah,Biaknampe, Munte Seberaya, Perbesi
Kidupen, Lau Peerimbon Kuta Tonggal, Beganding
Kabanjahe, Limang, Perbesi Kubucolia, Seberaya
Gurukinayan Juhar, Raja Tengah
Suka, Perbesi Seberaya, Payong
Perbaji, Ajijahe Buluh Naman, Gurusinga
Pertumbuken, Sidikalang Kaban
Pergendangen Sampe Raya, Kuta Mbelin,
Kuta Mbaru Suka, Belinun
Juma Raja, Nageri
Universitas Sumatera Utara
29 Tabel 2
Merga Perangin-angin dan Cabang-Cabangnya
No. Merga
Sub-Merga Desa asal bangunannya
2. Perangin-angin Bangun
Benjerang Kacinambun
Keliat Laksa
Manu Namohaji
Pencawan Penggarun
Perbesi Pinem
Sebayang Batukarang
Batukarang Kacinambun
Mardingding Juhar
Pergendangen Kutabuluh
Perbesi Susuk
Perbesi Sarintolu
Perbesi
Universitas Sumatera Utara
30 Tabel 3
Merga Ginting dan Cabang-Cabangnya No.
Merga Sub-Merga
Desa asal bangunannya 3. Ginting
Jadibata Sugihen
Garamata Gurupatih
Suka
Babo Jawak
Pase
Ajartambun Beras
Seragih Capah
Tumangger Munte
Manik Juhar
Sugihen, Juhar, Kuta Gugung Raja Tonggal, Tongging
Buluh Naman, Sarimunte, Naga,
Lau Kapor Suka, Lingga Julu, Naman,
Berastepu Gurubenua, Kuta Great, Munte
Cingkes Tidak punya desa asal, karena
generasi terputus yang disebabkan oleh tidak adda
generaasinya laki-laki Rajamerahe
Lau Petundal Lingga Julu
Bukit Kidupen, Kemkem
Munte, Kuta Bangun, Dokan, Tongging, Bulanjahe
Ajinembah, Raja Tengah Lingga, Tongging
Universitas Sumatera Utara
31 Tabel 4
Merga Tarigan dan Cabang-Cabangnya No.
Merga Sub-Merga
Desa asal bangunannya 4. Tarigan
Tua Gerneng
Girsang Gana-gana
Jampang Pekan
Purba Sibero
Silangit Tambak
Tambun Tegur
Bondong Pergendangen
Cingkes Nagasaribu, Berastepu
Batukarang Pergendangen
Sukanalu Simalungun
Juhar,Munte,Lingga, Kuta Raja, Tanjung Beringin
Gunung Kebayakan, Sukanalu
Rakut Besi, Binangara Suka
Lingga
Universitas Sumatera Utara
32 Tabel 5
Merga Karo-Karo dan Cabang-Cabangnya No.
Merga Sub-Merga
Desa asal bangunannya 5. Karo-karo
Barus Kaban
Sinuhaji Purba
Kacaribu Ketaren
Sinuraya Sinulingga
Sekali Kemit
Jung ujung Sinukaban
Sinubulan Samura
Sukapiring Sitepu
Barusjahe,Sipitu Kuta, Serdang, Pernampen, Siberteng, Kabung,
Juma Padang, Buntu, Basam, Talimbaru
Kaban, Sumbul, Lau Lingga, Pernantin, Buluh Naman,
Bintang Meriah Ajijahe, Ajijulu, Ajibuhara,
Ajimbelang Kabanjahe, Berastagi, Kinepen,
Jandi Meriah, Beganding, Kuta Suah
Kuta Gerat, Kerapat, Kacaribu Sibolangit, Ketaren
Bunuraya, Kandibata, Singgamanik
Lingga, Gunung Merlawan, Linggajulu, Kacaribu, Torong,
Surbakti Seberaya
Kuta Male Kuta Nangka, Batukarang,
Perbesi Pernantin, Kabantua
Bulanjulu Samura
Seberaya Naman, Sukanalu, Gamber,
Sigarang-garang, Bakerah, Simacem, Kuta Tengah,
Ndeskati, Sukandebi, Sinaman, Rumamis, Semangat, Bulajahe,
Sukajulu, Gunung Pinto
Universitas Sumatera Utara
33 Masyarakat etnis Karo menggunakan istilah kekerabatan berikut ini dan istilah
tersebut diperoleh sesuai dengan posisi seseorang yang tergambar pada skets yang dimuat pada halaman 19.
Istilah Kekerabatan
1 adalah Abi Sembiring perbulangen’ suami’ si 2 Zuri beru Perangin-angin. 3, 4, dan 5 anak ‘anak’ si 1 dan 2.
3 adalah Aci Sembiring, 4 adalah Zari Beru Sembiring, dan 5 adalah Zai Beru Sembiring.
1 adalah bapa ‘ayah’ si 3, 4, dan 5. 3 adalah turang ‘abang ‘ si 4 dan 5.
4 dan 5 adalah turang ‘adik’ si 3. 6 adalah Rani Beru Ginting ndehara ‘istri’ si 3.
7 adalah Aji Tarigan perbulangen ‘suami’ si 4. 8 adalah Ali Karo-karo perbulangen ‘suami’ si 5.
3 adalah silih ‘abang ipar’ si 7 dan 8. 6 adalah eda ‘kakak ipar’ si 4 dan 5.
1 adalah jinta ‘mertua’ si 6. 2 adalah simetua ‘mertua’ si 6.
5 adalah peragin ‘adik ipar’ si 7. 4 adalah perkakaen ‘kakak ipar’ si 8.
7 dan 8 adalah sepeibanen ‘sepengambilan’. 1 adalah mama ‘mertua’ si 7.
Universitas Sumatera Utara
34 8 dan 2 adalah mami ‘mertua’ si 7.
7 dan 8 adalah kela ‘menantu’ si 1 dan 2. 9, 10, dan 11 adalah anak ‘anak’ si 3 dan 6.
9 adalah Uli Sembiring, 10 adalah Ani Beru Sembiring, dan 11 adalah Ami Beru Sembiring.
12, 13, dan 14 adalah anak si 4. 7, 15, 16, dan 17 adalah anak si 5 dan 8.
12 adalah Juma Tarigan, 13 adalah Rudi Tarigan, 14 adalah Limah Beru Tarigan, 15 adalah Rebo Beru Karo-karo, 16 adalah Siah Beru Karo-karo, 17 adalah Mail Karo-
karo. 9 sampai dengan 26 adalah kempu ‘cucu’ si 1 dan 2.
1 adalah bulang, laki, bayak, dan bolang ‘kakek’ si 9 sampai dengan 86. 2 adalah nangin, nondong, nini ‘nenek’ si 9 sampai dengan 53.
27 sampai dengan 53 adalah ente ‘cucu’ si 1 dan 2. Pada suatu saat apabila ‘cucu’ ente [
ənt ] 27 sd 53 sudah menikah dan
mempunyai anak maka semua anaknya adalah ‘cucu’ entah [ əntah] 1 dan 2.
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa nama keluarga setiap orang yang merupakan anggota keluarga masyarakat etnis Karo secara sepintas hanya dilihat satu saja, tetapi
yang sebenarnya adalah terdiri dari empat komponen. Contoh, nomor 3 dalam skets adalah Aci Sembiring Milala Bere-bere Perangi-angin Bangun. Nomor 4 adalah Zari
Beru Sembiring Milala Bere-bere Perangin-angin Bangun.
Universitas Sumatera Utara
35 Sembiring Milala diwarisi dari ayahnya, nomor 1, dan Bere-bere Perangin-
angin Bangun diwarisi dari ibunya, nomor 2. Hal ini menunjukkan bahwa nomor 1 adalah Abi Sembiring Milala, dan nomor 2 adalah Zuri Beru Perangin-angin Bangun.
Milala adalah salah satu cabang Sembiring dan Bangun adalah salah satu cabang Perangin-angin.
Nomor 12 dan 13 adalah senina sepemeren ‘sepupu’ 17. Hal ini menunjukkan bahwa mereka bersaudara karena Ibu mereka adalah bersaudara kandung. Nomor 14
adalah senina sepemeren ‘sepupu’ dengan 15 dan 16, karena Ibu kandung mereka bersaudara kandung. Nomor 33 adalah senina sembuyak bapa ‘ bersaudara’ dengan
27 dan 29, karena nomor 9 dan 11 adalah bersaudara kandung. Nomor 10 dan 28 adalah senina sembuyak bapa ‘ sepu’ karena ayah mereka bersaudara kandung.
Skema untuk kekerabatan suku Karo tersebut di atas secara garis keturunan dapat dilihat pada skema yang dituliskan pada halaman berikut.
Universitas Sumatera Utara
36
Skema Kekerabatan Suku Karo
1 ♂
2 ♀
3
♂ 4
♀ 5
♀ 3
♂ 6
♀ 4
♀ 7
♂ 5
♀ 8
♂ 9
♂ 10
♀ 11♀ 12♂ 13♂ 14♀ 15♀ 16♀ 17♂ 18
♀ 19♂ 20♂ 21♀ 22♀ 23♂ 24♂ 25♂ 26♀ 27
♂ 30♀ 33♂ 36♀ 39♂ 42♂ 45♀ 48♂ 51♀ 28
♂ 31♂ 34♀ 37♂ 40♀ 43♂ 46♀ 49♂ 52♂ 29
♀ 32♂ 35♂ 38♀ 41♂ 44♂ 47♀ 50♀ 53♂
Keterangan: ♂ tanda laki-laki, ♀ tanda perempuan, tanda suami istri, dan
tanda anak.
Universitas Sumatera Utara
37 Menurut perundang-undangan masyarakat Karo bahwa orang yang Rebu tidak
boleh menari bersama di atas satu panggung. Rebu terdapat di antara menantu dan mertua, kakak ipar dan adik ipar, serta berbesanan. Kakak ipar dan adik ipar ialah
abang si istri dan juga istri dari abang istri tersebut. Berbesanan ialah ibu mertua oleh anak kita yang laki-laki. Jadi, di kalangan masyarakat Karo semua hubungan tersebut
tergolong tabu, atau Rebu dalam istilah bahasa Karo. Jumlah penduduk setiap Kabupaten adalah sebagai berikut.
- Kabupaten Karo 351.368
- Kabupaten Deli Serdang 1.686.366
- Kabupaten Langkat 1.027.414
Untuk melihat jumlah penduduk menurut suku bangsa dan agama di ketiga kabupaten daerah penelitian serta di setiap desa secara rinci dapat dilihat pada tabel 6
halaman 25 dan tabel 7 halaman 26 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
38 Tabel 6
Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa
Jumlah penduduk menurut suku bangsa K
abupa te
n Desa titik
pengamatan K
aro T
oba S
im al
ungun M
anda ili
ng Ja
w a
M el
ayu L
ai nnya
Jum la
h
Nageri 657 657
Kinangkong 1.297
15 4 1.316
Lau Buluh 1.085
8 4 1.097
Selandi 614
2 2
2 620
Seberaya 2.796 2.796
K aro
Dokan 1.166
10 13 1.189
Sikeben 717 717
Penen 1.100
12 2
19 1.133 Talun Kenas
2.321 23 300 2.644
Namo Rambe 1.799
51 64
102 70
2.086 Pasar 10
2.073 2
4 2.079 D
el i S
erda ng
Gunung Tinggi 1.062
12 10 1.084
Telaga 1.865
12 5
4 8
2 1.896
Tj. Merahe 1.472
4 22
549 11
138 2.196 Garunggang
1.340 9
248 52 1.654
Kuta Gajah 1.273
36 12
5 1.032 3
45 2.401 Parangguam
1.370 10
5 439
2 1.826 L
angka t
Lau Damak 1.060
10 19
701 95
8 1.893
Universitas Sumatera Utara
39 Tabel 7
Jumlah Penduduk dan Agama di Daerah Penelitian.
Pemeluk Agama K
abupa te
n Desa titik
pengamatan Islam
Protestan Katolik
Lainnya Jumlah
Nageri 16
394 227
20 657
Kinangkong 29
658 599
30 1.316
Lau Buluh 53
746 277
21 1.097
Selandi 30
435 105
50 620
Seberaya 20
2097 662
17 2.796
K aro
Dokan 60
691 389
49 1.189
Sikeben 6
239 467
5 717
Penen 36
269 793
35 1.133
Talun Kenas 182
1.930 478
54 2.644
Namo Rambe 361
1.205 520
2.086 Pasar 10
405 1.272
297 123
2.079 D
el i S
erda ng
Gunung Tinggi 23
978 65
20 1.084
Telaga 19
1.473 389
15 1.896
Tj. Merahe 1.823
286 14
73 2.196
Garunggang 579
1.075 1.654
Kuta Gajah 1.584
648 48
121 2.401
Parangguam 895
804 91
36 1.826
L angka
t
Lau Damak 1.155
587 10
141 1.893
Universitas Sumatera Utara
40 2.2 Kedudukan Bahasa Karo
Bahasa Karo adalah salah suatu bahasa daerah di Sumatera Utara yang penuturnya disebut masyarakat Karo. Bahasa Karo dipergunakan masyarakat Karo
untuk berkomunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk melakukan aktivitasnya, masyarakat Karo menggunakan bahasa Karo. Bahasa Karo memang
sangat luas daerah pakainya bila dilihat dari segi geografis karena daerahnya tidak saja di Kabupaten Karo, tetapi sampai ke Kabupaten Dairi, Langkat, Deli Serdang,
dan beberapa daerah lainnya. Penutur asli bahasa Karo dapat dikatakan mempunyai kesetian yang sangat
tinggi terhadap bahasa Karo karena walau di mana pun mereka berada, bila berkomunikasi dengan sesama sukunya, bahasa Karo selalu digunakan sebagai
medianya. Umpamanya, pada saat mereka mengadakan upacara pun mereka tetap meggunakan bahasa Karo. Penutur asli bahasa Karo sering sekali melakukan alih
kode pada saat mereka berinteraksi. Bila dalam grup komunikasi tersebut ada tambahan yang bukan etnis Karo maka mereka akan menggunakan bahasa Indonesia
sebagai media. Akan tetapi, bila tidak ada tambahan anggota grup tersebut maka bahasa Karo akan tetap dipakai.
Sebagai tambahan, dapat diketahui bahwa, penutur asli bahasa Karo yang bertempat tinggal di kota-kota besar di Indonesia pun masih memper-gunakan bahasa
Karo dalam kehidupan sehari-harinya, kecuali di luar kelompok Karo. Pernah peneliti memberikan tugas kepada mahasiswa untuk meneliti keberadaan bahasa Karo di
Universitas Sumatera Utara
41 rumah tangga suku Karo di Kota Medan. Ternyata 99 dari 200 rumah tangga
ditemukan menggunakan bahasa Karo di rumah sebagai media.
2.3 Daerah Objek Penelitian